Siasat Rozi"Memangnya ada apa, bu?""Jangan panggil ibu, dong!" Guman Indira dengan suara mendayu, kemudian mendekati bahkan mulai menggerayangi tubuh Azam. Sepertinya Indira tahu kalau tubuh Azam sedang merasa kegerahan. Azam pun semakin merasa tak nyaman dengan sikap Indira.Kemudian, Azam segera bangkit dari tempat duduknya untuk menghindarinya."Memangnya apa yang anda ingin bicarakan?" Sahut Azam.Tapi Indira ikut berdiri dan terus mendekati Azam yang sepertinya sedang berusaha menjauh, ia bukan hanya berusaha menghindari Indira yang terlihat sengaja mendekat, tapi ia juga sedang berperang melawan hasrat yang tiba-tiba muncul."Begini, saya ingin menambahkan bayaran anda dalam endrose ini, tapi anda jangan bicarakan ini pada temanmu, ini hanya antara aku dan kamu," ujar Indira yang malam itu sedang berpakaian dress tanpa lengan dan panjangnya hanya sampai lutut."Maaf bu, sebaiknya anda jangan terlalu mendekat agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan," Guman Azam dengan bahasa
Badai"Mas, coba jelaskan, ini bukan editan, kan?" Dengan penuh amarah, Jihan memperlihatkan vidio mes*m Azam yang ia dapatkan dari Rozi.Azam yang tengah sibuk dengan laptop di kamarnya itu seketika terperanjat dan shock. Sjenak ia tak bisa menjawab, ingatannya langsung tertuju pada kejadian di Hotel Angkasa dua hari yang lalu bersama Indira.Dalam vidio tanpa suara itu, terlihat jelas, Azam dan Indira sedang berci*man, dengan posisi Indira di atas tubuh Azam. Saat itu, Indira mengenakan dress warna merah dan posisi pengambilan vidionya berasal dari arah kiri."Darimana kamu mendapatkan vidio ini?" "Ini vidio asli, kan Mas, dan Mas adalah pemeran laki-laki di vidio mes*m ini?" Suara Jihan terdengar serik karena menangis."Ini bisa aku jelaskan!" Azam berdiri sembari memegang kedua bahu Jihan."Astaghfirullahal adzim, Mas. Berarti laki-laki di vidio ini benar Mas?" Jihan semakin shock dan tak bisa menyembunyikan kemarahan serta kekecewaannya. "Aku kira, Mas itu suami baik-baik kare
RenggangDalam setiap pernikahan pasti akan ada badai yang menerjang, baik itu hanya ombak kecil maupun ombak besar. Tapi, ombak kecil maupun besar, tidak akan berarti apa-apa jika di hadapi dengan kepercayaan, keyakinan serta kesabaran menghadapinya.~~~Azam dan Rozi sempat bersitegang saat penangkapan Rozi di rumahnya, hingga ibu Rozi yang mengetahui hal itu menangis dan memohon pada Azam agar Rozi di bebaskan, tapi karena kesalahan Rozi benar-benar fatal bukan hanya pada kehidupan rumah tanga Azam, tapi juga terhadap kariernya, dimana teamnya juga terkena imbasnya, sehingga ia tak bisa memaafkan Rozi.Setelah penangkapan itu kemudian sepuluh jam kemudian, Rozi dibebaskan karena ternyata Rozi tak terbukti bersalah. Ia mungkin memiliki vidionya yang ia serahkan pada Jihan, tapi ternyata bukan Rozi yang menyebarkannya ataupun yang merencanakan kejadian di Hotel Angkasa.Indira, yang juga dimintai keterangan juga terbebas dari tuntutan, bisa dipastikan ada pihak lain yang sengaja menj
Kabar gembiraHuek, huek! Lagi-lagi Jihan seperti mau muntah, dia tidak tahu mengapa tiba-tiba perutnya terasa tidak enak dan mual, wajahnya juga terlihat pucat. Kedua orang tua mereka yang menatap penuh tanda tanya pada Jihan mendadak menjadi sumringah kemudian mereka saling berpelukan, hingga mereka lupa kalau mereka sedang ingin membicarakan hal serius tentang vidio viral Azam."Selamat ya dek!" Ujar Wardah yang memeluk Fatimah, begitu juga Hasan yang memeluk Ahmad, ayah Jihan.Melihat itu, Azam dan Jihan saling berpandangan keheranan."Kalian kenapa?" Azam melongo."Selamat ya sayang, sebentar lagi kamu akan menjadi ayah!" Ujar Wardah yang memeluk Azam."Ayah? Maksudnya?" Azam melongo."Jihan, kapan terakhir kamu telat datang bulan?" Seru Fatimah."Kayaknya tanggal 15 bulan kemarin aku sudah tidak haid, deh padahal sekarang sudah tanggal duapuluh lima!" Jihan mengingat-ingat dan seketika terperanjat. "Tapi, kan aku belum tes, mi?"Tapi Umi yakin, kamu itu sudah isi, sayang!" Uja
Luka Jihan.Jihan menangis sedih, bukan karena merasa sakit di t4ampar, tapi ia justru merasa kawatir dan takut kalau Azam mengetahui dirinya di sakiti oleh orang lain, ia akan marah dan nantinya akan menimbulkan masalah yang semakin besar.Karena rasa kawatirnya itu, ia pun menghubungi Azam dan minta ijin bahwa dia akan menginap di tempat kosan-nya Hera.Awalnya Azam tidak setuju, tapi karena Jihan terus membujuk, akhirnya diperbolehkan, tapi prasaan Azam merasa tidak enak, sehingga ba'da maghrib dia mengunjungi kos-an Hera tanpa sepengetahuan Jihan."Sebaiknya kamu pulang, apalagi kamu sedang hamil!" Ucap Azam saat tanpa sengaja Jihan keluar bersama Hera menemui tamu yang ternyata adalah Azam, di tempat kos-an Hera tersebut."Tapi, Mas. Aku sedang ingin menginap di sini."Jihan berusaha menunduk, takut Azam melihat pipinya yang sedikit merah. Kulit Jihan memang sensitif, sehingga saat Randy men4mparnya bekasnya sedikit terlihat, meski samar-samar. Tapi, justru karena sikap Jihan yan
Kehilangan"Sore tante!" Setelah dirasa cukup, akhirnya Azam menampakkan diri di hadapan mereka. Sontak keduanya terperanjat, seperti seorang pencuri yang ketahuan oleh pemiliknya."Azam?" Tante Monica shock, tapi ia tetap berusaha tenang agar tidak terlihat lemah di hadapan Azam."Aku tahu apa yang kalian bicarakan. Dan kamu Randi, aku tak menyangka ada orang yang begitu buruk nya memperlakukan wanita. Jka kamu iri dan dengki pada pencapaianku, cukup dengan fitnah saja mampu membuat karier dan namamu hancur seperti yang telah kamu lakukan, tapi perlakuanmu pada Jihan, itu sungguh tak bisa ku maafkan," ujarnya dengan mengepalkan tangan karena geram. Namun, Azam berusaha meredam emosinya agar tidak melakukan kekerasan, sebab ia tahu di cafe itu ada cctv dan itu tidak baik untuknya dan kariernya, tapi ia masih menganktifkan perekam ."Baguslah kalau kamu tahu. Berarti kamu sudah menyadari dosa-dosamu, dong!" Ujar Tante Monica dengan melipat tangan di dada nya dengan raut wajah angkuh d
Kota baruPov AzamDua tahun sudah, aku dan Jihan pindah ke kota Jakarta, meskipun pada awalnya kepindahan kami di tentang oleh keluarga, tapi setelah melalui perdebatan yang alot, akhirnya dengan berat hati keluarga pun mengijinkan. Sementara itu rumah yang di kota Surabaya sudah kujual.Selain karena untuk menghindari dari orang-orang yang Hasad, aku juga ingin menghindari kenangan-kenanganku bersama Agnes.Rumah yang di Jakarta memang tidak sebesar di Surabaya, tapi aku sangat bahagia dan kami selalu harmonis.Aku sangat bersyukur, hubungan kami selalu dipenuhi cinta, keluarga yang sangat menyayangi keadaan ekonomi juga sangat mendukung, tapi ternyata kami tak luput dari ujian, yaitu sampai sekarang kami masih belum dikaruniai anak. Terhitung sudah lima kali dalam empat tahun pernikahan kami, Jihan selalu mengalami keguguran. Hati Jihan sangat hancur, tapi aku dan keluarga selalu memberi dukungan dan selalu menghiburnya sehingga kegundahan hatinya tak begitu berarti.Sehari-hari J
Masih ada rinduAgnes terdiam, bibirnya yang masih ranum itu seakan berat untuk menjawabnya, sementara tatapan matanya terlihat sedang berusaha menghindari tatapan mataku. Selain itu, aku juga merasa bahagia, karena ternyata dia masih mengenakan hijab bahkan gamis yang dikenakannya gamis yang lebar dan longgar."Alhamdulillah, ternyata dia masih memeluk agama islam, dan aku bisa melihat dia semakin cantik dan anggun, dan..., ya Allah, aku benar-benar sangat terpesona padanya, saat ini, aku sangat merindukanya," guman batinku."Kamu di sini sama Jihan?" Ucapnya padaku, tapi aku tak segera menjawabnya karena aku masih terjebak oleh rasa yang tiba-tiba muncul lagi. Iya, aku sedang terpesona padanya.Bagaimana aku tidak terpesona, di depanku ada seorang wanita chindo yang cantik mengenakan jilbab dan gamis syar'i, terlebih lagi dia adalah wanita yang pernah menjadi kekasih bahkan pernah menjadi istriku. Andai dia masih halal untukku, sungguh aku ingin memeluknya lebih lama dengan erat da