pagi ini rintik hujan turun kembali seperti kemarin, tak deras memang, namun mampu membuat pakaian tipis basah, contohnya seragam sekolah. tak basah kuyup namun jika terlalu lama akan basah.
sama halnya seperti yang dialami oleh dua insan yang tengah meneduh sejenak, titik titik bulir air tercetak jelas di bawahan yang keduanya pakai, karena warnanya yang mudah terlihat jika terkena air.
sang gadis tengah memakai jas hujan sedangkan sang laki laki tengah tersenyum menatap sang gadis, yang diperhatikan malah tersenyum malu ditengah kegiatannya, beberapa pasang mata menatap keduanya iri, si laki laki yang perhatian dan si gadis yang beruntung dan nampak malu malu menghadapi tingkah manis sang kekasih.
Namun ada juga beberapa pasang mata yang menatap keduanya jengah, barisan ibu ibu dan bapak bapak yang tengah meneduh terlihat mencemooh tingkah keduanya. untungnya keduanya abai akan sekitar dan asik dengan dunianya.
"lebay banget sih dek!"
Suasana SMA pancasila kali ini sangat ramai, siswa siswinya sibuk berkeliaran diluar kelas karena sekolah tengah mengadakan pemilihan ketua OSIS baru, Romi sebagai ketua OSIS sekarang tengah mempersiapkan segalanya, karena dalam beberapa hari ini ia akan mengadakan serah terima jabatan atau sering dikenal sertijab.Dudung tengah membantu Romi mengurus keperluan, sedangkan Hans, Darga dan Jordan malas untuk berpartisipasi dalam acara sekolah ini yang padahal kawannya pun ketua OSIS. namun apa boleh buat, Romi hanya pasrah memiliki teman yang tidak setia kawan.Hans asik dengan baksonya, Jordan asik dengan games diponselnya dan Darga asik tidur dimeja kantin. tak hanya ketiga orang ini, banyak siswa siswi yang antri dikantin dari pada berdiri panas panasan dilapang untuk melihat acara pemilihan ketua OSIS baru ini."Pak ketua kasian ya bentar lagi lengser," ujar Jordan tanpa menatap lawan bicara."ya mau gimana lagi, udah dua periode soalnya, la
suara bising mengiringi suasana siang hari ini, siswa siswi dengan semangat berlarian kearah gerbang utama dan parkiran untuk pulang. sehabis pengumuman dari kepala sekolah sekaligus kegiatan terakhir disekolah hari ini. oleh karena itu waktu belum tiba untuk pulang seperti biasanya membuat sebagian besar siswa siswi bersemangat. Namun nampaknya berbeda dengan teman teman dan sahabat Bintang. kali ini teman sekelas Bintang terlihat malas untuk pulang, tugas untuk hari esok cukup berat sehingga hampir seluruh siswa siswinya masih berdiam diri dikelas guna bekerja sama mengerjakan tugas.Membuat puluhan surat dengan ketentuan tertentu sangatlah tidak mudah, belum lagi kesalahan sedikit saja typo satu huruf tidak akan menjadi nilai, kedisiplinan dan kerapihan adalah nomor satu bagi guru mata pelajaran yang satu ini, perintilan surat masuk dan keluar diharuskan dibuat oleh tangan sendiri dan manual atau tulis tangan.salah garis sedikit sudah fatal, maka dari i
Tak ada suara grasak grusuk, tak ada suara tawa keras, tak ada suara celotehan, tak ada suara ghibahan, tak ada suara seperti biasanya, semuanya tengah fokus mengerjakan tugas masing masing, ketika akan bertanya pun suaranya dikecilkan bahkan tidak bersuara saking takutnya menimbulkan suara.ketakutan itu terjadi karena ada tiga orang yang datang tanpa diundang dan malah menebar keuwuan terhadap pasangan masing masing membuat para jomblo iri dengki.Darga yang tengah menggarisi puluhan kertas atas arahan Aryani karena sang pujaan hati tengah tidur nyenyak, Anggun dibantu Hans menggarisi sedangkan dirinya menulis sehati hati mungkin, ketika salah pun Hans berusaha untuk menenangkannya. Dan Lili? Revo tidak membantu sama sekali membuat Lili kesal pada awalnya karena seorang Revo tidak sesabar itu untuk membantu menyelesaikan tugas ini, justru Lili yang mengerjakan dan Revo menyuapi berbagai makanan pada Lili, bagaimana hati para jomblo OTKP 2 bisa aman?
Malam ini cukup sepi dan dingin diluar ruangan dan dapat membuat tubuh kedinginan dan pastinya butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuh, baik itu makanan dan minuman ataupun berbagai benda penghangat.Berbeda dengan cuaca diluar, didalam sebuah ruangan minimalis yang terang dan hangat terdapat keramaian yang membuat suasana betah, dua keluarga tengah berkumpul dengan suka cita. Tak ada perayaan apapun, hanya berkumpul bersama untuk mempererat silaturahmi dan kekeluargaan.pukul tujuh lewat dua puluh menit tepatnya setelah Adzan Isya berkumandang, Bintang berjalan keluar dari kamarnya usai melaksanakan shalat Isya, kedua orang tua beserta adiknya ternyata masih belum kembali dari kediaman Echa dan Bagas, karena malas kembali ke rumah Echa, Bintang pun memutuskan untuk pergi ke dapur untuk membuat mie instan favorit nya.ketika membuka rak tempat menyimpan Mie instan, Bintang menghela nafas pelan karena tak menemukan apa yang ia cari, dengan lesu ia kembali k
denting sendok dan piring menjadi suara ditengah kesunyian, bukan apa, Gibran tidak menyukai jika ketika makan malah mengobrol, seperti tidak menghargai makanan. Maka dari itu Darga dan Anna sudah terbiasa makan dengan khidmat ketika bersama Gibran.Tegukan segelas air putih menjadi penutup makan malam ini, "papa duluan ke depan ya," pamit Gibran yang dibalas anggukan oleh Anna.Dengan gesit Anna membereskan meja makan dan Gibran membawa piring kotornya ke westafle, usai menyimpan piring piring itu Darga menyusul sang Papa ke ruang keluarga, terlihat Gibran yang tengah fokus menatap Ipad nya dengan kening berkerut."Pa," panggil Darga membuat Gibran menutup layar Ipadnya dan menyimpan disampingnya disofa yang kosong, sedangkan Darga duduk di single sofa samping Gibran."kenapa hmm?" tanya Gibran dengan wajah lelah."papa sibuk ya? wajahnya kucel banget kaya kurang jatah," Ujar Darga membuat Gibran melotot dengan ucapan frontal ana
Keheningan malam menjadi teman seorang gadis yang tengah terisak merutuki kebodohannya karena telah berbicara tak sopan kepada Ibu nya, ia yakin pasti kata kata nya membuat Ibunya sakit hati dan berpikir yang tidak tidak kala ia mengingat ibunya begitu perasa dan hatinya begitu lembut.Dering ponsel memekakan telinga ditengah kesunyian kamar yang awalnya hanya terdengar detik jarum jam dinding dan isakan kecil dari sang pemilik kamar. Gadis yang tengah duduk disamping ranjang sambil menutup wajahnya dengan bantal merasa terganggu kemudian mendengus kesal.Dengan ogah ogahan Bintang beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil ponsel yang setengah jam lalu ia lempar ke meja belajar karena kesal.Dengan nafas tersenggal karena hidungnya mampet Bintang meraih ponsel yang masih berdering kemudian menatap lama nama dilayar ponsel tersebut, dengan pelan ia menggeser ikon telepon berwarna hijau guna mengangkat panggilan tersebut."Assalamualikum?"&n
"kamu bakalan jadi abang!" seru Gibran dengan semangat.Tak ada balasan dari Darga, dengan segera Gibran menghampiri sang anak yang terlihat sudah menutup mata dengan damai, suara dengkuran halus dengan nafas teratur membuat Gibran yakin anaknya sudah masuk ke alam mimpi tanpa mendengar kabar menggembirakan ini.Dengan pelan Gibran menyelimuti tubuh Darga, diusapnya kepala Darga dengan pelan. Umur Darga memang sudah bukan anak anak lagi, tapi Gibran tak ingin Darga merasa kedua orang tuanya mengabaikannya sehingga Darga tumbuh dengan limpahan kasih sayang kedua orang tuanya. Gibran sebisa mungkin tidak menyibukan diri ketika bersama Darga. Ia hanya takut jika ia terlalu sibuk, Darga akan mencari perhatian diluaran sana dan berakhir dengan kenakalan remaja yang akan menjerumuskan Darga. Gibran sungguh tidak ingin itu terjadi."Kamu harus jadi orang yang kuat ya Ga, jangan buat Mama sakit hati," ujar Gibran.Asik menatap wajah damai anaknya tak sadar
suara Adzan subuh berkumandang membuat orang orang yang beragama islam diwajibkan menunaikan kewajibannya shalat lima waktu, salah satunya salat subuh. Sama hal nya seperti Darga yang baru saja bangun karena mendengar seruan dari mesjid membuat ia segera beranjak meninggalkan tempat tidur dan harus segera menunaikan shalat subuh. Dengan mata yang masih terasa rapat namun sebisa mungkin ia membukannya dan segera berwudhu. Setelah selesai dari kamar mandi Darga segera menggelar sejadahnya dan memakai sarung serta pecinya. Bukan tak mau ia pergi ke mesjid, namun karena posisi rumahnya yang jauh dari mesjid membuat ia berpikir dua kali, ia pasti ketinggalan jika harus berjalan sejauh itu. setelah selesai shalat, niat hati akan tidur kembali dan bangun jam enam nanti, namun suara dering ponsel membuat ia menguruhkan niatnya ketika melihat nama yang tertera. "Assalamualaikum," sapa Darga. "waalaikumsalam, kamu ga tidur lagi kan?" tanya sipenelpo
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema