Beranda / Pernikahan / Luka Yang Dirindukan / Keputusan Untuk Membawa Fery

Share

Keputusan Untuk Membawa Fery

Penulis: Renti Sucia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Setelah dilakukan serangkaian tes dan pemeriksaan, hasil sementara menunjukkan tanda-tanda vitalnya membaik. Tapi, saya tidak bisa menjamin atau menjanjikan kesembuhan meski kami selaku tim medis telah melakukan yang terbaik bagi putra Anda.”

Sepasang mata wanita separuh baya itu mulai penuh dengan gumpalan air mata yang siap meluncur. Ia pikir bukankah kesadaran Fery adalah suatu berita baik? Lantas, mengapa di hari-hari berikutnya dokter berkata sesuatu yang tak jelas.

“Maksudnya, Dok?” Sedikit serak tanya itu keluar dari mulutnya.

“Maaf, kami tak bisa berbuat banyak. Untuk membantunya keluar dari masa sulitnya ... itu sangat mustahil. Melihat peralatan medis kami begitu terbatas, dan—”

“Langsung saja katakan apa yang harus saya lakukan! Saya tidak mau membuang banyak waktu begini!” Bu Asti teramat emosi.

Tak hanya pikirannya yang digrogoti ketertekanan mental, tetapi dirinya sungguh serasa diguncang hebat. Baru saja lepas dari kegelisahan yang terasa tak berkesudahan, ia kembali d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Luka Yang Dirindukan   Sudah Diputuskan

    Vina duduk di tepi ranjang tempat Fery kini terbaring. dirinya memijit-mijit kaki kakaknya. Saat ini Ara masih berjaga seperti biasa.“Nanti mama akan ke sini, Mbak. Jadi, Mbak bisa fokus bekerja di kantor. Jangan sampai pikiran Mbak Ara terbebani. Oke? Aku yakin, mas Fery juga pasti nggak mau liat Mbak Ara kecapean.”“Makasih Vin, tapi mama bukannya lagi sakit, Vin?”“Sudah baikan, kok. Lagian kayak enggak tahu mama aja gimana. Mama enggak pernah betahan di rumah dan enggak bisa diam orangnya.”Ara tersenyum. Benar apa kata Vina, ia juga tahu itu.“Jadi Mbak enggak perlu khawatir dan fokus saja seperti kataku tadi. Semangat kerjanya, ya!”“Iya, Vin. Makasih, ya.”Vina hanya tersenyum kala menyahuti perkataan kakak iparnya itu. Setidaknya, sebagai seorang adik yang berbakti, ia bisa merawat Fery meskipun hanya sesekali.“Ya sudah, Mbak. Bukannya mau kerja?” tanya Vina pada Ara. “Iya, tapi udah siang ini. Gak akan sempet mandi, kayaknya.” ujar Ara.Vina menyodorkan tas berisi setelan

  • Luka Yang Dirindukan   Talak Cerai

    Ara masih terpaku, menatap tidak percaya pada pemilik manik coklat terang itu. Lalu, Rangga sendiri juga terdiam, menatap Ara dengan sorot cemas.Beberapa detik kemudian, Ara mendorong Rangga yang terlalu dekat dengannya.“Apa yang kamu lakukan, Mas?!” tanya Ara menuntut penjelasan.Lelaki itu memalingkan wajah sambil mengusapnya secara kasar. Jelas ia kesulitan mencari jawabannya. Dirinya saja tak tahu mengapa melakukan itu.“Maafkan saya, Ra. Sa-saya tidak bisa mengontrol diri,” jawabnya dengan posisi membelakangi Ara.Rangga mungkin menyesal. Dirinya juga merasa malu atas sikap semberononya itu.“Kenapa?!” sentak Ara.Wanita itu kini terlihat marah. Ara sampai memukul lengan Rangga beberapa kali. Namun, terhenti ketika Rangga menangkap tangannya itu. Lelaki itu dan menatap dalam.“Maaf, itu tidak disengaja. Semua terjadi begitu saja, Ra.”Ara menatap sinis. “Mana mungkin semua terjadi begitu saja?”Wanita itu menepis pegangan Rangga, berniat pergi meninggalkannya sendiri. Lelaki it

  • Luka Yang Dirindukan   Lembar Baru Tanpa Fery

    “Kenapa?””Kenapa jadi begini?””Bukankah kita sudah berbaikan? Lalu, kenapa?”Ara masih tidak bisa menerima keputusan Fery. Wanita itu meraung sedih, nelangsa. Pecahan kaca serta benda mudah pecah lainnya berserakkan di atas ubin putih, tanda dirinya baru saja mengeluarkan kemarahan dalam dada.Dia kecewa. Padahal, beberapa waktu lalu Ara yang memaksa ingin bercerai. Namun, setelah merawat lelaki itu, permintaannya untuk bercerai ia batalkan. Bahkan, dirinya bertekad untuk selalu setia pada Fery. Namun mengapa? Dan tanya itu telah menyerang rongga pikirannya. Memaksa untuk kembali benci.Meski nyatanya kebencian yang pernah tertanam dalam hati sudah hilang, bahkan wanita itu memilih melupakan semua yang pernah dilakukan oleh Fery dan berharap rumah tangganya bisa dimulai dari awal lagi. Namun, semua sudah terlambat. Fery sudah memutuskannya, dan hubungan mereka sudah benar-benar berakhir. Membuat Ara kembali disiram api kebencian.Mahligai cinta yang berusaha Ara jaga ternyata pada

  • Luka Yang Dirindukan   Positif Hamil

    “Lho! Ra?!”Mata Ara menyambut melotot. Ini adalah pertemuan tak disengaja atau direncana, dan ia sama sekali tak menyangka.‘Terakhir kali bertatap muka dengannya saat waktu itu ....’ Ara menerawang kembali potongan ingatan lalu, ketika melihat Rangga berlari di bawah hujan.Tampaknya tak hanya Ara yang terkejut. Laki-laki itu juga sama kagetnya. Terpaku diam menatap lepas.Lama mereka terdiam. Mirna juga sama kagetnya, ia tidak menyangka akan bertemu Rangga. Setelah beberapa menit, akhirnya ketiganya mengobrol bersama. Bertukar cerita. Rangga kini bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di sebuah sekolah ternama di Jakarta. Ia diminta mempersiapkan sebuah acara festival sekolah. Semua dia urus termasuk soal makanan. Rangga sangat kaget ternyata Ara adalah pemilik usaha tersebut.“Ya, ampun enggak sangka bakal ketemu lagi begini,” jelas Ara senang.Rekahan senyumnya bersambut. Rangga membalas hangat.“Iya, semua tak terencana.”Hening sesaat. Keduanya kembali ingat akan kenangan terakh

  • Luka Yang Dirindukan   Perih Hati

    Pagi kembali menyapa seperti hari-hari yang telah berlalu. Namun, Ara sudah kelelahan bukan main setelah bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk muntah.“Aduh, kamu maunya bunda makan apa, Sayang? Rasa-rasanya apa pun yang masuk ke perut bunda pasti keluar lagi,” ucap Ara susah payah. Tangannya mengelus perut yang masih rata itu hati-hati.Sejak kehadiran calon buah hatinya, ia selalu sering bicara sendiri. Mengelus kulit perutnya lembut seolah kedua tangan itu tengah membelai bayi sungguhan.“Kamu mau buah-buahan?” Bahkan wanita itu sudah mempersiapkan panggilan si calon bayi kepadanya.Bunda. Ara senang dengan panggilan itu. Dalam satu kesempatan dia juga sudah membayangkan buah cintanya yang mungil memanggil demikian. Membuat Ara tak pernah bisa menghentikan senyumnya di saat sedang asyik membayangkannya.“Oke, nanti bunda akan beli beberapa buah-buahan, ya.”Ara berdiri sedikit terhuyung saking pusing kepala. Tangannya meraba tembok demi bisa segera sampai ke atas ranjang.“Tidak,

  • Luka Yang Dirindukan   Senyum Palsu

    ‘Satu-satunya hal yang mampu membuat bibirku tersenyum tulus hanyalah ketika aku membayangkan bisa menyentuh lembut kaki-kaki mungilmu, Nak. Selain itu, rasanya dunia bunda sudah hambar, tak ada hal baik yang mampu membuat hati ini bahagia.’Kasihan sekali wanita itu. Setelah ditinggalkan oleh cinta yang ia anggap sejati dulunya, sekarang beginilah kehidupan yang ia jalani. Hambar seperti katanya.Meski sesungguhnya Ara dikelilingi banyak orang-orang baik, itu tak membuat kebekuan hatinya berhenti. Dan satu-satunya yang bisa sedikit mencairkan hati beku itu hanyalah sang calon buah hati.“Ra, hey?”Suara Rangga menyadarkannya dari lamunan, jiwanya yang berkelanan dalam alam bawah pikiran diseret keluar ke dunia nyata. Ara terhenyak kaget.“Oh, a-apa?” sahutnya refleks.“Itu makananmu keburu dingin, ayo habiskan,” suruh laki-laki bermata teduh itu sambil menunjuk piring.Ara nyengir kuda. Tentu saja itu hanya kepalsuan yang berusaha dia tunjukkan di depan Rangga. Pura-pura kuat dan bah

  • Luka Yang Dirindukan   Rasa Yang Salah

    Untuk seperersekian detik Ara diam seribu bahasa. Tenggelam dalam terkaan-terkaan yang ia ciptakan sendiri. Apakah Rangga memang masih menyimpan rasa untuknya? Apakah laki-laki itu tulus ingin membantu dan menjaganya serta calon buah hatinya?Ara tak tahu jawaban pastinya. Dan ia sungguh tak ingin menanyakan itu secara langsung. Belum siap mendapat jawaban yang tak ia harapkan dari Rangga.“Kenapa jadi bahas masa lalu, Mas? Itu sudah lama sekali.” Setelah berusaha menenangkan diri, Ara meloloskan tanya itu. Namun, ia menghindari tatapan mata Rangga sekarang.Jika boleh jujur, Rangga agak malu karena begitu percaya diri sekali sebelumnya. Dia pikir dengan berkata manis akan membuat hati Ara sedikit meleleh, tetapi nyatanya tidak.Mobil terhenti ketika lampu merah menyala. Di kesempatan itu Rangga terus mencuri pandang, membuat Ara tak nyaman bukan main.“Ra ....” Dengan suara paling lembut Rangga memanggil.“Hm?” Wanita itu menyahut tanpa mau membalas tatapan mata dalam sang mantan.“S

  • Luka Yang Dirindukan   Pernyataan Rangga

    Hujan kembali turun mengguyur jantung kota Jakarta. Membuat gersang semakin terasa, apalagi di dalam mobil Rangga.“Maaf, ya, Ra. Masuk mobilku pasti kepanasan,” ucap Rangga tak enak hati.Ara mati-matian menahan mual yang telah menjadi sejak tadi. Akan tetapi, masih berusaha ia tahan sekuat hati.‘Aku tak boleh muntah di mobil orang.’“Aku sudah biasa dengan udara Jakarta, Mas. Enggak masalah,” jawab Ara. “Makasih, loh, sudah mau jemput.”“Iya, sama-sama. Lagian saya tidak akan biarkan kamu pulang sendirian, jadi sengaja menjemput karena khawatir.”Ara menatap wajah laki-laki itu dalam. Baginya kebaikkan Rangga tak ada bandingannya. Ini membuat Ara semakin yakin untuk menjauh dari Rangga. Itu demi kebaikkan laki-laki itu sendiri.“Mas, makasih karena sudah menjaga aku selama ini. Menemani hari-hari hambarku, selalu aku repotkan setiap waktu. Itu sangat aku hargai. Tapi, sepertinya kamu enggak perlu melakukannya lagi. Kamu harus mencari masa depanmu, aku serius.”Rangga terhenyak, ham

Bab terbaru

  • Luka Yang Dirindukan   Episode Terakhir

    Semua yang telah terjadi, seakan menjadi buih lautan yang terombang-ambing sampai akhirnya hilang tak berjejak.Cinta, kasih sayang, penyatuan dua manusia yang berakhir saling berpisah, kemudiaan berjarak dan saling benci karena sebuah kesalah pahaman, akhirnya bisa kembali bicara empat mata dengan waktu yang cukup panjang. Meluruskan segala hal yang salah.Ara tersedu hingga menghabiskan satu pack tisu kecil di tangannya. Setengah hatinya tak percaya karena dia telah ditipu oleh mantan mertua dan adik iparnya, sehingga dia harus menjalani kepahitan selama bertahun-tahun lamanya, setengah hati lainnya masih saja marah karena mengingat tentang perselingkuhannya dengan Ria dulu.Bagian itu, Fery tak dapat membela diri. Sebab namanya memang sudah rusak berkat wanita setan itu. Namun, dia masih berharap Ara akan memaafkan.Dia juga menyesal mengapa semudah itu percaya dengan kata ibunya yang mengatakan Ara sudah menikah dengan Rangga, sehingga dia pun menjadi setengah gila waktu itu. “Ra

  • Luka Yang Dirindukan   Air Mata Jatuh Lagi

    “P-Pak Fery?”Mirna begitu terkejut sampai dia hampir saja menjatuhkan ponselnya dari tangan. Beruntung hal buruk itu tak sampai terjadi.“Tantee! Malah ninggalin, sih!” Dinda memburunya, memeluknya, tapi dengan gaya kesal. Sesekali memukul perut Mirna pelan.Ceritanya marah.Namun, Mirna masih mematung sempurna tanpa melepas pandangannya dari Fery. Pun dengan lelaki itu sendiri.“Pak Fery? Ini bener-bener Bapak, kan?” Sambil memangku Dinda agar tak tertinggal lagi karena kecerobohannya, ia mendekat pada Fery yang juga melangkah ke arahnya.Namun, Fery menatapnya dengan berjuta rasa yang menggebu-gebu. Sesekali menatap Dinda dengan berbagai praduga yang tercipta begitu saja dalam rongga otaknya.“Katakan padaku, Mir. Dinda anak siapa?”Dan, yah ... begini jadinya jika seorang Fery sudah curiga berat. Setelah mendengar Dinda berkata jika dia bukan anak kandung Rangga, dia akan langsung mencari jawabannya tak peduli meski tak langsung pada Ara.Seketika mata Mirna terbelalak besar. Dia

  • Luka Yang Dirindukan   Fakta yang Terbongkar

    Yang Maha Kuasa telah mentakdirkan agar mereka kembali berjumpa. Lantas, sampai kapan, kah, kesalahpahaman antar keduanya terus mengungkung mereka? Kapan sekiranya dua hati yang lukanya tak kering-kering itu sembuh?Entah, tak ada yang tahu. Namun, satu yang pasti, meski tertanam kecewa dan benci atas apa yang terjadi di masa lalu, tetapi rasa rindu juga tak luput menggedor-gedor pintu hati mereka.Ingin keluar, ingin lepas. Sayangnya sesuatu yang bernama gengsi, egois, juga amarah mencegahnya. Rasa yang disebut rindu itu dirantai kuat-kuat, lalu dikubur ke dalam hati terdalamnya.Hasil pertemuan itu tak menjadi apa-apa kecuali menjadi luka yang membuat hati masing-masing berdarah.***Fery terlampau kecewa, ternyata wanita yang sepalu membakar semangatnya untuk kembali pada kondisi semula itu ternyata sudah menikahi laki-laki lain. Bahkan mereka sudah memiliki keturunan.“Sepertinya aku memang terlahir tak normal, tidak sehat, mandul,” gumam Fery frustrasi. Isi kepalanya kini dipenuh

  • Luka Yang Dirindukan   Permainan Takdirkah?

    Benarkah yang dilihatnya adalah Fery? Ara terdiam menatap lelaki yang perlahan mendekatinya. Tertegun bahkan hampir tak mengedipkan mata.“Ra, itu kamu?”Tak salah lagi. Lelaki itu memanglah Fery. Sang mantan suami yang kini tampak lebih kurus. Sehingga Ara sedikit syok melihatnya.Sekian tahun berpisah, dan tak pernah saling berhubungan, lalu tiba-tiba bertemu tanpa sengaja begini membuat keduanya merasa sedang bermimpi.Perlahan mata ara berkaca kala Fery telah sampai di hadapanya dengan jarak amat dekat.Lelaki itu sesungguhnya enggan mendekat, tetapi kakinya terus melangkah sejak melihat wajah Ara di tempa ia berdiri tadi. Tanpa bisa diperintah diam, ia terus mendekat.Mungkin rasa rindu yang menggunduk dalam dadanya menjadi sebuah dorongan kuat baginya untuk mendekati Ara.“M-Mas Fery kah?” tanya Ara terbata. Dengan suara paling pelan, tetapi untung lelaki itu masih paham.Bibir Fery tersenyum, kepalanya mengangguk kikuk.‘Sial. Kenapa aku bersikap begini ketika harus berhadapan

  • Luka Yang Dirindukan   Pertemuan Tak Terduga

    Waktu terus bergulir tanpa terasa. Fery mulai bosan tinggal di kamar terus. Semakin lama mendekam di dalam, semakin terbayang wajah sang mantan.“Sepertinya aku harus cari angin. Kalau tidak, bisa mati karena gila memikirkan Ara,” monolog Fery seraya bangkit dari posisi tidurannya.Fery berkaca sebelum benar-benar pergi. Di situ ia menghela napas berat, merasa sedih melihat diri yang masih terlihat kurus. Ya, meski tidak separah sebelumnya, tetapi ia sedih saja.Berjalan keluar, dia disambut oleh tatapan serius dari Vina yang kini sedang selonjoran di atas sofa sambil menonton siaran televisi. Namun Fery cuek saja dan terus melangkah.“Mau ke mana? Ini udah mau magrib, loh Mas.” Gadis muda itu tak segan menegur kala melihat kakaknya berjalan menuju pintu utama.“Sambil nunggu mama balik dan masak, mau keliling-keliling dulu di sekitar kota ini. Sumpek di kamar terus,” jawabnya sambil menarik gagang pintu. Kemudian Fery hilang dari pandangan Vina sebelum dia menyahuti perkataannya.“Hi

  • Luka Yang Dirindukan   Bukan Hanya Kebetulan

    Tak akan pernah ada yang tahu tentang takdir akan berjalan bagaimana. Beratkah? Muluskah? Semua hanya Tuhan yang tahu.Mungkin sebagian dari orang menganggapnya sebagai kalimat belaka tanpa arti, tetapi nyatanya takdir memang ada di dunia ini.Takdir yang tak bisa dihindari.Seperti pertemuan kembali Ara dan Fery. Dua manusia yang pernah disatukan dalam ikatan pernikahan, tetapi terpaksa kandas hanya karena sebuah kesalahpahaman dan juga adanya hal lain yang memberatkan sebelah pihak.Sehingga Fery memutuskan untuk menceraikannya lewat surat.Dn dia menyesalinya sepanjang hidup setelah berhasil melewati masa-masa terberatnya dalm hidup.Lantas, akankah semua kesalahpahaman itu akan berakhir?Tak ada yang tahu. Kembali lagi lepada takdir yang sudah menggaris di tangan. Garis yang hanya bisa digambar oleh Sang Pencipta.***Ara masih termenung di meja kerja. Masih mengingat rupa seseotang yang mirip dengan mantan suaminya, Fery.‘Dia mirip sekali. Apakah itu dia? Sungguh?’ Entah untuk k

  • Luka Yang Dirindukan   Saat Itu Bulan Agustus

    Saat itu bulan Agustus, waktu di mana Fery dinyatakan pulih hampir seratus persen. Dia sudah bisa kembali menggerakkan seluruh tubuhnya dan mampu bicara, meski sesekali ia merasakan kondisi mati rasa dan juga belum lancar bicara, tetapi itu tak mematahkan semangatnya untuk tetap berusaha kembali pada kondisi normalnya.Hari demi hari dilalui dengan suka cita dan penuh air mata. Fery mencoba melewati masa itu, mencoba membunuh rasa sakit yang terasa tiada ujung. Hingga akhirnya Fery bisa benar-benar kembali pada kondisi normalnya.Dia banyak mengucap syukur dan terima kasihnya yang tak terhingga kepada orang tua serta adiknya yang tetap setia menjaga dan merawat tanpa lelah. Meski sejatinya ia tahu bahwa ada rasa jengah tergaris di wajah mereka di satu waktu.Untuk sementara Fery serta keluarga tinggal di Inggris sebab tak punya pilihan lain setelah habiskan aset dan harta benda demi kesembuhannya.Kondisi ekonomi mereka begitu buruk saat itu, hingga harus merasakan tidur di jalanan us

  • Luka Yang Dirindukan   Sosok Familier

    Ara termenung di jam istirahat. Membuka lembar demi lembar buku album foto Dinda dari ketika dia masih bayi merah hingga kini sudah menjadi gadis mungil yang cantik.Sekarang Dinda tengah tertidur di sofa, di kantor Ara. Sejak kecil, ia sudah terbiasa dibawa bekerja, sebab di rumah tak ada yang menjaga. Sehingga anak itu tumbuh menjadi gadis baik yang penuh pengertian dan mandiri.Bahkan Dinda selalu menjadi penyemangatnya di saat pekerjaan membuat pening dan memusingkan.“Sebanyak apa pun aku menepis, kamu tetap mirip ayah kamu, Din.” Sofia bergumam sedih.Seminggu lagi dia akan pulang ke rumah untuk merundingkan pernikahannya dengan Rangga, tetapi sejak memutuskan itu, pikirannya kembali dikecoh oleh bayang-bayang Fery sang mantan suami.Entah mengapa, Ara pun tak mengerti.Meski benci mengental mendarah daging, rasa itu tak bisa dibohongi. Nyatanya rindu masih ada untuknya. Rindu yang ada bersamaan dengan benci di hati.“Gimana sekarang dia, ya? Sudah punya anak belum, ya dengan is

  • Luka Yang Dirindukan   Gagal Romantis

    Tak peduli bau nasi padang menguar dari mulut, Rangga melamar Ara dengan percaya dirinya. Di sana. Di dalam mobil yang masih diam di tempat.Mata Ara sudah berkaca-kaca. Ingin menangis. Namun, mati-matian menahan sekuatnya. Dia bagai baru saja tersengat oleh aliran listrik. Tak bisa berkata, atau bergerak.“Ra? Kok, malah bengong, sih?” tanya Rangga berhasil mengusir kekagetan Ara.Saat itu juga, ia tersenyum.“Mas serius udah siap nikahin aku?”Kontan Rangga mengangguk.“Serius, dong. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Kurasa ini sudah waktunya. Jadi gimana, kamu mau apa engga?” ulangnya bertanya. Rangga tak sabar ingin mendengar jawaban Ara, yakin jika wanita itu akan menerima lamarannya.“Ya mau lah Mas. Aku sudah menunggu begitu lama,” ucap Ara seraya menjatuhkan air mata. Tak tahan lagi. Terharu.Rangga tercenung diam.‘Menunggu lama?’“Kamu menunggu, Ra?” Pertanyaannya bersambut satu anggukkan. Bagi Ara itu adalah kesialan karena bisa-bisanya keceplosan. Kini pipinya semerah

DMCA.com Protection Status