"Kalian jangan bertemu lagi, ini untuk kebaikan kalian berdua!"
Suara teriakan Jimmy berdengung di telinga dari tadi. Pria itu menyebut nama Kim, tapi Kim sediri tidak mengenal pria itu. Kim menatap pria brewok tipis itu dengan perasaan takut.
"Kau harus pergi dari sini! Dan dari kehidupan Harry juga!" Pria itu berkata. Dia siapa? Kenapa dia menyuruh Kim berpisah dengan Harry? Okay Kim, tenang. Kim berusaha tidak menangis.
"Kenapa kau menyuruhku pergi dan berpisah dengan Harry? Kau siapa hah?" Dengan beraninya Kim membentak pria itu, satu tangannya gemetar.
"I can't tell you... " Ucap pria. "Sebaiknya kau jangan banyak bertanya!"
"But why? Why can't you tell me?"
"Kau dan Harry jangan lagi bertemu! Tidak ada tawar-menawar. Kau hanya akan membawa kesialan pada Harry. "
Harry menatap Jimmy dengan wajah penuh amarah. "Jangan melarang kami! Kau tidak punya hak untuk mengatur hidup kami! Aku dan Kim akan tetap b"Jangan marah-marah cantik.""Dia benar-benar cantik saat sedang marah.""You guys fucking suck!" Balas Kim ketika melewati Jacob dan kawan-kawannya yang sedang menggodanya."Ayolah Kim, jangan dibawa serius. Kitakan sedang berpesta." Teman Kim Sandra menahan tangan Kim, wanita itu hanya memakai bikini merah dengan rok mini."Tidak! Temanmu itu brengsek, kau lihat kan dia mengarahkan kakinya agar Mark jatuh." Ucap Kim melirik ke arah kumpulan pria itu yang sedang menertawainya."Mereka hanya bercanda." Sandra membela."Yeah, whatever." Ujar Mark. "Dia mendorongku dari samping Kim tadi dan aku terjatuh ke bawah, apa itu juga bercanda?" sambungnya seraya menepuk kakinya sementara Jacob dan teman-temannya menertawainya dengan wajah mengejek.Jakob mendekati Kim, tangannya menyentuh kulit lengan wanita itu. "Aku belum
Harry mengusap rambut Kim dengan tangan kirinya. "Jika sekali lagi aku mendapatkan mu pergi di tempat seperti itu seorang diri, aku akan membuatmu menyesal.""Kan aku sudah bilang ada Sandra di sana! Kau sendiri yang meminta kita jangan berdebat. ""Ini tentang yang kau bahas bukan tentang kemana kau pergi tanpa seizinku." Kata Harry dengan egois, ia meraih tangan Kim yang tergeletak di atas pahanya lalu membawanya ke bibirnya, mengecup agak lama."Kau sendiri yang menghindariku berapa hari... Kau egois." Kata Kim merasa tidak adil. Antara mereka tidak pernah membicarakan Yellowstone dan keluarga di sana. Mereka seperti menciptakan dunia mereka sendiri tanpa Parker."Aku akan mengantarmu pulang."Kim pikir Harry akan membawanya pergi bersama. Ternyata pria itu akan mengantarnya ke asrama. Kim melipat tangannya di depan dada dengan wajah juteknya."Aku tidak mau pulang! Kenapa kau tidak mau mengajakku bersamamu
Harry akhirnya membawa Kim ke bengkel tempat dia dan yang lain berkumpul. Di depan pintu tampak Jelena dan Alice sedang berdiri di sana melihat kedatangan dua orang itu bergandengan tangan. Jelena tidak tenang tapi ia bersikap santai dengan tersenyum."Kim, kau datang juga." Jelena lebih dulu menyapa. "Kenapa kalian lama sekali?""Yeah... kami tadi... kami terjebak macet. Iya kan Harry?" Kim meminta dukungan Harry. "Jadi kami terlalu larut malam data-ng." Kim meletakkan tangannya ke dalam saku, salah tingkah.Harry kembali mengambil tangan Kim untuk dia pegang. "Kami sangat lapar. Aku dan Kim masuk dulu mencari sesuatu untuk di makan." Kata Harry pada Alice dan Jelena.Alice menyenggol bahu Kim melewati mereka lalu berjalan ke dalam. Ia sempat melirik di bagian leher Kim ada bekas warna merah. Perempuan mana yang tidak tahu itu apa. Apalagi Alice adalah mantan Harry, tahu betul perm
Harry bersama Gerald menyelusuri bagian badan mobil, memeriksa kerusakan mobil. Martin juga ikut memeriksa dengan center yang dipegangnya. Tentu saja hal ini membuat Harry dan teman-temannya murka karena kejadian seperti ini bukan sekali ini saja."Harry..." Panggil Martin, kepalanya menunjukkan ke arah cahaya center. "Mesinnya tidak ada." Tambahnya.Harry mendekat melihat pada bagian depan mobil. "Untuk apa mereka mengambil mesin mobil ini? Jika mereka pembalap harusnya mereka tahu mesin yang mereka curi bukan mobil pembalap.""Mungkin mereka salah mobil." Komentar Gerald, mengingat mobil mereka terparkir di teras bengkel.Martin terkekeh geli, menunjukkan sederet gigi putihnya. "Mereka bodoh tidak bisa membedakan mobil milik orang tua dengan anak muda." Masuk akal yang dikatakan Martin. "Atau mereka mencuri karena tidak punya uang.""Kita harus memastikan sesuatu." Ujar Harry menat
Leon duduk di kursi kebesarannya memakai stelan jas rapih dengan wajah tegas menatap Kim yang berdiri di depannya. Anaknya itu mengintimidasi dengan tatapan tajam. Sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Kim membuat Leon terdiam.Pagi-pagi Kim sudah bertandang ke kantor Leon, dia tidak tidur sama sekali setelah perjalanan malam yang dia tempuh."Ceritakan tentang Harry. Dari mana asal usulnya dan kenapa kau mengadopsinya?" Kim mengulang pertanyaannya.Leon menyandarkan punggung kokohnya pada kursi, membalas tatapan Kim. "Kau datang jauh-jauh menanyakan itu? Dengan penampilan berantakan seperti ini, apa kau pikir akan membuatku senang kau mengunjungiku ke kantor?""Ceritakan tentang Harry!""Ini kantor Kim, jangan berteriak. Kau tahu sendiri aku mengambilnya dari jalanan. Tapi dia tidak tahu diri melakukan hal bodoh. Dia melecehkan Megan." Pria tua itu berteriak, menatap tajam pada anaknya, seakan Harry ada di sebelah Kim.
"Harry membawa mobil ini dengan sangat cepat tadi malam." Kata Juan seraya duduk sebelah Gerald. Juan sedikit melirik lengan kanan pria itu yang sekarang bertato ular. "Nice pict... apa ini? Ulat kah?" Matanya menyipit."Kau ingin lehermu patah?" geram Gerald yang sekarang mengubah style-nya. Kepalanya dibuat botak ditambah bagian tubuhnya penuh dengan tato. "Ini ular berbisa bodoh, bukan ulat."Juan terkekeh geli. "Sorry, aku pikir kau salah tempat memasang tato. Ini seperti ulat bukan ular." Gerald ingin menerkam Juan, tapi keburu suara paman Vernon terdengar."Harry memacunya dengan kecepatan berapa?" tanya Paman Vernon yang mendengar ucapan Juan tadi. Mereka sedang berada di bengkel menatap mobil merah Harry yang baru."8 detik." Jawab Juan. "Dia begitu cepat membawanya tadi malam, seolah dia siap mati. Dia bahkan tidak berhenti di lintasan." Tambah Juan dengan takjub.Kris be
Harry membawa si merah dengan kecepatan penuh menuju kampus. Martin yang berada di sebelahnya menahan nafas karena takut Harry akan membuatnya celaka. Martin tidak yakin Harry melakukan ini untuk bersenang-senang melainkan memberinya pelajaran atas ucapannya semalam.Sampai di parkiran Martin buru-buru keluar. "Harry, nanti aku ada janji dengan Alice. Jadi kau tidak perlu menungguku pulang.""Hoi! Kau pikir aku supirmu yang mengantar-jemput!" Ujar Harry seraya membanting pintu mobilnya. Cukup membuat Martin terlonjak di tempatnya. Lebih dulu Harry yang melewatinya."Dia sangat pendendam." Runtuk Martin kesal. Lalu ia melangkah berlawanan arah dengan Harry. Memilih jalan aman.Dari belakang Jelena berjalan cepat menghampiri Harry. "Hei, ada apa denganmu. Kau ada masalah?" tanya Jelena penuh perhatian.Harry hanya menoleh sedetik sambil berjalan. "Tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti itu?""Dari wajahmu aku bisa melihat ada yang
"Ma'am, diluar ada seorang wanita yang mengaku teman Nona Kim. Dia sedang menunggu di teras." Seorang pelayan memberitahu dengan sopan pada Dollores.Dahi Kim mengkerut, belum pernah ada temannya datang ke Yellowstone.Keempat wanita itu masih terlihat sama-sama geram dan masih terlibat perdebatan sengit antara mereka. Terutama Minerva dan Dollores yang sama-sama tidak mau mengalah. Masing-masing diselimuti aura panas dalam diri mereka.Karena sudah menikah dengan Leon, Dollores merasa memiliki tempat di keluarga ini. Setiap pelayan tunduk padanya. Seakan kedudukannya lebih tinggi dari istri pertama Leon. Tetapi sayangnya, pernikahan mereka hanya tercatat di agama secara negara Leon belum meng-sahkan."Katakan padanya Kim tidak bisa diganggu. Suruh dia pulang." Jawab Dollores dengan angkuhnya."Atas dasar apa kau melarang teman Kim bertamu ke sini. Kau pikir ini daerah kekuasaa