Kim menghentikan taxi di pinggir jalan setelah lima menit dia menunggu. Ternyata tukang taxi yang tadi dia tumpangi yang dia dapat lagi. Laki-laki tua, kurus, berkumis tersenyum pada Kim pelanggan yang tadi.
"Kau lagi Nak," sapa pria itu. Kim tersenyum lalu masuk. "Kau sudah bertemu suamimu?" tanyanya. Kim jadi merasa bersalah telah berbohong.
"Dia sudah punya wanita lain, Pak." Jawab Kim muram.
Pria tua itu tertawa. "Zaman sekarang jangan terlalu percaya pria, Nak."
Sementara di belakang taxi mobil sport berwarna hitam pekat membawa mobil dengan kecepatan tinggi.
Kim duduk di jok belakang memandangi jalanan, tiba-tiba suara klakson dari belakang terus saja berbunyi. Kim menoleh ke belakang dan itu mobil Harry. "Dia tahu aku di sini?" tanyanya pada diri sendiri.
"Tolong Pak, dia tidak boleh menangkapku."
Suara drum mobil belakang semakin merajalela.<
Kim termangu menatap amplop putih berisi bayaran dia menari ballet disebuah teater. Untuk pertama kalinya dia mendapatkan uang dari hasil keringatnya, matanya berkaca-kaca dengan senyum tipis membuka isi amplop putih itu.Mom, kau lihat kan aku sekarang bisa menghasilkan uang walaupun tidak seberapa. Kau pasti bangga kan? Anakmu yang manja ini bisa mandiri sekarang. Aku bahkan tinggal di tempat jelek sekarang.Beberapa lembar uang itu kembali di masukan ke amplop lalu di masukkan ke tasnya. Memang uangnya tidak seberapa tapi Kim cukup bahagian mendapatkan uang itu."Kim...?"Suara gedoran dari pintu membuat Kim kaget. Suara itu seperti suara Rachel, teman sekamarnya. Kim berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Wanita berwajah asia itu tersenyum."Kau membuatku kaget saja, Rachel. Apa tidak bisa menggedor pintu dengan lembut?"Rachel terdiam, lalu dia kembali ke de
"Nak, pergilah... jangan pedulikan daddy!""Ayo Harry... cepat! Sebelum mereka melihatmu." Ketika seorang laki-laki mengendong paksa anak laki-laki kecil ini. Tiba-tiba seorang wanita menjerit histeris melihat seseorang berjubah menarik pelatuk senjata di tangannya. Seperdetik peluru itu menghantam dada kiri ayah Harry. Pria itu terhuyung dan terhempas ke lantai bersimbah darah. "No... " Laki-laki yang menarik Harry membekap mulutnya agar tak bersuara. Dia membawa Harry ke arah jendela kamar. Memecahkan kaca lalu memaksa keluar anak laki-laki itu."Harry, kau lari ke arah bastop. Nanti aku akan menyusul."Tidak! Daddy berdarah di sana. Mommy juga masih di dalam."Laki-laki itu membekap mulut Harry kuat. "Jangan bersuara dia akan mendengar suaramu. Kita semua akan mati. Cepat
"Kau yang membunuhnya kan?""Aku tidak ingat apa-apa, untuk apa sekarang membahas itu? Toh, kasusnya sudah diberhentikan karena kurangnya bukti."Cara Dollores mengatakan itu seakan menunjukkan dialah pelakunya. Leon memandang istrinya dengan tajam, tangannya mengepal kuat. Hal itu di didasari karena Dollores ingin Megan diakui oleh Leon sebagai anaknya yang sah."Yang aku aku ingat Amber mengatakan bahwa dia menemukan jam tangan seseorang di lemarimu saat dia mabuk." Dollores tersenyum dingin ke arah suaminya, dia akan membuat tempat Leon menjadi tersudut hingga tidak bisa berbuat apa-apa."Aku punya alasan melakukan itu," jawab Leon tidak membantah jam tangan mantan pacar Amber ada di lemarinya. Juga dia tidak terkejut Amber tahu rahasianya. "Jangan kau pikir bisa mengancamku seperti kemarin kau memaksaku menikahmu." Leon memandang Dollores dari bangkunya, wanita itu berdiri tanpa rasa takut. Pakaiannya terlihat seperti Amber, untungnya Leon
Seorang pria berlari kencang di lorong kampus karena anak buah Harry mengejarnya. Pria dengan baju kotak-kotak itu seketika menabrak tubuh besar dan berotot Thomas. Dengan wajah ketakutan Lance mencoba kembali melarikan diri dari sekumpulan itu.Pria bermata abu-abu menarik kerah baju Lance lalu mendorongnya ke belakang tembok. "Menghadap kebelakang, keparat!" kata Harry dengan lantang. Lance menuruti, ia mengangkat tangannya ke atas menghadap tembok.Gerald si wajah Asia memeriksa saku Lance, lalu berdecak. "Tidak ada apa-apa di sini.""Apa yang kalian lakukan?" tanya Lance berteriak."Diam!" Bentak Thomas sambil menempeleng kepala Lance. Martin dan Juan menjaga lorong agar tidak ada yang lewat dari sana. Sementara Harry sedang mengintrogasi Lance dengan banyak pertanyaan tentang Jacob, terutama mobilnya. Apakah Jacob yang membuat mobilnya hangus?"Jacob kan yang datang lagi lalu me
"HEI AKU PESAN KUE PAI.""TIDAK ADA KUE PAI DISINI, BODOH!"" CEPAT KEMARI BAWAKAN DAFTAR MEN!""KALIAN JANGAN BERTERIAK-TERIAK BISA TIDAK?!"Ini adalah first time Kim part time di pertengahan semester. Dia orang yang cenderung tertutup, Kim tidak menyesal kabur dari rumah. Dia akan bertahan untuk menangani kerumetan dalam hidupnya.Kim maju ke arah meja sekumpulan pria yang membuat onar dari tadi. Dia menghembuskan nafas kasar karena jengkel."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Kim menatap satu persatu pria yang sedang duduk itu."Oh, hai. Kau adalah Kimberley Cravel Parker, benar kan?" tanya Martin dengan senyum ramahnya yang menjengkelkan. Di sebelahnya Harry duduk acuh sambil menghidupkan sebatang rokok lalu dihisapnya."Cukup Kim saja. Kau tidak perlu menyebutkan selengkap itu." Kata Kim melipat kedua tangann
"Kalian jangan bertemu lagi, ini untuk kebaikan kalian berdua!"Suara teriakan Jimmy berdengung di telinga dari tadi. Pria itu menyebut nama Kim, tapi Kim sediri tidak mengenal pria itu. Kim menatap pria brewok tipis itu dengan perasaan takut."Kau harus pergi dari sini! Dan dari kehidupan Harry juga!" Pria itu berkata. Dia siapa? Kenapa dia menyuruh Kim berpisah dengan Harry? Okay Kim, tenang. Kim berusaha tidak menangis."Kenapa kau menyuruhku pergi dan berpisah dengan Harry? Kau siapa hah?" Dengan beraninya Kim membentak pria itu, satu tangannya gemetar."I can't tell you... " Ucap pria. "Sebaiknya kau jangan banyak bertanya!""But why? Why can't you tell me?""Kau dan Harry jangan lagi bertemu! Tidak ada tawar-menawar. Kau hanya akan membawa kesialan pada Harry. "Harry menatap Jimmy dengan wajah penuh amarah. "Jangan melarang kami! Kau tidak punya hak untuk mengatur hidup kami! Aku dan Kim akan tetap b
"Jangan marah-marah cantik.""Dia benar-benar cantik saat sedang marah.""You guys fucking suck!" Balas Kim ketika melewati Jacob dan kawan-kawannya yang sedang menggodanya."Ayolah Kim, jangan dibawa serius. Kitakan sedang berpesta." Teman Kim Sandra menahan tangan Kim, wanita itu hanya memakai bikini merah dengan rok mini."Tidak! Temanmu itu brengsek, kau lihat kan dia mengarahkan kakinya agar Mark jatuh." Ucap Kim melirik ke arah kumpulan pria itu yang sedang menertawainya."Mereka hanya bercanda." Sandra membela."Yeah, whatever." Ujar Mark. "Dia mendorongku dari samping Kim tadi dan aku terjatuh ke bawah, apa itu juga bercanda?" sambungnya seraya menepuk kakinya sementara Jacob dan teman-temannya menertawainya dengan wajah mengejek.Jakob mendekati Kim, tangannya menyentuh kulit lengan wanita itu. "Aku belum
Harry mengusap rambut Kim dengan tangan kirinya. "Jika sekali lagi aku mendapatkan mu pergi di tempat seperti itu seorang diri, aku akan membuatmu menyesal.""Kan aku sudah bilang ada Sandra di sana! Kau sendiri yang meminta kita jangan berdebat. ""Ini tentang yang kau bahas bukan tentang kemana kau pergi tanpa seizinku." Kata Harry dengan egois, ia meraih tangan Kim yang tergeletak di atas pahanya lalu membawanya ke bibirnya, mengecup agak lama."Kau sendiri yang menghindariku berapa hari... Kau egois." Kata Kim merasa tidak adil. Antara mereka tidak pernah membicarakan Yellowstone dan keluarga di sana. Mereka seperti menciptakan dunia mereka sendiri tanpa Parker."Aku akan mengantarmu pulang."Kim pikir Harry akan membawanya pergi bersama. Ternyata pria itu akan mengantarnya ke asrama. Kim melipat tangannya di depan dada dengan wajah juteknya."Aku tidak mau pulang! Kenapa kau tidak mau mengajakku bersamamu