"Papa sengaja mengabaikan peringatan dari Mama?"Pramudya yang baru keluar dari kamar mandi sempat tertegun. Ia paham ke mana arah ucapan istrinya saat ini. Wanda mengetahui semalam ia berusaha berbicara pada Arjuna dan pasti istrinya tersebut akan kembali mengancamnya. "Dengar ya, Pa. Mama gak pernah main-main sama ucapan Mama. Papa akan lihat sendiri akibatnya kalau Papa masih berusaha menggagalkan rencana Mama dan Renata," ancam Wanda untuk yang ke sekian kalinya. Kali ini ia harus lebih waspada karena sepertinya suaminya mulai berani berulah. Ia akan melakukan apa saja asal rencananya berjalan mulus tanpa hambatan, termasuk membayar teman baiknya yang berprofesi sebagai Dokter kandungan jika nanti Arjuna membawa Renata memeriksakan kehamilan. Wanda terpaksa mengikhlaskan uang tabungan yang masih ia punya, demi kelangsungan hidup yang menurutnya akan lebih menjanjikan jika Arjuna tetap menjadi menantunya. "Tidak bisakah Mama menghentikan semua ini? Papa tidak mau Mama sampai men
Arjuna tidak bisa berpikir jernih. Setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang ditugaskan untuk mengikuti Larissa, pria berusia dua puluh sembilan tahun itu bergegas menuju rumah sakit tempat sang istri mendapat penanganan. Ia meninggalkan ruang meeting begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu, membuat semua orang yang berada di ruangan tersebut menatapnya bingung. Arjuna tak habis pikir bagaimana bisa Larissa menjadi korban tabrak lari. Tiga tahun mengenal sang istri, Arjuna jelas tahu Larissa termasuk orang yang melakukan sesuatu dengan hati-hati, apalagi menyangkut keselamatan dirinya sendiri. Arjuna memacu kendaraan miliknya dengan kecepatan tinggi. Tak ia pedulikan teriakan serta umpatan dari pengendara lain yang ia salip dan hampir saja bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Arjuna ingin segera tiba di rumah sakit. Ingin mengetahui kondisi sang istri yang beberapa hari ini selalu menghindarinya dan ternyata justru kabar buruk yang ia dengar tentang istrinya
"Waktunya makan. Mau aku suapi?"Larissa menggeleng lemah. Semenjak ia sadar, Arjuna sama sekali tidak beranjak dari sisinya. Seharusnya ia merasa senang. Namun, ingatan tentang kehamilan Renata membuatnya membuang jauh-jauh rasa itu karena ia tahu Arjuna harus membagi waktu dengan istrinya yang lain. "Tidak usah, aku bisa sendiri.""Tapi kamu masih lemah." Arjuna bersikeras. "Kalau sekedar untuk makan, aku masih bisa. Aku ini bukan wanita manja yang sakit sedikit saja minta dilayani," ketus Larissa menepis tangan Arjuna yang hinggap di jemarinya. Arjuna menghela napas, tetapi kemudian menampilkan senyum untuk menenangkan sang istri yang sepertinya masih merajuk. "Tangan kamu gak sakit? Di sini banyak luka goresnya." Arjuna menunjuk beberapa luka gores di sekitar lengan Larissa. "Aku suapi saja, ya.""Gak usah, Mas. Lagian Mas Juna ngapain masih di sini? Nanti istri kamu nyariin lagi!""Istri aku kan kamu."Larissa memutar bola mata. "Istri tercintamu! Jangan pura-pura amnesia. Mas
"Anda menyukai istri saya?"Satu pertanyaan lolos dari mulut Arjuna sebelum Regan sempat memegang knop pintu. Mematung sejenak karena tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu, Regan kemudian berbalik kembali menghadap suami dari Larissa dan berkata."Perlu Anda tahu, Pak Arjuna. Setiap pria pasti dengan mudah jatuh dalam pesona Larissa, termasuk saya. Selain cantik, dia juga memiliki kriteria lain yang diidamkan para pria. Bodoh saja kalau ada yang menyia-nyiakan wanita seperti dia." Regan tersenyum mengejek. "Jadi, jawaban dari pertanyaan Anda adalah 'ya'. Saya menyukai Larissa," tegasnya tanpa keraguan.Setelah menjawab pertanyaan Arjuna, Regan melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan suami Larissa tersebut. Meninggalkan Arjuna yang mengepalkan tangan menahan marah dan cemburu mendengar jawaban lugas dari Regan.Pria itu menyukai istrinya bahkan rela mencari informasi tentang kecelakaan kemarin. Arjuna yakin rasa yang dimiliki Regan untuk istrinya bukan sekedar suka, tet
"Pa, tolong Mama!""Mama gak mau dibawa ke kantor polisi!""Papa!"Pramudya menatap sendu sang istri yang digiring ke dalam mobil milik Polisi. Pria itu tidak bisa berbuat banyak karena surat penangkapan sudah jelas ada dan ia harus mematuhi prosedur yang berlaku.Entah apa yang bisa ia lakukan untuk membantu Wanda karena pada kenyataannya, ia tidak mempunyai uang untuk menyewa jasa seorang pengacara.Andai ....Ah, tetapi bukan saatnya untuk berandai-andai. Semuanya sudah terjadi dan Wanda harus memetik hasil dari perbuatannya sendiri. "Lho, kok tadi ada mobil polisi, Pa?"Renata yang baru tiba di rumah merasa heran. Pasalnya, baru saja taksi yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil polisi yang keluar dari pekarangan rumahnya. "Pa, kok malah diam? Tadi itu mobil polisi kan? Apa yang mereka lakukan di rumah kita?" cecar Renata karena Pramudya tak kunjung menjawab. "Mereka ... mereka menangkap mamamu."Jawaban Pramudya sukses membuat Renata limbung. Beruntung Pramudya dengan sigap m
Renata bernapas lega karena akhirnya bisa lolos dari ajakan Arjuna yang ingin membawanya ke rumah sakit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kebohongannya harus terbongkar saat ini. Wanda tidak ada di sisinya dan Renata merasa pusing menghadapi semuanya sendirian. Andai sang Mama tidak ceroboh dengan menyuruh orang mencelakai Larissa, mungkin saja saat ini mereka bisa menyusun strategi lain untuk menyingkirkan istri pertama suaminya tersebut. Setelah merengek ingin ikut dengan Arjuna, maka di sinilah Renata sekarang. Di ruang tunggu bersama suaminya, menunggu Wanda yang sedang dijemput oleh satu orang petugas polisi. Renata menatap nanar setiap sudut kantor polisi yang terasa menyeramkan untuknya. Ia tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya sang Mama harus tidur di ruangan pengap tanpa kasur empuk dan selimut tebal. Seorang Wanda yang dulu dikenal sebagai sosialita yang sering tampil dengan penampilan glamournya, kini harus memakai baju tahanan. Sungguh, sangat mema
Larissa memperhatikan penampilannya di depan cermin. Sesuai janji yang Arjuna katakan sore itu, hari ini mereka akan mengajak Renata ke Dokter. Larissa sengaja melakukannya untuk membuktikan bahwa kecurigaannya selama ini benar. Renata berpura-pura hamil agar Arjuna tidak menceraikan wanita itu.Larissa memang se-yakin itu untuk membuktikan bahwa Renata tengah berbohong. Namun, di sudut hatinya yang lain ia merasa takut jika ternyata dugaannya selama ini salah. Bagaimana jika ternyata Renata benar-benar hamil? Masih sanggupkah ia bertahan bersama Arjuna jika sampai suaminya tersebut tetap mempertahankan Renata demi calon anak mereka?Larissa menarik napas dan membuangnya kasar. Apa pun kenyataannya nanti, ia harus siap menghadapinya. Jika sampai terbukti Renata benar-benar hamil dan Arjuna tetap mempertahankan wanita itu, maka terpaksa dirinya akan memilih jalan perpisahan. Meski dulu ia bersikeras untuk mempertahankan Arjuna demi membalas dendam agar Renata tidak bisa memiliki pria i
Arjuna masih shock dengan apa yang ia dengar dari Pramudya. Suami dari Larissa masih bergeming di tempatnya berdiri tanpa bereaksi apa pun, sama halnya dengan sang istri pertama. Larissa yang seharusnya senang karena dugaannya ternyata benar, malah terpaku menatap suaminya karena ingin melihat reaksi Arjuna setelah mendengar kenyataan yang sebenarnya. "Maaf jika Papa sedikit terlambat mengatakannya. Sebenarnya hal inilah yang ingin Papa katakan kepada Nak Juna waktu itu, tetapi Wanda mengancam Papa. Saat ini Papa hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada pernikahan kalian akibat ulah mereka, makanya Papa memberanikan diri berbicara kepada kalian," papar Pramudya setelah cukup lama menunggu tanggapan dari anak dan menantunya, tetapi keduanya masih sama-sama diam. "Mama Wanda mengancam Papa?" tanya Arjuna setelah rasa terkejutnya sedikit berkurang. "Ya. Dia mengancam akan menyakiti Arumi dan Larissa jika Papa sampai membocorkan rahasia mereka. Dan ternyata Wanda tidak main-ma
Regan menatap mamanya bingung. Pasalnya, sang Mama terus tersenyum setelah ia menceritakan tentang kejadian kemarin sore di rumah Alin dan Raka. Bahkan, sang Mama menggodanya dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Raka benar. Alin pasti tidak akan menolak kalau ia melamar gadis yatim piatu tersebut. Ah, ada-ada saja.Memang, Regan akui Alin cukup cantik meski gadis itu tidak memakai make up, malah terkesan polos. Namun, ia tidak pernah sekalipun berpikiran sampai ke sana. Perasaannya murni hanya karena kasihan dan ingin melindungi kakak beradik itu dari orang-orang yang ingin mengganggu mereka, seperti pria bernama Awan. Regan mempunyai pikiran buruk tentang pria itu. Sepertinya Awan tidak akan menyerah begitu saja meski Alin sudah jelas-jelas menolaknya. Regan takut Awan akan berbuat nekat dengan menyakiti Alin jika sampai keinginannya tidak kesampaian. "Nanti sore kamu mampir ke toko kue itu lagi ya, Gan. Mama mau pesan lagi buat acara arisan lusa," ucap Marta membuyarkan la
Melihat wanita yang dicintai bahagia, Regan pun turut berbahagia. Pria itu memutuskan untuk berhenti menjaga Larissa dan kembali fokus pada pekerjaannya dan kehidupannya. Patah hati tidak lantas membuatnya kehilangan semangat. Hidup harus terus berjalan karena masih ada orang tua yang mempunyai harapan besar padanya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore ketika Regan menyudahi pekerjaan dan ingin secepatnya pulang ke rumah. Namun sebelum itu, Regan harus mampir ke toko kue untuk mengambil pesanan sang Mama. Meski sebenarnya ia sudah sangat lelah, tetapi tentu saja Regan tidak berani membantah. Maka, disinilah pria itu sekarang. Di sebuah toko kue yang ternyata adalah tempat Alin, gadis yang beberapa hari lalu adiknya hampir ia tabrak, bekerja. Awalnya Regan tidak menyadari bahwa Alin bekerja di sana. Namun ketika ia tak sengaja mendengar obrolan dua orang pegawai di sana, Regan tidak bisa untuk berpura-pura tidak peduli. "Coba si Alin gak izin. Kita gak bakal kerepotan seperti
Keinginan Larissa akhirnya terkabul. Di kehamilan yang kedua ini, Arjuna sangat memanjakannya. Apa pun yang ia minta pasti pria itu turuti, sekalipun Arjuna tengah disibukkan oleh pekerjaan. Memenuhi permintaan sang istri yang sedang ngidam menjadi kesenangan tersendiri bagi pria itu. Arjuna tidak ingin melewatkan moment di mana ia menjadi suami siaga yang siap kapan saja jika sang istri sedang membutuhkannya.Arjuna berubah menjadi suami yang over protektif. Melarang Larissa mengerjakan apa pun, termasuk jika sang istri ingin menyiapkan sarapan untuknya. Terkadang Larissa merasa kesal menghadapi sikap Arjuna yang seperti itu. Namun, jika suaminya sudah berkata demi kesehatan calon bayi mereka, maka Larissa tidak bisa berkutik.Memasuki trimester ke tiga, Larissa makin kewalahan dengan perutnya yang makin membesar. Arjuna sering kali memijat kaki sang istri yang sedikit bengkak, sambil mengusap perut Larissa untuk merasakan pergerakan di dalam sana."Wow, nendangnya kenceng banget, Sa
Arjuna menatap haru ke arah sepasang ayah dan anak yang sedang berpelukan. Ia tidak pernah menduga ternyata Larissa bersedia memenuhi permintaan Pramudya. Keduanya sama-sama menangis, saling meminta maaf dan diakhiri dengan kalimat Larissa yang mengatakan sebenarnya ia sangat menyayangi ayahnya. Ya, kekecewaan yang dirasakan istri Arjuna telah menutupi rasa sayang itu. Larissa menanamkan pada dirinya sendiri agar bisa membenci Pramudya ketika pria itu lebih memilih wanita lain ketimbang mamanya. Rasa benci berubah menjadi dendam, hingga akhirnya memaksa Larissa untuk melampiaskan dendam tersebut kepada sang ayah juga Wanita selingkuhannya. Namun, kini semuanya telah berakhir. Masing-masing telah menerima hukuman atas apa yang mereka perbuat, meski pada akhirnya tidak ada yang merasa puas karena semuanya terjadi di luar dugaan. "Terima kasih, Nak. Kamu masih mau mengabulkan permintaan Papa," lirih Pramudya setelah pelukan mereka terlepas. "Ya, Pa." Larissa mengangguk dan tersenyu
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Larissa diperbolehkan pulang oleh Dokter yang menanganinya selama ia dirawat. Arjuna tidak pernah beranjak sedikit pun dari sisi Larissa saat sang istri sedang dalam masa pemulihan, kecuali untuk ke kamar mandi. Bahkan, Arjuna sampai membawa pekerjaannya ke rumah agar bisa memperhatikan sekaligus membantu istrinya jika membutuhkan sesuatu. Kejadian yang menimpa mereka membuat keduanya makin sadar jika mereka tidak bisa kehilangan satu sama lain. Larissa seakan kehilangan gairah hidup saat Arjuna menghilang, pun dengan Arjuna ketika Larissa terbaring lemah di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Rasa cinta keduanya makin menguat setelah badai cobaan beberapa kali menerpa rumah tangga sepasang suami istri tersebut. "Sudah bangun?" Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi, menghampiri sang istri yang sudah duduk di atas ranjang.Larissa tersenyum manis. "Sudah.""Mau makan sesuatu? Nanti Mas bawakan ke sini.""Enggak. Cuma mau dip
"Saya meminta maaf atas apa yang telah dilakukan Renata. Sebagai seorang Ayah, saya tidak bisa mendidik putri saya dengan baik hingga dia berani berbuat sampai sejauh ini."Semua yang berada di sana terdiam mendengar permintaan maaf dari Kris. Saat ini mereka masih shock atas apa yang terjadi hingga mengakibatkan Larissa harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka tembak di bagian punggungnya.Tidak ada yang menduga Renata akan melakukan tindakan nekat seperti itu. Meski kini wanita itu sudah ditahan di kantor polisi, Arjuna tetap tidak merasa puas. Ia akan menuntut agar Renata dihukum seberat-beratnya, kalau perlu sampai seumur hidup.Rasa cinta yang dulu pernah ia rasakan untuk mantan istrinya itu kini telah sirna sepenuhnya, berganti dengan rasa benci yang menjalar ke seluruh nadi. Arjuna tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi Larissa, bahkan yang lebih parah jika sang istri sampai meninggalkannya untuk selamanya.Rasanya ... A
Dugaan Pramudya ternyata benar. Renata adalah dalang di balik menghilangnya Arjuna beberapa hari ini. Menurut cerita dari Pak Arman, dalam perjalanan menuju Bandara, mobil yang ia dan Arjuna tumpangi tiba-tiba saja dihadang oleh beberapa pria berbadan besar hingga mereka sempat melakukan perlawanan, tetapi berakhir gagal karena jumlah lawan yang tidak seimbang. Ia dan Arjuna dibuat tak sadarkan diri hingga berakhir dibawa ke tempat yang beberapa hari ini dijadikan untuk menyekap Arjuna. Namun, fakta mencengangkan pun terjadi ketika Pak Arman mengatakan jika justru ayah dari Renata-lah yang membantunya kabur. Entah bagaimana isi pikiran pria itu karena ternyata Kris telah mengkhianati putrinya sendiri. "Sepertinya ayahnya Renata bukan orang jahat. Dia hanya terjebak rasa bersalah karena telah meninggalkan putrinya begitu saja hingga untuk menebusnya, Kris terpaksa menuruti keinginan putrinya," tutur Pak Arman sebagai penutup cerita. Semua yang mendengar cerita Pak Arman saling tata
"Lihat, Mas. Aku membelikan baju ganti untukmu."Renata mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa. Baju yang ia beli untuk Arjuna ia perlihatkan satu per satu di depan mantan suaminya. Namun, Renata mendesah kecewa ketika Arjuna justru tak bereaksi apa pun. Pria itu diam dengan tatapan datar yang membuat Renata makin yakin, tidak ada lagi cinta dari Arjuna untuknya. Akan tetapi, Renata tidak peduli. Ia yakin akan bisa meraih hati Arjuna kembali setelah mereka menikah lagi dan pergi jauh dari kota ini, memisahkan Arjuna dengan Larissa yang telah merebut pria itu darinya. "Model dan warnanya kesukaan kamu semua. Kamu pasti suka." Renata tidak ingin menyerah. Ia terus mengajak Arjuna berbicara meski sang pria tetap tidak memberikan respon. "Kamu tahu, Mas? Aku senang kita bisa berdua lagi seperti ini. Aku melakukan semua ini karena aku mencintai kamu melebihi apa pun.""Itu bukan cinta, Renata. Tapi obsesi." Untuk pertama kalinya, Arjuna mengeluarkan suara dan Renata tersenyum senang k
Hartawan menggebrak meja hingga tiga wanita yang duduk satu ruangan dengannya terperanjat karena kaget. Setelah mendengar perkataan Arumi yang menceritakan tentang dugaan Pramudya, ayah dari Arjuna tersebut merasa geram luar biasa. Renata. Andai benar wanita itu yang telah menyebabkan putranya menghilang, Hartawan tidak akan pernah memaafkan. Akan ia pastikan, Renata mendekam di penjara menyusul Wanda. "Mama gak nyangka dia sampai senekat itu," gumam Rita lirih, tetapi masih terdengar di telinga ketiga orang di sana. "Sepertinya apa yang Renata rasakan untuk Mas Juna bukan lagi cinta, tapi obsesi. Dia tidak terima karena Mas Juna lebih memilih aku dan Alkana ketimbang dirinya," timpal Larissa yang juga sangat terkejut atas apa yang mamanya katakan. Pramudya.Entah apa maksud dari ayahnya tersebut hingga memberitahu tentang hal ini karena yang ia tahu, Pramudya sangat menyayangi Renata dan seharusnya pria itu mendukung rencana putri tirinya. "Papa akan membicarakan hal ini dengan