Hari ini adalah hari terakhir Yanti dan Aris di Bandung. Kegiatan Yanti disini telah selesai, namun kesibukannya tak berhenti sampai hari ini saja. Yanti mendapatkan undangan ke Singapore untuk menghadiri pagelaran perhiasan milik Lisa, sahabat sekaligus rekan bisnisnya, ia tak mungkin bisa menolaknya karena kemarin saat pagelaran fashionnya pun Lisa menyempatkan untuk datang."Sayang hari ini aku ga bisa ikut kamu pulang, kamu tahu kan aku harus ke Singapore sekarang." kata Yanti dengan sedikit manja karena harus berpisah dengan kekasihnya."Iya aku tahu sayang, aku juga ga bisa pulang hari ini karena aku harus ke Jakarta dua hari ada klien yang harus aku temui disana. Kamu rencana balik kapan?""Hmm..mungkin juga dua hari deh aku disana, tapi entahlah..nanti kita berkabar aja gimana? Soalnya aku juga sekalian mau ke galeri berlianku biar sekalian aja.""Oke deh, kamu hati-hati ya.. jujur aku ga suka kalau aku harus jauh dari kamu.""Emangnya aku suka..enggak lah, aku juga ga suka ka
Yanti yang mendapatkan serangan tiba-tiba merasa terkejut dan tidak nyaman."Maksud kamu apa ya?" tanya Yanti dengan sinis."Orang sehebat dan sepintar kamu aku rasa tak perlu adanya penjelasan mendetail mengenai kata-kataku yang tadi, bukankah kata-kataku cukup jelas?""Ya cukup jelas dan bahkan sangat jelas, saking jelasnya membuatku ingin pergi dari sini!" Yanti terlihat marah dan berjalan pergi meninggalkan Farhan, namun sialnya tangan Farhan cukup cepat mencengkeram lengan Yanti dan menahannya untuk tetap tinggal.Yanti berusaha melepaskan lengannya dari Farhan, ia berusaha mengibaskan beberapa kali namun usahanya sia-sia."Kalo kamu ga lepasin tanganku, aku akan teriak!""Teriak aja, aku tidak takut. Silahkan berteriak dan aku akan membuatmu lebih malu dari saat ini, silahkan pilih." senyum Farhan terlihat sinis dan membuat Yanti berfikir keras akan apa yang sedang dikatakan manusia gila yang ada dihadapannya."Maksud kamu apa sih? Mau kamu apa??""Good..kau wanita yang cerdas a
"Pa..kamu lagi sibuk ya kok ga pernah telpon aku sih? Segitunya ya kamu sibuk sampai aku ga pernah hubungi aku?""Kan udah biasa aku sibuk kaya gini sampai aku ga pernah hubungi kamu? Bukan cuma satu kali ini kan, kenapa harus kamu pertanyakan terus menerus? Kamu mau nelpon aku buat marah-marah atau gimana sih?""Pa..kamu ngrasa ga sih sejak kejadian lamaran itu kamu berubah? Kamu emang kaya gitu tapi ga semakin dingin kaya gini. Aku makin ngerasa kamu itu menjauh dari keluarga, sedangkan kami itu harusnya saling menguatkan Gina dan kamu sendiri malah menghilang gitu aja. Apa ini semua karena..""Yanti?!" Aris langsung menyela omongan Santi istrinya.Santi tak bisa menjawab, ia menggigit bibirnya takut jika ini akan menjadi makin runyam dan makin membuat suaminya menjauh darinya."Dahlah pah..kamu jaga diri disana dan jangan lupa makan."Kata-kata Santi tidak ia gubris sama sekali dan dengan malas ia langsung menutup telponnya membuat
Tomi sangat mengetahui posisi mamanya sekarang dimana dan juga dimana posisi Aris, sehingga jika mamanya dituduh sedang berduaan dengan Aris itu tidaklah mungkin. Terlepas apakah mereka berkomunikasi melalui pesan singkat atau tidak itu tidak masuk dalam hitungannya, sedangkan bagi Gina keduanya ada hubungan spesial dan mereka saling berduaan saat ini, bagi Tomi perkataannya tak memiliki bukti yang kuat karena Gina tidak dapat memberikan bukti kuat.Selain itu Tomi mengirim salah satu rekannya sebagai informan untuk mengikuti mamanya saat ini di Singapore dan memang sejauh ini tidak ada tanda-tanda kehadiran Aris didekatnya. Hal itu membuatnya yakin bahwa tuduhan Gina itu hanya tuduhan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Cara pikir Tomi sebagai seorang pengacara mungkin cukup berbeda, hal itulah yang membuat banyak orang segan padanya. Ia sangat kritis dalam melihat masalah dan ia melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari orang lain."Gimana keadaan disana sekarang?" t
Hampir tiga hari Aris berada diluar kota, ia sudah resah dengan situasinya saat ini yang berjauhan dengan kekasih gelapnya siapa lagi kalau bukan Yanti. Ia melihat ponselnya dan mencoba menghubungi Yanti."Hai sayang.." sapa Aris dengan ramah."Hai juga sayang, gimana acara kamu sukses disana?" Yanti menjawab dengan sumringah "Yups, semua berjalan sesuai rencana. Harusnya sih hari ini aku masih ada janji temu tapi udah aku ajuin kemari jadi kemarin bener-bener padat jadwalnya, maaf ya baru ngabarin.""Loh kenapa kok harus dipadatkan jadwalnya?""Biar bisa ketemu kamu. Aku kangen, jadi aku padatkan aja.""Ya ampun, kamu tuh yaa..sampe segitunya loh.""Ya mau gimana akunya udah ga tahan buat nahan kangen ke kamu dan aku sekarang mau cari tiket pesawat buat ketempatmu.""Ehhh..ga usah jangan kesini, aku hari ini mau pulang kok.""Loh bukannya empat hari ya kamu disana?""Harusnya sih gitu tapi aku pengen pulang, Ris.""Ada masalah?""Enggak..ga ada sih cuma lagi kurang oke aja badanku.
Tomi duduk sedikit mendekat kearah Rachel, dengan tatapan matanya yang tajam terlihat jelas bahwa ia akan melancarkan serangan dengan berbagai pertanyaan."Kalau sikapmu seperti itu, untuk apa kamu melakukan hal bodoh seperti waktu itu? Sikapmu ini sangat tidak masuk akal! Kau tidak ingat saat kau membuangku begitu saja demi pimpinanmu itu?""Tom! Kamu ga tahu saat itu aku berjuang mati-matian untuk melindungi diriku, keluargaku dan juga kamu!!""Melindungi apa lagi?? Ngapain kamu melindungiku? Aku ga butuh perlindungan dari seorang wanita sepertimu! Apa kamu fikir aku tak bisa melindungi diriku sendiri??""Aku kasih tahu ya! Setelah aku bekerja selama satu tahun diperusahaan milik pak Roy, aku mulai mengetahui banyak hal. Dan saat itu mulai diancam olehnya, jika aku membocorkan rahasia itu maka ia tak segan akan membunuhku, saat itu aku tidak takut jika aku harus dibunuh aku terus saja melakukan apa yang ingin aku ketahui, namun sialnya saat itu aku menyerah karena dia ingin menyakit
Ketika Gina mulai curiga dengan sikap kekasihnya itu, Rachel keluar dari ruang tamu dan berjalan mendekat ke arah Tomi. Membuat Gina terkejut dan seketika emosinya tersulut."Oh ternyata benar dugaanku, kamu punya wanita lain rupanya disini!" suara Gina terdengar meninggi."Maaf saya kliennya pak Tomi dan saya tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan kalian, saya hanya mencari perlindungan hukum bukan malah sebagai bahan perdebatan. Silahkan selesaikan urusan kalian! Saya lebih baik pergi." Rachel terlihat kesal dengan ucapan Gina yang terdengar menyudutkannya ia lantas berjalan pergi meninggalkan unit apartemen Tomi."Tunggu, Chel." Tomi memanggil Rachel agar ia menghentikan langkahnya namun sayangnya wanita itu tidak menggubris panggilannya. "Kamu kalau ga tahu apa-apa lebih baik diam, Gin! Udah menuduh orang sembarangan! Ngomong ga pakai etika! Gila kamu!!" Tomi benar-benar marah kepada Gina, membuat Gina terkejut dengan sikap Tomi yang seperti itu. Tomi terlihat mengejar Rachel d
Yanti tergeragap saat Farhan mengatakan hal itu, ia takut kekasihnya itu cemburu meski sebenarnya ia juga tidak melakukan apa-apa dengan Farhan. "Oya?? Memang dia ini seakan-akan ratu pesta dimanapun ia berada pasti banyak orang yang mengenal." kata Aris berusaha menyanjung kekasihnya."Tentu saja..bagaimana mungkin wanita seanggun dan seelegan Nyonya Yanti ini tidak dikenal oleh banyak kalangan, secara ia sangat cantik, pekerja keras, bisnis woman yang hebat. Kau sebagai partner kerja memangnya bisa menahan badai aura kecantikannya? Kalau aku jadi kamu jelas aku kibarkan bendera putih tanda tak mampu..hahaha.." Farhan benar-benar berusaha memuji Yanti dengan luar biasa namun Aris masih belum saja menyadari bahwa kata-kata Farhan itu menyiratkan banyak hal. Mereka berdua tertawa bersama sedangkan Yanti hanya tersenyum getir.Tak lama terdengar suara panggilan untuk para penumpang pesawat menuju ke kota tujuan untuk segera memasuki pesawat, membuat percakapan keduanya terhenti. "Han,