Arjuna tidak bisa berpikir jernih. Setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang ditugaskan untuk mengikuti Larissa, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu bergegas menuju rumah sakit tempat sang istri mendapat penanganan. Ia meninggalkan ruang meeting begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu, membuat semua orang yang berada di ruangan tersebut menatapnya bingung. Arjuna tak habis pikir bagaimana bisa Larissa menjadi korban tabrak lari. Tiga tahun mengenal sang istri, Arjuna jelas tahu Larissa termasuk orang yang melakukan sesuatu dengan hati-hati, apalagi menyangkut keselamatan dirinya sendiri. Arjuna memacu kendaraan miliknya dengan kecepatan tinggi. Tak ia pedulikan teriakan serta umpatan dari pengendara lain yang ia salip dan hampir saja bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Arjuna ingin segera tiba di rumah sakit. Ingin mengetahui kondisi sang istri yang beberapa hari ini selalu menghindarinya dan ternyata justru kabar buruk yang ia dengar tentang istrinya
"Waktunya makan. Mau aku suapi?"Larissa menggeleng lemah. Semenjak ia sadar, Arjuna sama sekali tidak beranjak dari sisinya. Seharusnya ia merasa senang. Namun, ingatan tentang kehamilan Renata membuatnya membuang jauh-jauh rasa itu karena ia tahu Arjuna harus membagi waktu dengan istrinya yang lain. "Tidak usah, aku bisa sendiri.""Tapi kamu masih lemah." Arjuna bersikeras. "Kalau sekedar untuk makan, aku masih bisa. Aku ini bukan wanita manja yang sakit sedikit saja minta dilayani," ketus Larissa menepis tangan Arjuna yang hinggap di jemarinya. Arjuna menghela napas, tetapi kemudian menampilkan senyum untuk menenangkan sang istri yang sepertinya masih merajuk. "Tangan kamu gak sakit? Di sini banyak luka goresnya." Arjuna menunjuk beberapa luka gores di sekitar lengan Larissa. "Aku suapi saja, ya.""Gak usah, Mas. Lagian Mas Juna ngapain masih di sini? Nanti istri kamu nyariin lagi!""Istri aku kan kamu."Larissa memutar bola mata. "Istri tercintamu! Jangan pura-pura amnesia. Mas
"Anda menyukai istri saya?"Satu pertanyaan lolos dari mulut Arjuna sebelum Regan sempat memegang knop pintu. Mematung sejenak karena tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu, Regan kemudian berbalik kembali menghadap suami dari Larissa dan berkata."Perlu Anda tahu, Pak Arjuna. Setiap pria pasti dengan mudah jatuh dalam pesona Larissa, termasuk saya. Selain cantik, dia juga memiliki kriteria lain yang diidamkan para pria. Bodoh saja kalau ada yang menyia-nyiakan wanita seperti dia." Regan tersenyum mengejek. "Jadi, jawaban dari pertanyaan Anda adalah 'ya'. Saya menyukai Larissa," tegasnya tanpa keraguan.Setelah menjawab pertanyaan Arjuna, Regan melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan suami Larissa tersebut. Meninggalkan Arjuna yang mengepalkan tangan menahan marah dan cemburu mendengar jawaban lugas dari Regan.Pria itu menyukai istrinya bahkan rela mencari informasi tentang kecelakaan kemarin. Arjuna yakin rasa yang dimiliki Regan untuk istrinya bukan sekedar suka, tet
"Pa, tolong Mama!""Mama gak mau dibawa ke kantor polisi!""Papa!"Pramudya menatap sendu sang istri yang digiring ke dalam mobil milik Polisi. Pria itu tidak bisa berbuat banyak karena surat penangkapan sudah jelas ada dan ia harus mematuhi prosedur yang berlaku.Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membantu Wanda karena pada kenyataannya, ia tidak mempunyai uang untuk menyewa jasa seorang pengacara.Andai ....Ah, tetapi bukan saatnya untuk berandai-andai. Semuanya sudah terjadi dan Wanda harus memetik hasil dari perbuatannya sendiri. "Lho, kok tadi ada mobil polisi, Pa?"Renata yang baru tiba di rumah merasa heran. Pasalnya, baru saja taksi yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil polisi yang keluar dari pekarangan rumahnya. "Pa, kok malah diam? Tadi itu mobil polisi kan? Apa yang mereka lakukan di rumah kita?" cecar Renata karena Pramudya tak kunjung menjawab. "Mereka ... mereka menangkap mamamu."Jawaban Pramudya sukses membuat Renata limbung. Beruntung Pramudya dengan sigap m
Renata bernapas lega karena akhirnya bisa lolos dari ajakan Arjuna yang ingin membawanya ke rumah sakit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kebohongannya harus terbongkar saat ini. Wanda tidak ada di sisinya dan Renata merasa pusing menghadapi semuanya sendirian. Andai sang Mama tidak ceroboh dengan menyuruh orang mencelakai Larissa, mungkin saja saat ini mereka bisa menyusun strategi lain untuk menyingkirkan istri pertama suaminya tersebut. Setelah merengek ingin ikut dengan Arjuna, maka di sinilah Renata sekarang. Di ruang tunggu bersama suaminya, menunggu Wanda yang sedang dijemput oleh satu orang petugas polisi. Renata menatap nanar setiap sudut kantor polisi yang terasa menyeramkan untuknya. Ia tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya sang Mama harus tidur di ruangan pengap tanpa kasur empuk dan selimut tebal. Seorang Wanda yang dulu dikenal sebagai sosialita yang sering tampil dengan penampilan glamournya, kini harus memakai baju tahanan. Sungguh, sangat mema
Larissa memperhatikan penampilannya di depan cermin. Sesuai janji yang Arjuna katakan sore itu, hari ini mereka akan mengajak Renata ke Dokter. Larissa sengaja melakukannya untuk membuktikan bahwa kecurigaannya selama ini benar. Renata berpura-pura hamil agar Arjuna tidak menceraikan wanita itu.Larissa memang se-yakin itu untuk membuktikan bahwa Renata tengah berbohong. Namun, di sudut hatinya yang lain ia merasa takut jika ternyata dugaannya selama ini salah. Bagaimana jika ternyata Renata benar-benar hamil? Masih sanggupkah ia bertahan bersama Arjuna jika sampai suaminya tersebut tetap mempertahankan Renata demi calon anak mereka?Larissa menarik napas dan membuangnya kasar. Apa pun kenyataannya nanti, ia harus siap menghadapinya. Jika sampai terbukti Renata benar-benar hamil dan Arjuna tetap mempertahankan wanita itu, maka terpaksa dirinya akan memilih jalan perpisahan. Meski dulu ia bersikeras untuk mempertahankan Arjuna demi membalas dendam agar Renata tidak bisa memiliki pria i
Arjuna masih shock dengan apa yang ia dengar dari Pramudya. Suami dari Larissa masih bergeming di tempatnya berdiri tanpa bereaksi apa pun, sama halnya dengan sang istri pertama. Larissa yang seharusnya senang karena dugaannya ternyata benar, malah terpaku menatap suaminya karena ingin melihat reaksi Arjuna setelah mendengar kenyataan yang sebenarnya. "Maaf jika Papa sedikit terlambat mengatakannya. Sebenarnya hal inilah yang ingin Papa katakan kepada Nak Juna waktu itu, tetapi Wanda mengancam Papa. Saat ini Papa hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada pernikahan kalian akibat ulah mereka, makanya Papa memberanikan diri berbicara kepada kalian," papar Pramudya setelah cukup lama menunggu tanggapan dari anak dan menantunya, tetapi keduanya masih sama-sama diam. "Mama Wanda mengancam Papa?" tanya Arjuna setelah rasa terkejutnya sedikit berkurang. "Ya. Dia mengancam akan menyakiti Arumi dan Larissa jika Papa sampai membocorkan rahasia mereka. Dan ternyata Wanda tidak main-ma
"Kamu sudah sadar?"Renata yang baru saja membuka mata, menoleh ke asal suara. Di sana, di dekat pintu telah berdiri sosok tinggi yang selama ini sangat dirindukannya. Renata berharap apa yang ia lihat bukanlah mimpi. Ia sengaja mencubit kecil punggung tangannya, dan tak lama kemudian senyum lebar tercetak dari bibirnya setelah yakin bahwa ini nyata. Dia ... Kris Bachtiar. Sang ayah yang selama bertahun-tahun tidak pernah menjumpainya semenjak kedua orang tuanya berpisah. "Papa ...." Kris tersenyum. Ia mendekat ke arah ranjang sang Putri, kemudian duduk di pinggir ranjang tersebut. "Ya. Ini Papa."Kris merentangkan tangan yang langsung disambut Renata. Keduanya saling berpelukan, menumpahkan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Renata menangis dalam pelukan papanya, pun dengan Kris yang tak kuasa membendung air mata haru. Betapa putrinya sudah dewasa dan ia menyesal karena tidak bisa berada di samping Renata selama beberapa tahun belakangan. Setelah perceraiannya denga