Share

Bab 104

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2023-09-08 19:45:02

Sepasang bola bening Aluna berkaca-kaca melihat Adrian yang terbaring dengan berbagai peralatan medis pada tubuhnya. Hanya layar pada monitor yang menunjukkan garis-garis melengkung tak beraturan yang menunjukkan detak jantungnya.

“Yayan … ini aku, Aluna.”

“Kamu cepetan bangun, Yan ….”

Seolah ada yang menggerakkan, jemari lentik Aluna perlahan meraih tangan Adrian lalu digenggamnya telapak tangan besar itu. Namun, tak sedikitpun ada balasan.

“Yayan … maaf, karena aku … kamu jadi kayak gini. Aku minta maaf ….” Aluna menunduk dan air matanya menitik begitu saja.

“Ayo bangun, Yan … nanti siapa yang makanin ceker ayam di sotoku, siapa yang beliin ikat rambutku, masa aku tiap hari harus naik motor sendiri ke tempat kursus?”

Aluna bicara panjang lebar sambil sibuk menyeka air mata. Rasa bersalah menggunung dalam hatinya. Apalagi dirinya merasa, keberadaan Adly dalam insiden tersebut bukan hal kebetulan. Aluna yakin, Adly ada sangkut pautnya dengan semua ini. Menyesal dulu mengabaikan ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 105

    “Kalau betul Una suka anak itu, lalu … kasihan sekali anak Pak Dirga.” Lirih Papa Banyu seraya menghela napas kasar dan tetap fokus pada jalanan. Hampir saja Garda pergi ketika mobil Papa Banyu menepi. Oma Fera tersenyum sumringah melihat anak dan menantunya itu datang. Hanya saja Aluna menautkan alis dan menatap Papa dan Undanya penuh tanya. “Papa sama Unda mau ke mana, sih?” telisiknya penuh curiga. Unda Jingga saling tukar pandang dengan Oma Fera. Lalu tersenyum agar tak terlihat begitu mencurigakan di mata Aluna. Ya, ini terlalu mencolok memang. Baru beberapa waktu lalu di drop ke rumah, tiba-tiba nyusul bersama Papa Banyu ke sana. “Tadi kebetulan Unda mau ke supermarket, banyak bahan makanan yang kosong. Jadi, Unda mampir ke sini dulu. Eh, ada tamu rupanya. Garda sengaja main?” Unda Jingga langsung mengalihkan pembicaraan. Dia menoleh pada Garda dan tersenyum lembut. “Iya, Bu. Tadi dengar kabar kalau kursus lukis libur. Pas tanya sama Luna, ternyata ada insiden.” Garda menga

    Last Updated : 2023-09-08
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 106

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (106)Tak berapa lama, Bu Salmah sudah kembali dengan wajah murung. Unda Jingga yang melihat gelagatnya sudah bisa menebak, ada kabar kurang baik yang tadi dokter sampaikan. “Ada kabar apa?” Unda Jingga menatap wajah Bu Salmah. Aluna dan Oma Fera ikut tegang juga mendengarnya. “Adrian terindikasi mengalami kelumpuhan.” Deg!Aluna terperanjat luar biasa. “Astaghfirulloh!” Unda Jingga pun terhenyak kaget. Lalu reflek saja, dua orang itu berpelukan. Unda Jingga membiarkan Bu Salmah menangis. Hati Aluna mencelos. Tubuhnya rasanya mendadak seperti tak bertulang. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan hati yang semakin tak karuan. “Kalau bukan karena ngelindungin aku, Yayan gak mungkin seperti ini …,” batin Aluna. Helaan napas panjang dia hembuskan. Rasa bersalahnya semakin terasa besar. “Sabar, Mbak Salmah. Semoga segera pulih lagi.” “Makasih ….” Bu Salmah tampak menahan agar tangisnya tak pecah lagi. Obrolan terjeda oleh kedatangan para

    Last Updated : 2023-09-09
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 107

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (107)Adrian tampak mematung sejenak, pikirannya tampak menerawang dan kosong. Bu Salmah yang mengerti ada hal yang dipikirkan putranya itu bertanya, “Kenapa kamu seperti banyak pikiran gitu, Ian?” Adrian menoleh pada Bu Salmah dan Papa Banyu bergantian, “Bukankah pernikahan ini, Om Banyu inginkan biar ada yang menjaga Aluna? Hanya saja … Ibu lihat sendiri … jangankan menjaga Aluna, bahkan dua kaki ini untuk bergerak saja tak bisa.” Deg!Ada sesuatu yang mencubit hati Bu Salmah. Dia menelan saliva. Bingung, seperti apa harus menegarkan pikiran putranya. Jangan-jangan Adrian merasa rendah diri karena kini dirinya menjadi pria yang tak sempurna. “Dokter bilang, kaki kamu bisa sembuh. Beberapa hari lagi akan dilakukan proses operasi. Hanya saja … Ibu juga ‘kan sudah tua. Ibu tak mungkin juga ngurusi kamu dua puluh empat jam. Karena itulah, Ibu setuju pada gagasan Om Banyu. Asal kamu tahu, selama kamu kritis … Aluna tiap hari bolak-balik ke sini. Kasihan di

    Last Updated : 2023-09-09
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 108

    “Ayo turun! Kita sudah sampai,” tukas Unda Jingga. Sementara itu, Oma Fera sudah turun duluan dan tengah merapikan pakaiannya. Aluna lekas membuka pintu dan turun. Begitupun Unda Jingga. Ketiga perempuan itu lantas berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju lift. Setelah tiba di sana, bergegas memijit tombol menuju lantai yang dituju. Entah kenapa, tangan Aluna mendadak terasa dingin ketika lift sudah terbuka dan lorong menuju kamar rawat Adrian sudah dilihatnya. “Bismillah … tenangkan aku, Ya Rabb!” Doanya dalam dada, berharap rasa gugup yang tiba-tiba muncul itu bisa sirna. Jarak semakin memangkas keberadaan mereka dengan kamar di mana Adrian dirawat inap. Beberapa saat lalu, baru saja di ruangan itu selesai dilaksanakan akad. Walaupun tanpa mempelai perempuan, tapi Aluna sudah memberikan pilihannya pada Papa Banyu. Dia sudah setuju dan memilih Yayan. Tiba di ruangan rawat. Yang tersisa hanyalah Papa Banyu dan Bu salmah. Tak ada lagi orang lain. Papa Banyu meminta semua seger

    Last Updated : 2023-09-10
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 109

    “Ini terkait masa depan kamu, Sayang. Usia kamu sudah tak lagi muda. Mama belum pernah lihat kamu bawa cowok ke hadapan Mama. Nah, kemarin anaknya produser Mama, dia nanyain kamu. Mama harap, kalian bisa berjodoh. Ini demi karir Mama juga.” Sepasang mata Misye melebar penuh harap.“Anaknya produser? Maksudnya?” Aluna menegakkan duduknya. Rasa-rasanya dia akan mendapat kabar tak menyenangkan dari Mama kandungnya itu. Apalagi tadi disangkut pautkan dengan karirnya juga. “Dia ada lihat foto kamu, terus pengen kenalan.” Sontak, Aluna memutar bola mata ke atas. Itulah yang membuat selama ini dirinya menjaga jarak. Misye masih tetaplah Misye yang dulu. Selalu ada kata timbal balik dari semua yang dia lakukan. “Lagi? Mama sudah lupa kalau aku tak suka dijodohkan?!” Sepasang netra Aluna yang letih sedikit membesar. Dia menekankan kalimatnya itu sekali lagi. “Hanya kenalan, Sayang.” Misye menatap penuh harap. Wajahnya yang sudah tak lagi semenarik dulu, membuat jobnya banyak berkurang. Apa

    Last Updated : 2023-09-10
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 110

    “Tadi katanya terserah,” kekeh Adrian seraya mengerling. Rasanya senang sekali melihat wajah Aluna memerah seperti tomat. “Gak macem-macem ‘kan?” Aluna masih mematung. “Enggak, satu macem saja, kok … sini, temani!” Lagi, Adrian menepuk tempat kosong di sampingnya lalu membetulkan bantal untuk sang istri. Akhirnya meskipun hatinya berdentum-dentum tak karuan. Aluna beringsut mendekat. Dia pun duduk di sebelah lelaki yang sudah bergelar suami itu. Tiba-tiba tangan Adrian meraihnya. Jemari kokoh itu menutup jemari mungilnya dan membawanya dalam dekapan. “Makasih ya, Dek. Makasih buat semuanya ….” Aluna yang kikuk dan canggung hanya mampu mengangguk. Rasanya, berada di dekat Adrian selalu membuatnya merasa nyaman, meski deg-degan.Hanya saja, untuk masalah cinta, Aluna tak tahu apakah hatinya sudah benar-benar jatuh cinta pada lelaki yang sudah jadi suaminya itu atau sebatas rasa bersalah saja?Pernikahan ini pun terlalu cepat untuknya. Bahkan pernikahannya bukan seperti sebuah hal y

    Last Updated : 2023-09-11
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 111

    “Siang ini, Saya tunggu di cafe! Urusan kita belum selesai!” ketus Misye sebelum beranjak pergi meninggalkan Adrian dan Aluna. Aluna mendelik kesal. Dia langsung mendorong kursi roda Adrian dan meninggalkan Misye. Sedih dan benci bercampur menjadi satu.Andai tak memiliki Ibu pengganti sebaik Jingga, Aluna tak akan tahu seperti apa dirinya saat ini. Sejak dulu, Misye hanya fokus pada karir, selalu mementingkan karir dan hal-hal yang berhubungan dengan itu. Adrian pun tak banyak bicara. Otaknya tengah mencerna. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Rasanya dilemma. Dia tak ingin membuat Aluna sedih atas tekanan mamanya. Namun, untuk mengatakan yang sebenarnya, dia pun tak punya nyali. Apalagi belum ada yang terjadi di antara mereka. Bagaimanapun kondisi pasca operasi tulang belakang membuatnya mau tak mau, menunggu hingga sembuh total. Usai kontrol, Adrian dan Aluna kembali ke dalam mobil. Keduanya berjalan meninggalkan rumah sakit. Adrian menoleh pada Aluna yang wajahnya ditekuk sej

    Last Updated : 2023-09-11
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

    Last Updated : 2023-09-12

Latest chapter

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status