Keheningan malam menjadi teman seorang gadis yang tengah terisak merutuki kebodohannya karena telah berbicara tak sopan kepada Ibu nya, ia yakin pasti kata kata nya membuat Ibunya sakit hati dan berpikir yang tidak tidak kala ia mengingat ibunya begitu perasa dan hatinya begitu lembut.
Dering ponsel memekakan telinga ditengah kesunyian kamar yang awalnya hanya terdengar detik jarum jam dinding dan isakan kecil dari sang pemilik kamar. Gadis yang tengah duduk disamping ranjang sambil menutup wajahnya dengan bantal merasa terganggu kemudian mendengus kesal.
Dengan ogah ogahan Bintang beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil ponsel yang setengah jam lalu ia lempar ke meja belajar karena kesal.
Dengan nafas tersenggal karena hidungnya mampet Bintang meraih ponsel yang masih berdering kemudian menatap lama nama dilayar ponsel tersebut, dengan pelan ia menggeser ikon telepon berwarna hijau guna mengangkat panggilan tersebut.
"Assalamualikum?"&n
"kamu bakalan jadi abang!" seru Gibran dengan semangat.Tak ada balasan dari Darga, dengan segera Gibran menghampiri sang anak yang terlihat sudah menutup mata dengan damai, suara dengkuran halus dengan nafas teratur membuat Gibran yakin anaknya sudah masuk ke alam mimpi tanpa mendengar kabar menggembirakan ini.Dengan pelan Gibran menyelimuti tubuh Darga, diusapnya kepala Darga dengan pelan. Umur Darga memang sudah bukan anak anak lagi, tapi Gibran tak ingin Darga merasa kedua orang tuanya mengabaikannya sehingga Darga tumbuh dengan limpahan kasih sayang kedua orang tuanya. Gibran sebisa mungkin tidak menyibukan diri ketika bersama Darga. Ia hanya takut jika ia terlalu sibuk, Darga akan mencari perhatian diluaran sana dan berakhir dengan kenakalan remaja yang akan menjerumuskan Darga. Gibran sungguh tidak ingin itu terjadi."Kamu harus jadi orang yang kuat ya Ga, jangan buat Mama sakit hati," ujar Gibran.Asik menatap wajah damai anaknya tak sadar
suara Adzan subuh berkumandang membuat orang orang yang beragama islam diwajibkan menunaikan kewajibannya shalat lima waktu, salah satunya salat subuh. Sama hal nya seperti Darga yang baru saja bangun karena mendengar seruan dari mesjid membuat ia segera beranjak meninggalkan tempat tidur dan harus segera menunaikan shalat subuh. Dengan mata yang masih terasa rapat namun sebisa mungkin ia membukannya dan segera berwudhu. Setelah selesai dari kamar mandi Darga segera menggelar sejadahnya dan memakai sarung serta pecinya. Bukan tak mau ia pergi ke mesjid, namun karena posisi rumahnya yang jauh dari mesjid membuat ia berpikir dua kali, ia pasti ketinggalan jika harus berjalan sejauh itu. setelah selesai shalat, niat hati akan tidur kembali dan bangun jam enam nanti, namun suara dering ponsel membuat ia menguruhkan niatnya ketika melihat nama yang tertera. "Assalamualaikum," sapa Darga. "waalaikumsalam, kamu ga tidur lagi kan?" tanya sipenelpo
baru saja Bintang menginjakan kakinya dipintu kelas, suasana ribut terdengar jelas dengan pekikan sana sini ditambah keributan seperti Ranti, Syami dan Lili yang tidak membawa atribut lengkap untuk upacara."WOY INI GUE GIMANA IH GA BAWA TOPI," Pekik Lili panik namun tak ada yang menggubris."ANJIR INI DASI GUE KAYANYA KETINGGALAN DAH! MAMPUS DAH MAMPUS!" teriak Syami frustasi.Bintang berjalan santai kearah bangkunya kemudian duduk tepat dibelakang Aryani, dan disamping kiri Malia."yang lain kenapa pada heboh bener?" tanya Bintang sambil menepuk pundak Aryani."Tugas Bu Yash hari ini harus dikumpulin, anak anak ga inget jadi buru-buru, mana jam pelajaran pertama," jelas Aryani santai dan sepertinya ia telah selesai dengan tugasnya."Tugas? Yang mana?" tanya Bintang kaget."kita udah yang waktu belajar bareng kan kita juga ngerjain yang Dana kas dibantu Darga sama Hans," jelas Malia yang mendengar obrolan kedu
suara langkah sepatu menggema dilorong koridor yang sepi, baju futsal masih dipakai dengan dua tas yang disampirkan dipundak kiri dan kanannya, keringat masih membanjiri tubuhnya yang tengah berlari menuju parkiran dimana sahabatnya sudah menunggu kedatangannya dan sudah bersiap dengan motor matic hitam miliknya yang sudah dinyalakan dan bersiap pergi.Hans yang datang dengan dua tas dipundaknya segera melempar tas Darga kemudian berlari ke arah motornya dan segera menghidupkannya, keduanya segera pergi dari parkiran SMA Pancasila guna mencari Bintang.Darga mengeratkan pegangannya pada stang motor dan menarik gas untuk memacu kuda besinya lebih cepat lagi, belum ada tempat tujuan namun Darga dan Hans akan mencoba mencari sekitar sini terlebih dahulu.Dering ponsel milik Darga memang tidak terdengar, namun getaran ponsel disaku celananya terasa oleh Darga sehingga Darga dengan segera menepikan motornya disusul Hans yang ikut menepikan motornya.
Dalam keheningan hanya terdengar suara mesin Elektrokardiogram yang terdengar, tak ada suara lain, hanya sesekali terdengar suara langkah dari luar. Seorang gadis tengah terbaring lemah dengan selang infus ditangannya, wajahnya pucat pasi dengan luka dibeberapa bagian wajahnya.Seorang pemuda tengah duduk disamping gadis tersebut sambil memegang lembut tangan si gadis. Mata pemuda tersebut tak pernah lepas dari wajah pucat gadisnya itu.Ia tak pernah menyangka akan menyaksikan keadaan seperti ini, ia sangat menyayangi gadis dihadapannya ini.sejak kemarin masuk rumah sakit, sang gadis belum membuka mata sama sekali, hela nafas berat dihembuskan si pemuda, tak lama matanya menggenang siap mengeluarkan air mata mengingat kejadian kemarin, namun sebisa mungkin si pemuda menahan agar air matanya tidak menetes dengan cara mendongkak agar air matanya tak turun."maafin aku sayang," lirihnya sambil mengecup tangan digenggamannya.suara ketukan d
"Bagaimana dok keadaan Bintang?" tanya Nur yang kini duduk didepan sang dokter bersama sang Suami dan kekasih anaknya."sepertinya kekerasannya cukup parah, lebam diwajahnya tidak seberapa, ada banyak luka lebam lainnya ditubuhnya, sepertinya sebuah benda keras yang dihantamkan, terlihat dari lebamnya yang cukup parah. Tulang kakinya terdapat retakan membuat Bintang cukup terganggu ketika berjalan. Dan yang membuat saya kaget, ada banyak luka bekas sayatan, ada yang sudah berbekas, sudah kering dan masih basah." Jelas Dokter membuat Ahmad dan Nur menganga tak percaya dengan apa yang keduanya dengar."tapi bekas sayatan?" tanya Nur linglung membuat Darga mengelus pundak Nur dengan lembut."ditangannya sepertinya sudah agak lama karena tinggal bekasnya. Dan saya yakin jika sayatannya cukup dalam atau mungkin karena berkali kali, bekasnya cukup terlihat.""tangan? tapi Bintang bilang itu karena terserempet," balas Ahmad berusaha berbicara s
suara langkah ketukan sepatu dilorong yang terlihat cukup banyak orang tidak membuat suara hentakan tersebut menggema, justru suara tersebut seakan tertelan oleh suara suara yang berasal dari roda brankar yang didorong oleh beberapa tim medis dan keluarga pasien."Ini kita jalan ke arah mana sih anjir?" tanya Lili gemas pada ketiga sahabatnya, parsel buah ditangannya ia putar putar saking gemasnya membuat Aryani melotot tajam karena takut parsel buah yang mereka beli terjatuh."kalo sampe parselnya jatuh lo gue gorok Li!" ujar Aryani kesal."ish jahat," dengus Lili pelan."gue ga tau arahnya, ini ada denahnya ga sih?" tanya Ranti gemas, pasalnya ketiganya sudah sejak satu jam yang lalu menginjak lantai rumah sakit besar ini, namun tidak kunjung menemukan ruangan yang mereka cari."kaga liat dari tadi," ujar Syami sambil mengedarkan matanya mencari petunjuk."mbak mbak?" panggil Aryani yang mulai kesal karena lama berj
Terik matahari seolah membakar kulit disiang hari ini, ditambah macet panjang membuat panas dua kali lipat, suara klakson saling bersahutan tak sabaran, dengan pedagang asongan yang silih berganti menawarkan berbagai makanan dan minuman.Bintang, gadis yang kini siap pulang dengan kemeja navy dengan celana jeans kulotnya sudah duduk dengan semangat di brankar sambil mengecek bawaannya untuk pulang. Setelah empat hari lamanya ia harus dirawat akhirnya bisa pulang dengan kondisi yang baik, kedua orang tuanya tengah mengurus Administrasi sehingga ia duduk sendirian di kamar ruang rawat inapnya.Darga yang sejak awal menunggunya di rumah sakit kini sudah mulai beraktifitas ke sekolah kembali dengan ancaman dari Bintang tidak mau bertemu jika Darga masih keukeuh untuk berdiam diri di rumah sakit menunggu Bintang. Hingga akhirnya subuh tadi Darga pasrah ketika dipaksa pulang oleh Bintang untuk sekolah. "Akhirnya pulang juga," ujar Bintang bergumam d
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema