Share

Menyongsong Hari Baru

“Adinda Permata Biru. Segalanyaku, nafasku, hidupku. Kehadirannya laksana pengobat sakit yang tak pernah kunjung sembuh, kehadirannya menyejukan hatiku seperti hujan di kekeringan. Jika Mas Rangga inginkan aku, Mas harus menerima anakku dengan setulus hati kamu. Karena dia hidup dan matiku. Ingat, aku tak pernah memaksa Mas melakukan ini, tapi Ms sendiri yang menawarkan diri untuk menjadi ayah anakku. Darah daging orang lain,” ucap Ara lirih. Matanya berkaca, sedih usai mengatakannya.

Rangga menatap dalam, menghayati setiap kata yang terucap dari bibir manisnya. Tangan yang berpasangkan selang infus itu disentuh lembut.

“Aku tahu. Dan aku sudah bertekad untuk memberikan segala yang kupunya. Termasuk hidupku. Aku akan menyayangi Adinda sepenuh hatiku tanpa melihat dia darah daging siapa.”

“Terima kasih, Mas.”

***

Enam bulan berlalu. Bayi mungil Ara sudah tumbuh lebih besar, cantik, dan menggemaskan. Bahkan kedua pipinya sampai tumpah-tumpah saking gemuknya.

“Matamu berkilau, bersih ban
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status