"Pa, tolong Mama!""Mama gak mau dibawa ke kantor polisi!""Papa!"Pramudya menatap sendu sang istri yang digiring ke dalam mobil milik Polisi. Pria itu tidak bisa berbuat banyak karena surat penangkapan sudah jelas ada dan ia harus mematuhi prosedur yang berlaku.Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membantu Wanda karena pada kenyataannya, ia tidak mempunyai uang untuk menyewa jasa seorang pengacara.Andai ....Ah, tetapi bukan saatnya untuk berandai-andai. Semuanya sudah terjadi dan Wanda harus memetik hasil dari perbuatannya sendiri. "Lho, kok tadi ada mobil polisi, Pa?"Renata yang baru tiba di rumah merasa heran. Pasalnya, baru saja taksi yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil polisi yang keluar dari pekarangan rumahnya. "Pa, kok malah diam? Tadi itu mobil polisi kan? Apa yang mereka lakukan di rumah kita?" cecar Renata karena Pramudya tak kunjung menjawab. "Mereka ... mereka menangkap mamamu."Jawaban Pramudya sukses membuat Renata limbung. Beruntung Pramudya dengan sigap m
Renata bernapas lega karena akhirnya bisa lolos dari ajakan Arjuna yang ingin membawanya ke rumah sakit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kebohongannya harus terbongkar saat ini. Wanda tidak ada di sisinya dan Renata merasa pusing menghadapi semuanya sendirian. Andai sang Mama tidak ceroboh dengan menyuruh orang mencelakai Larissa, mungkin saja saat ini mereka bisa menyusun strategi lain untuk menyingkirkan istri pertama suaminya tersebut. Setelah merengek ingin ikut dengan Arjuna, maka di sinilah Renata sekarang. Di ruang tunggu bersama suaminya, menunggu Wanda yang sedang dijemput oleh satu orang petugas polisi. Renata menatap nanar setiap sudut kantor polisi yang terasa menyeramkan untuknya. Ia tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya sang Mama harus tidur di ruangan pengap tanpa kasur empuk dan selimut tebal. Seorang Wanda yang dulu dikenal sebagai sosialita yang sering tampil dengan penampilan glamournya, kini harus memakai baju tahanan. Sungguh, sangat mema
Larissa memperhatikan penampilannya di depan cermin. Sesuai janji yang Arjuna katakan sore itu, hari ini mereka akan mengajak Renata ke Dokter. Larissa sengaja melakukannya untuk membuktikan bahwa kecurigaannya selama ini benar. Renata berpura-pura hamil agar Arjuna tidak menceraikan wanita itu.Larissa memang se-yakin itu untuk membuktikan bahwa Renata tengah berbohong. Namun, di sudut hatinya yang lain ia merasa takut jika ternyata dugaannya selama ini salah. Bagaimana jika ternyata Renata benar-benar hamil? Masih sanggupkah ia bertahan bersama Arjuna jika sampai suaminya tersebut tetap mempertahankan Renata demi calon anak mereka?Larissa menarik napas dan membuangnya kasar. Apa pun kenyataannya nanti, ia harus siap menghadapinya. Jika sampai terbukti Renata benar-benar hamil dan Arjuna tetap mempertahankan wanita itu, maka terpaksa dirinya akan memilih jalan perpisahan. Meski dulu ia bersikeras untuk mempertahankan Arjuna demi membalas dendam agar Renata tidak bisa memiliki pria i
Arjuna masih shock dengan apa yang ia dengar dari Pramudya. Suami dari Larissa masih bergeming di tempatnya berdiri tanpa bereaksi apa pun, sama halnya dengan sang istri pertama. Larissa yang seharusnya senang karena dugaannya ternyata benar, malah terpaku menatap suaminya karena ingin melihat reaksi Arjuna setelah mendengar kenyataan yang sebenarnya. "Maaf jika Papa sedikit terlambat mengatakannya. Sebenarnya hal inilah yang ingin Papa katakan kepada Nak Juna waktu itu, tetapi Wanda mengancam Papa. Saat ini Papa hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada pernikahan kalian akibat ulah mereka, makanya Papa memberanikan diri berbicara kepada kalian," papar Pramudya setelah cukup lama menunggu tanggapan dari anak dan menantunya, tetapi keduanya masih sama-sama diam. "Mama Wanda mengancam Papa?" tanya Arjuna setelah rasa terkejutnya sedikit berkurang. "Ya. Dia mengancam akan menyakiti Arumi dan Larissa jika Papa sampai membocorkan rahasia mereka. Dan ternyata Wanda tidak main-ma
"Kamu sudah sadar?"Renata yang baru saja membuka mata, menoleh ke asal suara. Di sana, di dekat pintu telah berdiri sosok tinggi yang selama ini sangat dirindukannya. Renata berharap apa yang ia lihat bukanlah mimpi. Ia sengaja mencubit kecil punggung tangannya, dan tak lama kemudian senyum lebar tercetak dari bibirnya setelah yakin bahwa ini nyata. Dia ... Kris Bachtiar. Sang ayah yang selama bertahun-tahun tidak pernah menjumpainya semenjak kedua orang tuanya berpisah. "Papa ...." Kris tersenyum. Ia mendekat ke arah ranjang sang Putri, kemudian duduk di pinggir ranjang tersebut. "Ya. Ini Papa."Kris merentangkan tangan yang langsung disambut Renata. Keduanya saling berpelukan, menumpahkan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Renata menangis dalam pelukan papanya, pun dengan Kris yang tak kuasa membendung air mata haru. Betapa putrinya sudah dewasa dan ia menyesal karena tidak bisa berada di samping Renata selama beberapa tahun belakangan. Setelah perceraiannya denga
"Kamu suka?"Pelukan hangat Larissa dapatkan di saat dirinya tengah menikmati pemandangan dari balkon kamar Hotel. Sesuai janji, Arjuna membawa Larissa berbulan madu sebagai babak awal dari kehidupan pernikahan mereka yang baru. "Suka banget. Makasih ya, Mas."Larissa menoleh, membuat hidung mereka bersentuhan karena saking dekatnya. Arjuna tidak tahan untuk mengecup bibir tipis yang sedikit terbuka milik sang istri. "Syukurlah kalau kamu suka. Kamu tahu? Aku ingin bulan madu ini menjadi awal yang baru untuk pernikahan kita.""Ya. Semoga saja ke depannya tidak ada lagi rintangan atau ... kalaupun ada, kita bisa menghadapinya sama-sama.""Aamiin. Boleh aku bertanya sesuatu?" Arjuna makin mengeratkan pelukan. Menumpukkan dagu di pundak istrinya yang sedikit terbuka. "Tentu saja. Mau nanya apa?"Arjuna berdehem sebelum kembali berkata. "Sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?"Larissa sempat tertegun. Ia kembali mengingat masa di mana dirinya mati-matian berusaha menolak pesona suaminya
Arjuna hanya bisa pasrah ketika Larissa bersikeras mengajaknya pulang, padahal mereka baru saja pergi tiga hari. Bukan karena bosan, hanya saja Larissa teringat pada Alkana yang mereka tinggalkan dengan Arumi dan pengasuhnya.Jika sudah menyangkut putra semata wayangnya, Arjuna tidak bisa membantah karena sejujurnya ia pun sudah merindukan putranya itu."Kita bisa lanjut bulan madunya di rumah," bisik Larissa ketika melihat wajah suaminya yang ditekuk dan ternyata cara itu cukup ampuh mengembalikan binar di mata Arjuna.Lombok mereka tinggalkan untuk kembali ke Jakarta. Keduanya disambut dengan kesibukkan masing-masing yang ternyata sudah menunggu. Arjuna disibukkan oleh rencana pembangunan kantor cabang di Semarang, sedangkan Larissa disibukkan oleh kegiatannya di klinik dan tentu saja mengurus sang putra. Namun, hal itu tidak menjadikan hubungan sepasang suami istri tersebut renggang. Justru Arjuna makin gencar memberikan perhatian kepada sang istri, pun sebaliknya. Saling mengirim
Larissa menatap foto yang terpajang di dinding kamar. Foto dirinya dan Arjuna yang sengaja diambil saat mereka berbulan madu. Ia dan suaminya begitu bahagia. Pernikahan impian yang dulu selalu ia idamkan akhirnya terwujud bersama pria yang dicintainya. Larissa tidak pernah menduga bahwa kebahagiaan yang baru saja ia rasakan bersama suaminya kini berganti duka. Kepergian Arjuna yang terasa berat ia lepas rupanya menjadi pertanda bahwa kejadian buruk akan menimpa suaminya. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang seharusnya melarang Arjuna untuk pergi ketika firasat itu sudah ia rasakan. Andai saja ia melakukannya, pasti kini Arjuna masih bersamanya menikmati kebersamaan yang akhir-akhir ini begitu berkesan. "Kamu di mana, Mas? Pulanglah. Aku dan Alkana menunggumu," lirihnya dengan tergugu. Ia peluk baju Arjuna dengan erat untuk menyalurkan rasa rindu yang entah kapan bisa tersalurkan. "Nak, Mama boleh masuk?"Ketukan dan suara Arumi sama sekali tak dihiraukan. Larissa masih larut dalam
Regan menatap mamanya bingung. Pasalnya, sang Mama terus tersenyum setelah ia menceritakan tentang kejadian kemarin sore di rumah Alin dan Raka. Bahkan, sang Mama menggodanya dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Raka benar. Alin pasti tidak akan menolak kalau ia melamar gadis yatim piatu tersebut. Ah, ada-ada saja.Memang, Regan akui Alin cukup cantik meski gadis itu tidak memakai make up, malah terkesan polos. Namun, ia tidak pernah sekalipun berpikiran sampai ke sana. Perasaannya murni hanya karena kasihan dan ingin melindungi kakak beradik itu dari orang-orang yang ingin mengganggu mereka, seperti pria bernama Awan. Regan mempunyai pikiran buruk tentang pria itu. Sepertinya Awan tidak akan menyerah begitu saja meski Alin sudah jelas-jelas menolaknya. Regan takut Awan akan berbuat nekat dengan menyakiti Alin jika sampai keinginannya tidak kesampaian. "Nanti sore kamu mampir ke toko kue itu lagi ya, Gan. Mama mau pesan lagi buat acara arisan lusa," ucap Marta membuyarkan la
Melihat wanita yang dicintai bahagia, Regan pun turut berbahagia. Pria itu memutuskan untuk berhenti menjaga Larissa dan kembali fokus pada pekerjaannya dan kehidupannya. Patah hati tidak lantas membuatnya kehilangan semangat. Hidup harus terus berjalan karena masih ada orang tua yang mempunyai harapan besar padanya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore ketika Regan menyudahi pekerjaan dan ingin secepatnya pulang ke rumah. Namun sebelum itu, Regan harus mampir ke toko kue untuk mengambil pesanan sang Mama. Meski sebenarnya ia sudah sangat lelah, tetapi tentu saja Regan tidak berani membantah. Maka, disinilah pria itu sekarang. Di sebuah toko kue yang ternyata adalah tempat Alin, gadis yang beberapa hari lalu adiknya hampir ia tabrak, bekerja. Awalnya Regan tidak menyadari bahwa Alin bekerja di sana. Namun ketika ia tak sengaja mendengar obrolan dua orang pegawai di sana, Regan tidak bisa untuk berpura-pura tidak peduli. "Coba si Alin gak izin. Kita gak bakal kerepotan seperti
Keinginan Larissa akhirnya terkabul. Di kehamilan yang kedua ini, Arjuna sangat memanjakannya. Apa pun yang ia minta pasti pria itu turuti, sekalipun Arjuna tengah disibukkan oleh pekerjaan. Memenuhi permintaan sang istri yang sedang ngidam menjadi kesenangan tersendiri bagi pria itu. Arjuna tidak ingin melewatkan moment di mana ia menjadi suami siaga yang siap kapan saja jika sang istri sedang membutuhkannya.Arjuna berubah menjadi suami yang over protektif. Melarang Larissa mengerjakan apa pun, termasuk jika sang istri ingin menyiapkan sarapan untuknya. Terkadang Larissa merasa kesal menghadapi sikap Arjuna yang seperti itu. Namun, jika suaminya sudah berkata demi kesehatan calon bayi mereka, maka Larissa tidak bisa berkutik.Memasuki trimester ke tiga, Larissa makin kewalahan dengan perutnya yang makin membesar. Arjuna sering kali memijat kaki sang istri yang sedikit bengkak, sambil mengusap perut Larissa untuk merasakan pergerakan di dalam sana."Wow, nendangnya kenceng banget, Sa
Arjuna menatap haru ke arah sepasang ayah dan anak yang sedang berpelukan. Ia tidak pernah menduga ternyata Larissa bersedia memenuhi permintaan Pramudya. Keduanya sama-sama menangis, saling meminta maaf dan diakhiri dengan kalimat Larissa yang mengatakan sebenarnya ia sangat menyayangi ayahnya. Ya, kekecewaan yang dirasakan istri Arjuna telah menutupi rasa sayang itu. Larissa menanamkan pada dirinya sendiri agar bisa membenci Pramudya ketika pria itu lebih memilih wanita lain ketimbang mamanya. Rasa benci berubah menjadi dendam, hingga akhirnya memaksa Larissa untuk melampiaskan dendam tersebut kepada sang ayah juga Wanita selingkuhannya. Namun, kini semuanya telah berakhir. Masing-masing telah menerima hukuman atas apa yang mereka perbuat, meski pada akhirnya tidak ada yang merasa puas karena semuanya terjadi di luar dugaan. "Terima kasih, Nak. Kamu masih mau mengabulkan permintaan Papa," lirih Pramudya setelah pelukan mereka terlepas. "Ya, Pa." Larissa mengangguk dan tersenyu
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Larissa diperbolehkan pulang oleh Dokter yang menanganinya selama ia dirawat. Arjuna tidak pernah beranjak sedikit pun dari sisi Larissa saat sang istri sedang dalam masa pemulihan, kecuali untuk ke kamar mandi. Bahkan, Arjuna sampai membawa pekerjaannya ke rumah agar bisa memperhatikan sekaligus membantu istrinya jika membutuhkan sesuatu. Kejadian yang menimpa mereka membuat keduanya makin sadar jika mereka tidak bisa kehilangan satu sama lain. Larissa seakan kehilangan gairah hidup saat Arjuna menghilang, pun dengan Arjuna ketika Larissa terbaring lemah di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Rasa cinta keduanya makin menguat setelah badai cobaan beberapa kali menerpa rumah tangga sepasang suami istri tersebut. "Sudah bangun?" Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi, menghampiri sang istri yang sudah duduk di atas ranjang.Larissa tersenyum manis. "Sudah.""Mau makan sesuatu? Nanti Mas bawakan ke sini.""Enggak. Cuma mau dip
"Saya meminta maaf atas apa yang telah dilakukan Renata. Sebagai seorang Ayah, saya tidak bisa mendidik putri saya dengan baik hingga dia berani berbuat sampai sejauh ini."Semua yang berada di sana terdiam mendengar permintaan maaf dari Kris. Saat ini mereka masih shock atas apa yang terjadi hingga mengakibatkan Larissa harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka tembak di bagian punggungnya.Tidak ada yang menduga Renata akan melakukan tindakan nekat seperti itu. Meski kini wanita itu sudah ditahan di kantor polisi, Arjuna tetap tidak merasa puas. Ia akan menuntut agar Renata dihukum seberat-beratnya, kalau perlu sampai seumur hidup.Rasa cinta yang dulu pernah ia rasakan untuk mantan istrinya itu kini telah sirna sepenuhnya, berganti dengan rasa benci yang menjalar ke seluruh nadi. Arjuna tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi Larissa, bahkan yang lebih parah jika sang istri sampai meninggalkannya untuk selamanya.Rasanya ... A
Dugaan Pramudya ternyata benar. Renata adalah dalang di balik menghilangnya Arjuna beberapa hari ini. Menurut cerita dari Pak Arman, dalam perjalanan menuju Bandara, mobil yang ia dan Arjuna tumpangi tiba-tiba saja dihadang oleh beberapa pria berbadan besar hingga mereka sempat melakukan perlawanan, tetapi berakhir gagal karena jumlah lawan yang tidak seimbang. Ia dan Arjuna dibuat tak sadarkan diri hingga berakhir dibawa ke tempat yang beberapa hari ini dijadikan untuk menyekap Arjuna. Namun, fakta mencengangkan pun terjadi ketika Pak Arman mengatakan jika justru ayah dari Renata-lah yang membantunya kabur. Entah bagaimana isi pikiran pria itu karena ternyata Kris telah mengkhianati putrinya sendiri. "Sepertinya ayahnya Renata bukan orang jahat. Dia hanya terjebak rasa bersalah karena telah meninggalkan putrinya begitu saja hingga untuk menebusnya, Kris terpaksa menuruti keinginan putrinya," tutur Pak Arman sebagai penutup cerita. Semua yang mendengar cerita Pak Arman saling tata
"Lihat, Mas. Aku membelikan baju ganti untukmu."Renata mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa. Baju yang ia beli untuk Arjuna ia perlihatkan satu per satu di depan mantan suaminya. Namun, Renata mendesah kecewa ketika Arjuna justru tak bereaksi apa pun. Pria itu diam dengan tatapan datar yang membuat Renata makin yakin, tidak ada lagi cinta dari Arjuna untuknya. Akan tetapi, Renata tidak peduli. Ia yakin akan bisa meraih hati Arjuna kembali setelah mereka menikah lagi dan pergi jauh dari kota ini, memisahkan Arjuna dengan Larissa yang telah merebut pria itu darinya. "Model dan warnanya kesukaan kamu semua. Kamu pasti suka." Renata tidak ingin menyerah. Ia terus mengajak Arjuna berbicara meski sang pria tetap tidak memberikan respon. "Kamu tahu, Mas? Aku senang kita bisa berdua lagi seperti ini. Aku melakukan semua ini karena aku mencintai kamu melebihi apa pun.""Itu bukan cinta, Renata. Tapi obsesi." Untuk pertama kalinya, Arjuna mengeluarkan suara dan Renata tersenyum senang k
Hartawan menggebrak meja hingga tiga wanita yang duduk satu ruangan dengannya terperanjat karena kaget. Setelah mendengar perkataan Arumi yang menceritakan tentang dugaan Pramudya, ayah dari Arjuna tersebut merasa geram luar biasa. Renata. Andai benar wanita itu yang telah menyebabkan putranya menghilang, Hartawan tidak akan pernah memaafkan. Akan ia pastikan, Renata mendekam di penjara menyusul Wanda. "Mama gak nyangka dia sampai senekat itu," gumam Rita lirih, tetapi masih terdengar di telinga ketiga orang di sana. "Sepertinya apa yang Renata rasakan untuk Mas Juna bukan lagi cinta, tapi obsesi. Dia tidak terima karena Mas Juna lebih memilih aku dan Alkana ketimbang dirinya," timpal Larissa yang juga sangat terkejut atas apa yang mamanya katakan. Pramudya.Entah apa maksud dari ayahnya tersebut hingga memberitahu tentang hal ini karena yang ia tahu, Pramudya sangat menyayangi Renata dan seharusnya pria itu mendukung rencana putri tirinya. "Papa akan membicarakan hal ini dengan