Seorang pria berlari kencang di lorong kampus karena anak buah Harry mengejarnya. Pria dengan baju kotak-kotak itu seketika menabrak tubuh besar dan berotot Thomas. Dengan wajah ketakutan Lance mencoba kembali melarikan diri dari sekumpulan itu.
Pria bermata abu-abu menarik kerah baju Lance lalu mendorongnya ke belakang tembok. "Menghadap kebelakang, keparat!" kata Harry dengan lantang. Lance menuruti, ia mengangkat tangannya ke atas menghadap tembok.
Gerald si wajah Asia memeriksa saku Lance, lalu berdecak. "Tidak ada apa-apa di sini."
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Lance berteriak.
"Diam!" Bentak Thomas sambil menempeleng kepala Lance. Martin dan Juan menjaga lorong agar tidak ada yang lewat dari sana. Sementara Harry sedang mengintrogasi Lance dengan banyak pertanyaan tentang Jacob, terutama mobilnya. Apakah Jacob yang membuat mobilnya hangus?
"Jacob kan yang datang lagi lalu me
"HEI AKU PESAN KUE PAI.""TIDAK ADA KUE PAI DISINI, BODOH!"" CEPAT KEMARI BAWAKAN DAFTAR MEN!""KALIAN JANGAN BERTERIAK-TERIAK BISA TIDAK?!"Ini adalah first time Kim part time di pertengahan semester. Dia orang yang cenderung tertutup, Kim tidak menyesal kabur dari rumah. Dia akan bertahan untuk menangani kerumetan dalam hidupnya.Kim maju ke arah meja sekumpulan pria yang membuat onar dari tadi. Dia menghembuskan nafas kasar karena jengkel."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Kim menatap satu persatu pria yang sedang duduk itu."Oh, hai. Kau adalah Kimberley Cravel Parker, benar kan?" tanya Martin dengan senyum ramahnya yang menjengkelkan. Di sebelahnya Harry duduk acuh sambil menghidupkan sebatang rokok lalu dihisapnya."Cukup Kim saja. Kau tidak perlu menyebutkan selengkap itu." Kata Kim melipat kedua tangann
"Kalian jangan bertemu lagi, ini untuk kebaikan kalian berdua!"Suara teriakan Jimmy berdengung di telinga dari tadi. Pria itu menyebut nama Kim, tapi Kim sediri tidak mengenal pria itu. Kim menatap pria brewok tipis itu dengan perasaan takut."Kau harus pergi dari sini! Dan dari kehidupan Harry juga!" Pria itu berkata. Dia siapa? Kenapa dia menyuruh Kim berpisah dengan Harry? Okay Kim, tenang. Kim berusaha tidak menangis."Kenapa kau menyuruhku pergi dan berpisah dengan Harry? Kau siapa hah?" Dengan beraninya Kim membentak pria itu, satu tangannya gemetar."I can't tell you... " Ucap pria. "Sebaiknya kau jangan banyak bertanya!""But why? Why can't you tell me?""Kau dan Harry jangan lagi bertemu! Tidak ada tawar-menawar. Kau hanya akan membawa kesialan pada Harry. "Harry menatap Jimmy dengan wajah penuh amarah. "Jangan melarang kami! Kau tidak punya hak untuk mengatur hidup kami! Aku dan Kim akan tetap b
"Jangan marah-marah cantik.""Dia benar-benar cantik saat sedang marah.""You guys fucking suck!" Balas Kim ketika melewati Jacob dan kawan-kawannya yang sedang menggodanya."Ayolah Kim, jangan dibawa serius. Kitakan sedang berpesta." Teman Kim Sandra menahan tangan Kim, wanita itu hanya memakai bikini merah dengan rok mini."Tidak! Temanmu itu brengsek, kau lihat kan dia mengarahkan kakinya agar Mark jatuh." Ucap Kim melirik ke arah kumpulan pria itu yang sedang menertawainya."Mereka hanya bercanda." Sandra membela."Yeah, whatever." Ujar Mark. "Dia mendorongku dari samping Kim tadi dan aku terjatuh ke bawah, apa itu juga bercanda?" sambungnya seraya menepuk kakinya sementara Jacob dan teman-temannya menertawainya dengan wajah mengejek.Jakob mendekati Kim, tangannya menyentuh kulit lengan wanita itu. "Aku belum
Harry mengusap rambut Kim dengan tangan kirinya. "Jika sekali lagi aku mendapatkan mu pergi di tempat seperti itu seorang diri, aku akan membuatmu menyesal.""Kan aku sudah bilang ada Sandra di sana! Kau sendiri yang meminta kita jangan berdebat. ""Ini tentang yang kau bahas bukan tentang kemana kau pergi tanpa seizinku." Kata Harry dengan egois, ia meraih tangan Kim yang tergeletak di atas pahanya lalu membawanya ke bibirnya, mengecup agak lama."Kau sendiri yang menghindariku berapa hari... Kau egois." Kata Kim merasa tidak adil. Antara mereka tidak pernah membicarakan Yellowstone dan keluarga di sana. Mereka seperti menciptakan dunia mereka sendiri tanpa Parker."Aku akan mengantarmu pulang."Kim pikir Harry akan membawanya pergi bersama. Ternyata pria itu akan mengantarnya ke asrama. Kim melipat tangannya di depan dada dengan wajah juteknya."Aku tidak mau pulang! Kenapa kau tidak mau mengajakku bersamamu
Harry akhirnya membawa Kim ke bengkel tempat dia dan yang lain berkumpul. Di depan pintu tampak Jelena dan Alice sedang berdiri di sana melihat kedatangan dua orang itu bergandengan tangan. Jelena tidak tenang tapi ia bersikap santai dengan tersenyum."Kim, kau datang juga." Jelena lebih dulu menyapa. "Kenapa kalian lama sekali?""Yeah... kami tadi... kami terjebak macet. Iya kan Harry?" Kim meminta dukungan Harry. "Jadi kami terlalu larut malam data-ng." Kim meletakkan tangannya ke dalam saku, salah tingkah.Harry kembali mengambil tangan Kim untuk dia pegang. "Kami sangat lapar. Aku dan Kim masuk dulu mencari sesuatu untuk di makan." Kata Harry pada Alice dan Jelena.Alice menyenggol bahu Kim melewati mereka lalu berjalan ke dalam. Ia sempat melirik di bagian leher Kim ada bekas warna merah. Perempuan mana yang tidak tahu itu apa. Apalagi Alice adalah mantan Harry, tahu betul perm
Harry bersama Gerald menyelusuri bagian badan mobil, memeriksa kerusakan mobil. Martin juga ikut memeriksa dengan center yang dipegangnya. Tentu saja hal ini membuat Harry dan teman-temannya murka karena kejadian seperti ini bukan sekali ini saja."Harry..." Panggil Martin, kepalanya menunjukkan ke arah cahaya center. "Mesinnya tidak ada." Tambahnya.Harry mendekat melihat pada bagian depan mobil. "Untuk apa mereka mengambil mesin mobil ini? Jika mereka pembalap harusnya mereka tahu mesin yang mereka curi bukan mobil pembalap.""Mungkin mereka salah mobil." Komentar Gerald, mengingat mobil mereka terparkir di teras bengkel.Martin terkekeh geli, menunjukkan sederet gigi putihnya. "Mereka bodoh tidak bisa membedakan mobil milik orang tua dengan anak muda." Masuk akal yang dikatakan Martin. "Atau mereka mencuri karena tidak punya uang.""Kita harus memastikan sesuatu." Ujar Harry menat
Leon duduk di kursi kebesarannya memakai stelan jas rapih dengan wajah tegas menatap Kim yang berdiri di depannya. Anaknya itu mengintimidasi dengan tatapan tajam. Sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Kim membuat Leon terdiam.Pagi-pagi Kim sudah bertandang ke kantor Leon, dia tidak tidur sama sekali setelah perjalanan malam yang dia tempuh."Ceritakan tentang Harry. Dari mana asal usulnya dan kenapa kau mengadopsinya?" Kim mengulang pertanyaannya.Leon menyandarkan punggung kokohnya pada kursi, membalas tatapan Kim. "Kau datang jauh-jauh menanyakan itu? Dengan penampilan berantakan seperti ini, apa kau pikir akan membuatku senang kau mengunjungiku ke kantor?""Ceritakan tentang Harry!""Ini kantor Kim, jangan berteriak. Kau tahu sendiri aku mengambilnya dari jalanan. Tapi dia tidak tahu diri melakukan hal bodoh. Dia melecehkan Megan." Pria tua itu berteriak, menatap tajam pada anaknya, seakan Harry ada di sebelah Kim.
"Harry membawa mobil ini dengan sangat cepat tadi malam." Kata Juan seraya duduk sebelah Gerald. Juan sedikit melirik lengan kanan pria itu yang sekarang bertato ular. "Nice pict... apa ini? Ulat kah?" Matanya menyipit."Kau ingin lehermu patah?" geram Gerald yang sekarang mengubah style-nya. Kepalanya dibuat botak ditambah bagian tubuhnya penuh dengan tato. "Ini ular berbisa bodoh, bukan ulat."Juan terkekeh geli. "Sorry, aku pikir kau salah tempat memasang tato. Ini seperti ulat bukan ular." Gerald ingin menerkam Juan, tapi keburu suara paman Vernon terdengar."Harry memacunya dengan kecepatan berapa?" tanya Paman Vernon yang mendengar ucapan Juan tadi. Mereka sedang berada di bengkel menatap mobil merah Harry yang baru."8 detik." Jawab Juan. "Dia begitu cepat membawanya tadi malam, seolah dia siap mati. Dia bahkan tidak berhenti di lintasan." Tambah Juan dengan takjub.Kris be
Tiga jam kemudian Kim sudah berada di depan pintu kamar 301 milik Harry. Wanita itu tampak begitu gugup, satu tangannya sudah bersedia untuk mengetuk pintu tapi selalu ia urungkan.Tiba-tiba, seseorang membuka pintu itu. Harry hanya melotot, kaget melihat wanita yang selama ini ia cari kini berada di depannya. Rasanya ingin menarik tubuh Kim ke dalam pelukannya. Namun, mata Harry teralih pada tangan Kim yang menggenggam tangan anak kecil laki-laki. Anak itu yang ia selamatkan sore tadi.Setelah hening beberapa saat Kim berkata, "Boleh aku masuk?""Untuk apa kau datang? Ohh, ayahmu itu pasti sudah memberitahu pertemuan kami, kan," Kata Harry, "Sayangnya aku ada urusan, aku harus pergi." Harry pura-pura sibuk dengan melihat jam tangannya."Sebentar saja," ujar Kim lembut.Harry menelan ludahnya, ia membuang nafasnya sebelum memiringkan tubuhnya ke samping agar Kim bisa masuk."Sam ucapkan salam." Kim menundukkan kepalanya mel
Malam harinya Kim menikmati makan malam di ruang makan bersama ayahnya. Hubungan mereka beberapa tahun belakangan ini sangat baik dan terlihat dekat. Kim selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan ayahnya sekedar bercerita hal yang mereka lakukan hati ini atau Kim akan meminta masukan tentang pekerjaanya."Dad, aku sudah menghubungi orang properti dan pengacara untuk menjual Skyhouse," kata Kim."Kau yang bilang kita tidak perlu menjual tempat ini," sahut Leon meliat ke arah Kim, "apa ada wartawan lagi mengawasi rumah ini?""Meskipun kita mengganti nama pemilik Skyhouse, tetap saja mereka pasti bebal. Tidak percaya Skyhouse telah di jual, apalagi dia melihat Daddy mundar-mandir di sini. "Leon menghela nafas, ia telah menghabiskan sepiring steak sapi, "Waktu cepat sekali berlalu.""Kenapa wajahmu muram seperti itu, Dad? Kita sudah berjanji untuk tidak mengenang masa lalu lagi," ucap Kim pelan.Leon mengalihkan pe
"SAM! Are you okay?" suara pria tua itu sangat kuat. Ia mengambil Sam dari gendongan pemuda itu tanpa melihat wajah orang itu, "Thank God! Kau baik-baik saja my little boy." Suara pria itu lemah."Kakek..."Harry hampir tidak percaya orang itu adalah Leon Parker. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berpelukan itu.Apa katanya kakek?Setelah mengamati wajah anak kecil itu, tidak salah lagi mata itu mirip Kim-nya. Mata hijau biru yang mampu membuatnya terhipnotis.Kerutan muncul di dahi Harry, "Anak siapa ini?" tanyanya. Leon menoleh dengan wajah tak kalah kaget. Ia mengeratkan pelukannya, "Mengapa kau begitu ceroboh membiarkan anak sekecil ini tanpa pengawasan? Hanya karena hobi memancingmu.""Ya. Aku minta maaf," kata Leon bingung. Begitu saja ia mengucapkan maaf. Harry menghela nafas, merasa sudah keterlaluan bicara."Dia tidak apa-apa Tubuhnya tidak ada yang lecet."Harry memusatkan perhatiannya
Pagi sebelum matahari menyapa, Kim sudah bangun dan membuat sarapan. Hari ini jadwalnya sangat penuh tapi Kim berhasil mengaturnya. Wanita berambut sebahu itu terlihat lihai membuat sarapan kesukaan anaknya."Biar aku yang memandikan si kecil. Pergilah bersiap-siap nanti kau terlambat," seorang wanita baru saja datang ke dapur."Dia ada jadwal ke dokter gigi siang ini. Aku minta tolong antarkan dia ya, hati ini aku sibuk sekali." Kata Kim yang sedang memindahkan potongan roti ke piring dan mengolesinya dengan selai coklat."Kau memberinya sarapan roti coklat padahal dia ada jadwal ke dokter gigi? Yang benar saja, Kim?" cetus Naresh heranKim menatap wanita yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri dan tersenyum, "Hanya periksa gigi bulanan, Naresh. Makan coklat tidak akan membuatnya sakit gigi.""Kau terlalu memanjakan jagoanmu." Ujar Naresh tersenyum, "Baiklah aku yang mengan
Harry akhirnya sampai di Singapure. Wajah tegang di sekitarnya ketika ia berjalan kaki untuk mencapai Skyhouse. Lorong telah berubah, lukisan yang dulu menghiasi di depan apartemen mewah itu telah dibersihkan. Banyak perubahan besar di sini, dia jadi bingung. Apakah mungkin dia salah tempat?Orang yang melihat Harry mengerutkan kening padanya. Harry menghela nafas. Ia tahu betapa tampan wajahnya. Tapi tentu saja bukan karena itu mereka melihat Harry."Hei, enyah dari situ!""Aku sedang mencari seseorang orang." Ucap Harry kepada pria bertampang garang itu."Aku tidak peduli, jangan berdiri di situ! Pergi sana!"Harry mengumpat pelan, dia tidak mau membuat keributan dan memilih pergi.Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Harry belum makan apa pun setibanya dia di bandara tadi. Ia memutuskan untuk singgah makan, di sekitar tempat itu ada kedai pizza. Ia berjalan meny
Empat tahun kemudian."Polisi baru saja menggerebek bagasi kita di bengkel Vernon. Sepertinya keadaan kita tidak aman lagi." Ujar pria berkepala botak, "Mereka sedang mengincar kita, jadi kita kita harus berpencar untuk bersembunyi.""Kalau bukan karena ulah Thomas, kita tidak akan diincar polisi," ujar Juan. "Merepotkan saja." Dia mundar-mandir gelisah memikirkan perkara itu."Jika salah satu diantara kita ada yang tertangkap, maka semua harus menyerahkan diri." Ucap Harry kepada mereka. Semua mengangguk pasrah. "Seandainya Thomas tidak menusuknya. Aku sendiri yang akan mematahkan leher Jacob.""Dia pasti dendam karena kita menjebaknya waktu itu." Gerald mengingat waktu mereka memasukkan narkoba ke mobil Jacib.Tiga hari lalu mereka melakukan tindakan gila di California ketika melakukan balapan liar. Thomas menusuk Jacob dengan kaca botol minuman. Itu karena orang itu menggoda Jelena dan
Memasukkan ke penjara tidak semudah itu.Leon berkata santai, "Kita lihat saja nanti siapa yang menang." Ucapnya kepada Natalie. Lalu ia melihat Harry dengan lekat. Terlihat ekspresi sedih di wajah Leon. Entah mengapa, tiba-tiba Leon merindukan keluarganya yang dulu. Di saat Amber dan Emily masih hidup dan Harry bersama mereka. Mungkin Kim tidak akan membencinya seperti sekarang ini. Jika saja Leon tidak melakukan kesalahan fatal.Wajah Natalie tampak dingin seperti es batu, dia bicara dengan nada penuh penekanan, "Aku memberikanmu pilihan Tuan Leon Parker, pertama menyerahkan diri ke kantor polisi, akui kesalahanmu. Atau aku akan membuat keluargamu bangkrut."Leon tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap Natalie dan bertanya-tanya kenapa wanita itu memberinya kesempatan. Apakah mungkin karena berterimakasih telah merawat Harry hingga besar?"Kurasa kau bicara seperti itu karena kau tidak punya bukti yang kuat untuk membuat suamiku di penjara.
"Harry..." gumam Kim tanpa sadar seraya mengusap sudut matanya yang basah. Ia masih shock melihat hasil test pack di tangannya.Sudah seminggu ia merasakan gejala tidak menyenangkan dan juga merasa aneh, tidak biasanya Kim telat datang bulan. Naresh orang yang terdekat dengannya di Yellowstone mengetahui hubungan Kim dan Harry sudah sejauh apa. Wanita itu berinisiatif membelikan test pack dan hasilnya."Oh My Gosh..." desis Naresh tidak kalah kaget. Ia menyentuh bahu Kim mencoba menenangkan wanita itu. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, apa kau akan mengatakannya kepada Harry?""Kimberley?""Aku tidak tahu... aku tidak tahu, Naresh." Ucap Kim frustasi. Rasa panik mulai melanda. Bagaimana kalau ayahnya tahu? Dollores dan Megan... mereka pasti akan membuatnya dalam kesusahan."Tolong aku Naresh," Kim memegang tangan wanita berbadan tegap itu. "Jangan katakan pada siapapun tentang kehamilanku. Bersikaplah seperti biasa.""Apa rencanamu?
Jelena mundur dari pelukan Harry, membuat Harry bingung. Apakah wanita itu tidak menikmati permainannya? Ternyata wanita itu meraba resleting gaunnya ke bawah. Dan dengan lancar ia menarik gaunnya ke atas dan membuka semuanya. Harry menatapnya dengan tersenyum."Kau perlu bantuan?""Aku bisa. "Harry memandangi Jelena yang sedang berusaha melepaskan bra brendanya berwarna putih. Kemudian melonggar ikatan dan melepaskan benda itu hingga akhirnya ia mengekspos seluruh buah dadanya kepada Harry.Harry menatapnya sejenak dan menikmati pemandangan indah itu. Tapi, jujur ia lebih menyukai milik Kim yang bulat dan penuh. Harry menangkup keduanya dan meremasnya membuat Jelena tersentak oleh kenikmatan itu. Bibir Harry memasukkan ujung dada milik Jelena ke dalam mulutnya dan bermain-main di sana. Menghisap dan menggigitnya ujung yang mengeras itu.Pria itu tampan... Jelena mengakui itu. Ia sangat t