"kamu bakalan jadi abang!" seru Gibran dengan semangat.
Tak ada balasan dari Darga, dengan segera Gibran menghampiri sang anak yang terlihat sudah menutup mata dengan damai, suara dengkuran halus dengan nafas teratur membuat Gibran yakin anaknya sudah masuk ke alam mimpi tanpa mendengar kabar menggembirakan ini.
Dengan pelan Gibran menyelimuti tubuh Darga, diusapnya kepala Darga dengan pelan. Umur Darga memang sudah bukan anak anak lagi, tapi Gibran tak ingin Darga merasa kedua orang tuanya mengabaikannya sehingga Darga tumbuh dengan limpahan kasih sayang kedua orang tuanya. Gibran sebisa mungkin tidak menyibukan diri ketika bersama Darga. Ia hanya takut jika ia terlalu sibuk, Darga akan mencari perhatian diluaran sana dan berakhir dengan kenakalan remaja yang akan menjerumuskan Darga. Gibran sungguh tidak ingin itu terjadi.
"Kamu harus jadi orang yang kuat ya Ga, jangan buat Mama sakit hati," ujar Gibran.
Asik menatap wajah damai anaknya tak sadar
suara Adzan subuh berkumandang membuat orang orang yang beragama islam diwajibkan menunaikan kewajibannya shalat lima waktu, salah satunya salat subuh. Sama hal nya seperti Darga yang baru saja bangun karena mendengar seruan dari mesjid membuat ia segera beranjak meninggalkan tempat tidur dan harus segera menunaikan shalat subuh. Dengan mata yang masih terasa rapat namun sebisa mungkin ia membukannya dan segera berwudhu. Setelah selesai dari kamar mandi Darga segera menggelar sejadahnya dan memakai sarung serta pecinya. Bukan tak mau ia pergi ke mesjid, namun karena posisi rumahnya yang jauh dari mesjid membuat ia berpikir dua kali, ia pasti ketinggalan jika harus berjalan sejauh itu. setelah selesai shalat, niat hati akan tidur kembali dan bangun jam enam nanti, namun suara dering ponsel membuat ia menguruhkan niatnya ketika melihat nama yang tertera. "Assalamualaikum," sapa Darga. "waalaikumsalam, kamu ga tidur lagi kan?" tanya sipenelpo
baru saja Bintang menginjakan kakinya dipintu kelas, suasana ribut terdengar jelas dengan pekikan sana sini ditambah keributan seperti Ranti, Syami dan Lili yang tidak membawa atribut lengkap untuk upacara."WOY INI GUE GIMANA IH GA BAWA TOPI," Pekik Lili panik namun tak ada yang menggubris."ANJIR INI DASI GUE KAYANYA KETINGGALAN DAH! MAMPUS DAH MAMPUS!" teriak Syami frustasi.Bintang berjalan santai kearah bangkunya kemudian duduk tepat dibelakang Aryani, dan disamping kiri Malia."yang lain kenapa pada heboh bener?" tanya Bintang sambil menepuk pundak Aryani."Tugas Bu Yash hari ini harus dikumpulin, anak anak ga inget jadi buru-buru, mana jam pelajaran pertama," jelas Aryani santai dan sepertinya ia telah selesai dengan tugasnya."Tugas? Yang mana?" tanya Bintang kaget."kita udah yang waktu belajar bareng kan kita juga ngerjain yang Dana kas dibantu Darga sama Hans," jelas Malia yang mendengar obrolan kedu
suara langkah sepatu menggema dilorong koridor yang sepi, baju futsal masih dipakai dengan dua tas yang disampirkan dipundak kiri dan kanannya, keringat masih membanjiri tubuhnya yang tengah berlari menuju parkiran dimana sahabatnya sudah menunggu kedatangannya dan sudah bersiap dengan motor matic hitam miliknya yang sudah dinyalakan dan bersiap pergi.Hans yang datang dengan dua tas dipundaknya segera melempar tas Darga kemudian berlari ke arah motornya dan segera menghidupkannya, keduanya segera pergi dari parkiran SMA Pancasila guna mencari Bintang.Darga mengeratkan pegangannya pada stang motor dan menarik gas untuk memacu kuda besinya lebih cepat lagi, belum ada tempat tujuan namun Darga dan Hans akan mencoba mencari sekitar sini terlebih dahulu.Dering ponsel milik Darga memang tidak terdengar, namun getaran ponsel disaku celananya terasa oleh Darga sehingga Darga dengan segera menepikan motornya disusul Hans yang ikut menepikan motornya.
Dalam keheningan hanya terdengar suara mesin Elektrokardiogram yang terdengar, tak ada suara lain, hanya sesekali terdengar suara langkah dari luar. Seorang gadis tengah terbaring lemah dengan selang infus ditangannya, wajahnya pucat pasi dengan luka dibeberapa bagian wajahnya.Seorang pemuda tengah duduk disamping gadis tersebut sambil memegang lembut tangan si gadis. Mata pemuda tersebut tak pernah lepas dari wajah pucat gadisnya itu.Ia tak pernah menyangka akan menyaksikan keadaan seperti ini, ia sangat menyayangi gadis dihadapannya ini.sejak kemarin masuk rumah sakit, sang gadis belum membuka mata sama sekali, hela nafas berat dihembuskan si pemuda, tak lama matanya menggenang siap mengeluarkan air mata mengingat kejadian kemarin, namun sebisa mungkin si pemuda menahan agar air matanya tidak menetes dengan cara mendongkak agar air matanya tak turun."maafin aku sayang," lirihnya sambil mengecup tangan digenggamannya.suara ketukan d
"Bagaimana dok keadaan Bintang?" tanya Nur yang kini duduk didepan sang dokter bersama sang Suami dan kekasih anaknya."sepertinya kekerasannya cukup parah, lebam diwajahnya tidak seberapa, ada banyak luka lebam lainnya ditubuhnya, sepertinya sebuah benda keras yang dihantamkan, terlihat dari lebamnya yang cukup parah. Tulang kakinya terdapat retakan membuat Bintang cukup terganggu ketika berjalan. Dan yang membuat saya kaget, ada banyak luka bekas sayatan, ada yang sudah berbekas, sudah kering dan masih basah." Jelas Dokter membuat Ahmad dan Nur menganga tak percaya dengan apa yang keduanya dengar."tapi bekas sayatan?" tanya Nur linglung membuat Darga mengelus pundak Nur dengan lembut."ditangannya sepertinya sudah agak lama karena tinggal bekasnya. Dan saya yakin jika sayatannya cukup dalam atau mungkin karena berkali kali, bekasnya cukup terlihat.""tangan? tapi Bintang bilang itu karena terserempet," balas Ahmad berusaha berbicara s
suara langkah ketukan sepatu dilorong yang terlihat cukup banyak orang tidak membuat suara hentakan tersebut menggema, justru suara tersebut seakan tertelan oleh suara suara yang berasal dari roda brankar yang didorong oleh beberapa tim medis dan keluarga pasien."Ini kita jalan ke arah mana sih anjir?" tanya Lili gemas pada ketiga sahabatnya, parsel buah ditangannya ia putar putar saking gemasnya membuat Aryani melotot tajam karena takut parsel buah yang mereka beli terjatuh."kalo sampe parselnya jatuh lo gue gorok Li!" ujar Aryani kesal."ish jahat," dengus Lili pelan."gue ga tau arahnya, ini ada denahnya ga sih?" tanya Ranti gemas, pasalnya ketiganya sudah sejak satu jam yang lalu menginjak lantai rumah sakit besar ini, namun tidak kunjung menemukan ruangan yang mereka cari."kaga liat dari tadi," ujar Syami sambil mengedarkan matanya mencari petunjuk."mbak mbak?" panggil Aryani yang mulai kesal karena lama berj
Terik matahari seolah membakar kulit disiang hari ini, ditambah macet panjang membuat panas dua kali lipat, suara klakson saling bersahutan tak sabaran, dengan pedagang asongan yang silih berganti menawarkan berbagai makanan dan minuman.Bintang, gadis yang kini siap pulang dengan kemeja navy dengan celana jeans kulotnya sudah duduk dengan semangat di brankar sambil mengecek bawaannya untuk pulang. Setelah empat hari lamanya ia harus dirawat akhirnya bisa pulang dengan kondisi yang baik, kedua orang tuanya tengah mengurus Administrasi sehingga ia duduk sendirian di kamar ruang rawat inapnya.Darga yang sejak awal menunggunya di rumah sakit kini sudah mulai beraktifitas ke sekolah kembali dengan ancaman dari Bintang tidak mau bertemu jika Darga masih keukeuh untuk berdiam diri di rumah sakit menunggu Bintang. Hingga akhirnya subuh tadi Darga pasrah ketika dipaksa pulang oleh Bintang untuk sekolah. "Akhirnya pulang juga," ujar Bintang bergumam d
Fajar mulai telihat, mentari pagi mulai menampakan diri dari arah timur, banyak orang mulai beraktifitas mengawali pagi hari ini. Suara denting sendok yang beradu dengan piring mengiringi aktifitas pagi ini dikediaman Ahmad. Suara celotehan Fiza sesekali membuat Ahmad, Nur dan Bintang tertawa dan terkekeh geli."Fiza pokoknya mau sekolah, masa Rangga udah mau daftar Fiza belum," ujar Fiza dengan cemberut."iya nanti kalo udah buka pendaftarannya, Ibu daftarin kamu di sekolah yang sama kaya Rangga," jelas Nur dengan senyum gelinya."Pokoknya harus sama Rangga ya Bu, Rangga janji mau sahabatan sama Fiza terus kaya Teteh sama Kak Aryani," pinta Fiza membuat Bintang menoleh dan tersenyum."iya yah, kamu sama Aryani sejak Sekolah Dasar bareng bareng terus," ungkap Ahmad yang dibalas anggukan oleh Bintang."ga sengaja padahal, janjian barengannya pas masuk SMK aja, kalo SD sama SMP kan ga janjian," ujar Bintang membuat Nur tersenyum.