Suara langkah kaki menggema di koridor yang sepi, hampir seluruh siswa siswi ada di kelas masing masing untuk belajar, langkah tersebut terhenti tepat dikelas yang ia tuju, diketuknya pintu didepannya kemudian membukanya dengan pelan, mata semua siswa dengan pasti menatap kearah pintu.
"boleh saya masuk?" tanyanya.
"Silahkan," balas Bu Yash yang tengah menulis di whiteboard.
Langkahnya yang anggun membuat beberapa siswa terpana sedangkan para siswi hanya menatap sekejap. Senyum Bu Yash amat manis pada orang tersebut membuat beberapa murid kesal.
"saya siswi baru dikelas ini bu," ujarnya pelan namun masih bisa didengar beberapa siswa membuat suasana yang awalnya kondusif kini tampak ricuh dengan suara bising.
"SUDAH SUDAH! Silahkan nak perkenalkan nama kamu!" titah Bu Yash.
"selamat pagi semuanya?" sapanya membuat kelas tambah ricuh dan beberapa orang yang yang tengah fokus ke buku langsung menatap kearahnya.
"selamat
Bel pulang menggema diseluruh penjuru SMK widya Kusumah, para siswa siswi dengan segera mengemas alat tulisnya kemudian bersiap menuju rumah masing masing setelah berjuang sejak pagi untuk menimba ilmu.Seperti biasa, Bintang dan sahabatnya menunggu koridor sepi agar tidak berdesak desakan."Anak Pancasila pada gans cuy," ujar Ranti yang tengah menstalking akun sekolah sebelah."banyak banget tau!" ujar Syami sambil menatap satu persatu feed instagram SMA pancasila."ketos nya gans anjir!" ujar Lili dengan semangat."anak sebelah cuci mata tiap hari sih ini, gila sih! Pantesan si Tami betah bener disekolah njir.""gapapa kan cecannya ada disekolah kita kebanyakan," timpal Aryani yang diangguki semuanya dengan semangat. Dan ya mayoritas murid SMK Widya Kusuma itu perempuan, anak laki laki perkelasnya bisa dihitung jari, kecuali jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, kalo RPL banyak laki lakinya namun tak sebanyak siswi di jurusan
Tatapan tajam mengarah pada sepasang insan yang tengah bercanda bersama dengan romantis membuat yang melihatnya mendengus geli dan ngeri, sedangkan si perempuan yang tengah dipandang hanya menunduk malu dengan wajah memerah karena tingkah manis sang kekasih, dan si laki laki dengan santainya meluncurkan berbagai gombalan tanpa memperdulikan mata tajam dan mata ngeri yang melihatnya."kalian kalo mau uwu uwuan jangan disini anjir!" dengus sahabat si perempuan."sirik aja lu jomblo!" ujar si laki-laki."wah sekate kate lu Bang! Anggun calon pacar gue tau!" ujar Hans ngegas membuat Anggun meringis."baru calon! Calon manten aja bisa bubar apalagi cuma calon pacar, diembat orang nangis kejer!" celoteh orang yang di panggil 'Bang'."Ayo nikah aja Nggun," ajak Hans yang dibalas geplakan dikepalanya dari Anggun."Bang Putra pergi aja sono kalo mau romantis romantisan! Ini mau bahas Bibi loh, malah uwu uwuan gitu," gerutu Anggun.&n
Flashback :Canda dan tawa terlontar dari Satya, Bintang, Aryani, Anggun dan Lili. Kelimanya silih berganti pose demi mendapatkan satu gambar yang bagus dari sekian banyaknya pose dan gaya. Satya kali ini berperan sebagai pemotret keempat gadis tersebut.Berbagai gaya dan pose telah dicoba, Satya sendiri mengarahkan keempatnya agar mendapat gambar sesuai keinginan mereka, hingga entah pose dan gaya keberapa akhirnya keempatnya puas mendapat gambar yang bagus dan sesuai keinginan. Yang difotonya ribet.Setelah puas berkeliling dan berfoto ria, kelimanya berhenti ditempat istirahat berupa gazebo yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil."gue pesen dulu makanan ya disana," pamit Aryani sambil menunjuk ke arah warung."ikuuttt," seru Anggun dan Lili membuat Aryani terkekeh."Bi, Kak Sat mau pesen apa?" tanya Lili."gue air putih aja," balas Bintang."gue air putih sama cemilan agak pedes ya," balas Satya.
Suara tekanan pena menggema disebuah kamar karena sang pemilik mengulang tekanan pena berkali kali. Mata yang biasa terpancar dengan tajam kini menatap sebuah buku putih kecil dengan kosong, pikirannya mulai bercabang kemana mana.Tok tok tokKetukan pintu kamar menyentaknya dari berbagai macam pikiran, dengan segera is bangkit dan berjalan menuju pintu kamar yang sengaja ia kunci."Teh makan dulu yuk," ajak sang ibu."siap, ayo Bu," balas Bintang sambil menggandeng lengan ibunya."tumben kamu manja gini?" tanya Ibu Nur bingung melihat tingkah anaknya yang lebih manja ini."teteh lagi pengen dimanja hehehe," balas Bintang bercanda."ada ada aja kamu ini," ujar Nur sambil mengusap kepala sang anak.Keduanya berjalan menuju meja makan yang kini sudah terisi Ahmad sebagai kepala rumah tangga dan Fiza adik manisnya Bintang."lama ih teteh mah! Udah lapar tau," gerutu Fiza.
Sudah sepuluh menit Darga berdiri diparkiran SMK widya kusumah membuat hampir seluruh siswa siswi yang melihat keberadaannya menatap heran, dengan wajah datar tanpa dosa Darga menyibukan diri dengan menscroll layar ponselnya yang padahal hanya menampilkan daftar chattingnya tanpa ada chat yang masuk. Hati dan jantungnya tak karuan, antara malu dan risih karena ditatap terus menerus oleh siswa siswi smk Widkum, tepukan pelan dipundaknya membuat ia tersentak kaget, wajah sangarnya membuat Darga mengerutkan keningnya ketika ia merasa pernah melihat wajah ini. "anak SMA Pancasila ko berani beraninya masuk parkiran sini?" tanya Yasa dengan tajam. "sorry ya tapi ga ada poster atau semacamnya yang gue liat kalo anak sekolah lain ga boleh masuk ke sini," balas Darga sambil tersenyum. "emang ga ada tapi seengaknya lu punya malu kan?" sentak Yasa tajam. "punya ko, lagian gue udah ijin sama anak OSIS sini, " balas Darga.&nbs
satu kata untuk Hans dan Anggun saat ini, menyebalkan!bagaimana tidak, motor yang keduanya adalah milik Darga, dan sekarang motornya itu tidak bisa menyala karena kehabisan bensin. Bodohnya lagi Hans tidak mengecek terlebih dahulu motor milik sahabatnya itu. Anggun sudah uring uringan karena risih dilihat banyak orang apalagi berbagai siswa siswi dari berbagai sekolah dan tingkatan menatap aneh ke arahnya yang berdiri dipinggir jalan dengan Hans yang melihat g****e map mencari pom bensin terdekat. namun sayang, pom bensin terdekat jaraknya lebih dari satu kilo meter. Hans mencoba menghubungi beberapa temannya termasuk Darga. panggilan pertama, "Mi? bisa bantuin gue ga?" "bantuin apa?" tanya Romi dari sebrang sana. "beliin gue bensin, gue lagi mogok njir," balas Hans kesal. "lah? gue lagi rapat perlombaan disekolah lain, nunggu setengah jam lagi gapapa?" tanya Romi bimbang, tak mungkin ia meninggalkan rapat yang beberapa
waktu menunjukan pukul lima lebih seperempat, masih terlalu pagi namun suasana sudah gaduh dari kediaman Echa dan Bagas. teriakan sang keponakan membuat pemilik rumah mendengus kesal, jika saja bukan keponakannya sudah Echa usir saat ini juga.bagaimana tidak kesal, Darga sehabis shalat subuh biasanya tidur kembali dan akan bangun setengah jam kemudian, namun kali ini selepas shalat subuh Darga membuat keributan dengan mengacak ngacak dapur milik Echa. suara nyaring dari dapur amat memekakan telinga.suara pecahan saling bersahutan dengan suara cipratan minyak panas dari wajan yang berada diatas kompor, sedangkan Darga berada jauh dari kompor karena takut terciprat minyak panas.ketika minyak sudah tidak terlalu menyiprat Darga baru berani melangkah menghampiri kompor untuk melihat hasil masakannya, ketika dibalikan, telur Darga berwarna hitam, mungkin karena kecap, pikir Darga.Asap terlihat banyak dari wajan karena Darga tidak mengecilkan su
pagi ini rintik hujan turun kembali seperti kemarin, tak deras memang, namun mampu membuat pakaian tipis basah, contohnya seragam sekolah. tak basah kuyup namun jika terlalu lama akan basah.sama halnya seperti yang dialami oleh dua insan yang tengah meneduh sejenak, titik titik bulir air tercetak jelas di bawahan yang keduanya pakai, karena warnanya yang mudah terlihat jika terkena air.sang gadis tengah memakai jas hujan sedangkan sang laki laki tengah tersenyum menatap sang gadis, yang diperhatikan malah tersenyum malu ditengah kegiatannya, beberapa pasang mata menatap keduanya iri, si laki laki yang perhatian dan si gadis yang beruntung dan nampak malu malu menghadapi tingkah manis sang kekasih.Namun ada juga beberapa pasang mata yang menatap keduanya jengah, barisan ibu ibu dan bapak bapak yang tengah meneduh terlihat mencemooh tingkah keduanya. untungnya keduanya abai akan sekitar dan asik dengan dunianya."lebay banget sih dek!"
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema