suara langkah sepatu menggema dilorong koridor yang sepi, baju futsal masih dipakai dengan dua tas yang disampirkan dipundak kiri dan kanannya, keringat masih membanjiri tubuhnya yang tengah berlari menuju parkiran dimana sahabatnya sudah menunggu kedatangannya dan sudah bersiap dengan motor matic hitam miliknya yang sudah dinyalakan dan bersiap pergi.
Hans yang datang dengan dua tas dipundaknya segera melempar tas Darga kemudian berlari ke arah motornya dan segera menghidupkannya, keduanya segera pergi dari parkiran SMA Pancasila guna mencari Bintang.
Darga mengeratkan pegangannya pada stang motor dan menarik gas untuk memacu kuda besinya lebih cepat lagi, belum ada tempat tujuan namun Darga dan Hans akan mencoba mencari sekitar sini terlebih dahulu.
Dering ponsel milik Darga memang tidak terdengar, namun getaran ponsel disaku celananya terasa oleh Darga sehingga Darga dengan segera menepikan motornya disusul Hans yang ikut menepikan motornya.
Dalam keheningan hanya terdengar suara mesin Elektrokardiogram yang terdengar, tak ada suara lain, hanya sesekali terdengar suara langkah dari luar. Seorang gadis tengah terbaring lemah dengan selang infus ditangannya, wajahnya pucat pasi dengan luka dibeberapa bagian wajahnya.Seorang pemuda tengah duduk disamping gadis tersebut sambil memegang lembut tangan si gadis. Mata pemuda tersebut tak pernah lepas dari wajah pucat gadisnya itu.Ia tak pernah menyangka akan menyaksikan keadaan seperti ini, ia sangat menyayangi gadis dihadapannya ini.sejak kemarin masuk rumah sakit, sang gadis belum membuka mata sama sekali, hela nafas berat dihembuskan si pemuda, tak lama matanya menggenang siap mengeluarkan air mata mengingat kejadian kemarin, namun sebisa mungkin si pemuda menahan agar air matanya tidak menetes dengan cara mendongkak agar air matanya tak turun."maafin aku sayang," lirihnya sambil mengecup tangan digenggamannya.suara ketukan d
"Bagaimana dok keadaan Bintang?" tanya Nur yang kini duduk didepan sang dokter bersama sang Suami dan kekasih anaknya."sepertinya kekerasannya cukup parah, lebam diwajahnya tidak seberapa, ada banyak luka lebam lainnya ditubuhnya, sepertinya sebuah benda keras yang dihantamkan, terlihat dari lebamnya yang cukup parah. Tulang kakinya terdapat retakan membuat Bintang cukup terganggu ketika berjalan. Dan yang membuat saya kaget, ada banyak luka bekas sayatan, ada yang sudah berbekas, sudah kering dan masih basah." Jelas Dokter membuat Ahmad dan Nur menganga tak percaya dengan apa yang keduanya dengar."tapi bekas sayatan?" tanya Nur linglung membuat Darga mengelus pundak Nur dengan lembut."ditangannya sepertinya sudah agak lama karena tinggal bekasnya. Dan saya yakin jika sayatannya cukup dalam atau mungkin karena berkali kali, bekasnya cukup terlihat.""tangan? tapi Bintang bilang itu karena terserempet," balas Ahmad berusaha berbicara s
suara langkah ketukan sepatu dilorong yang terlihat cukup banyak orang tidak membuat suara hentakan tersebut menggema, justru suara tersebut seakan tertelan oleh suara suara yang berasal dari roda brankar yang didorong oleh beberapa tim medis dan keluarga pasien."Ini kita jalan ke arah mana sih anjir?" tanya Lili gemas pada ketiga sahabatnya, parsel buah ditangannya ia putar putar saking gemasnya membuat Aryani melotot tajam karena takut parsel buah yang mereka beli terjatuh."kalo sampe parselnya jatuh lo gue gorok Li!" ujar Aryani kesal."ish jahat," dengus Lili pelan."gue ga tau arahnya, ini ada denahnya ga sih?" tanya Ranti gemas, pasalnya ketiganya sudah sejak satu jam yang lalu menginjak lantai rumah sakit besar ini, namun tidak kunjung menemukan ruangan yang mereka cari."kaga liat dari tadi," ujar Syami sambil mengedarkan matanya mencari petunjuk."mbak mbak?" panggil Aryani yang mulai kesal karena lama berj
Terik matahari seolah membakar kulit disiang hari ini, ditambah macet panjang membuat panas dua kali lipat, suara klakson saling bersahutan tak sabaran, dengan pedagang asongan yang silih berganti menawarkan berbagai makanan dan minuman.Bintang, gadis yang kini siap pulang dengan kemeja navy dengan celana jeans kulotnya sudah duduk dengan semangat di brankar sambil mengecek bawaannya untuk pulang. Setelah empat hari lamanya ia harus dirawat akhirnya bisa pulang dengan kondisi yang baik, kedua orang tuanya tengah mengurus Administrasi sehingga ia duduk sendirian di kamar ruang rawat inapnya.Darga yang sejak awal menunggunya di rumah sakit kini sudah mulai beraktifitas ke sekolah kembali dengan ancaman dari Bintang tidak mau bertemu jika Darga masih keukeuh untuk berdiam diri di rumah sakit menunggu Bintang. Hingga akhirnya subuh tadi Darga pasrah ketika dipaksa pulang oleh Bintang untuk sekolah. "Akhirnya pulang juga," ujar Bintang bergumam d
Fajar mulai telihat, mentari pagi mulai menampakan diri dari arah timur, banyak orang mulai beraktifitas mengawali pagi hari ini. Suara denting sendok yang beradu dengan piring mengiringi aktifitas pagi ini dikediaman Ahmad. Suara celotehan Fiza sesekali membuat Ahmad, Nur dan Bintang tertawa dan terkekeh geli."Fiza pokoknya mau sekolah, masa Rangga udah mau daftar Fiza belum," ujar Fiza dengan cemberut."iya nanti kalo udah buka pendaftarannya, Ibu daftarin kamu di sekolah yang sama kaya Rangga," jelas Nur dengan senyum gelinya."Pokoknya harus sama Rangga ya Bu, Rangga janji mau sahabatan sama Fiza terus kaya Teteh sama Kak Aryani," pinta Fiza membuat Bintang menoleh dan tersenyum."iya yah, kamu sama Aryani sejak Sekolah Dasar bareng bareng terus," ungkap Ahmad yang dibalas anggukan oleh Bintang."ga sengaja padahal, janjian barengannya pas masuk SMK aja, kalo SD sama SMP kan ga janjian," ujar Bintang membuat Nur tersenyum.
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.