Share

Produr

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

23

Minggu pagi yang cerah kugunakan untuk mengajak Kai dan Khanza jalan-jalan. Aku menyadari bila waktu luangku bersama mereka kian sedikit terutama karena siang hari aku jarang ada di rumah, sebab akan berlatih di rumah Mas Fa sebagai persiapan membuat debut rekaman solo yang akan kami tawarkan ke semua rumah produksi.

Aku benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti mereka yang sangat setia kawan. Masing-masing mencari cara agar bisa memperkenalkanku dengan produser musik. Bahkan Mas Mono dan Kak Carol juga antusias membantu, padahal kami baru kenal.

"Bang, aku mau itu," pinta Khanza sambil menunjuk ke penjual yang menyediakan aneka ikan hias dalam tempat plastik.

"Jangan, Dek. Kasian ikannya," tolakku.

"Kenapa?"

"Itu dia udah kesulitan bernapas. Nyampe rumah pasti mati."

"Tapi kan lucu."

"Iya, lucu. Tapi cara pengemasannya nggak sesuai prosedur. Apalagi ini lagi panas banget."

"Produr? Apaan?"

Aku mengulum senyum, sementara Kai sudah terkekeh. "Prosedur itu cara, Dek. Asal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Love You Aleea    Meleleh dan Mencair

    24Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan aku bergumam mengikuti lirik lagu yang baru ditugaskan Mbak Yeni untuk dihafalkan. Sekali-sekali aku akan melirik ke sopir cantik yang tengah menggoyang-goyangkan kepala dan mengetuk-ngetukkan jemari ke setir. Bila pandangan kami bertemu, aku akan menyunggingkan berbagai model senyuman. Dimulai dari mengulum senyum, tersenyum lebar, tersenyum dengan memperlihatkan sedikit gigi, dan terakhir melebarkan bibir hingga semua gigi terpampang. "Kamu tuh, ya, dari tadi cengengesan mulu!" protes Aleea. "Aku lagi sedekah ke kamu, Lea," kilahku. "Sedekah apaan?" "Senyum, kata pak ustaz, senyum itu juga sedekah." "Ibadah kaleee!" "Udah gantikah?" "Dari dulu emang gitu. Kamu aja yang ngaco!" "Jangan marah-marah, Lea sa ...." Aku cepat-cepat menghentikan ucapan dan merapatkan bibir sambil mengalihkan pandangan ke depan. "Sa apa? Sapu?" Aku tersenyum lebar sambil menoleh, kemudian berkata, "Mau bilang sayang, tapi takut kamu ngomel-ngomel.

  • Love You Aleea    Bodyguard

    25Enam puluh menit terlewati, kini kami sudah berada di dalam bioskop. Aku pada awalnya ingin mendapatkan tempat di barisan tengah, tetapi ternyata tiga deretan yang diinginkan itu sudah terisi penuh hingga terpaksa memilih kursi yang sedikit ke belakang. Kami duduk bersebelahan dengan pasangan yang kupikir sudah dewasa bila dilihat dari tampilannya. Kami sempat beradu pandang sesaat sebelum sama-sama fokus dengan pasangan masing-masing yang mengajak mengobrol. "Cowoknya kayak bule, ganteng," puji Aleea yang membuatku membatin karena sedikit iri."Ceweknya juga cantik, kayak artis," jawabku dengan suara tak kalah pelannya. "Dan mereka orang kaya, Ken." "Kamu tau dari mana?" "Jam tangan dan hapenya." Aku manggut-manggut. Mengenai kedua hal itu aku memang harus banyak belajar karena kurang memahami hal tersebut. Aku ikut mendengarkan ketika Aleea terlibat percakapan dengan perempuan cantik itu, sebelum kemudian mereka saling berjabat tangan sambil menyebutkan nama masing-masing.

  • Love You Aleea    Pamali Suami Bumali?

    26Mobil yang dikemudikan Aleea tiba di rumah beberapa menit sebelum azan magrib berkumandang. Mama menahan Aleea untuk pulang, pamali katanya. Terkadang aku bingung dengan bahasa pamali, apakah itu suaminya bumali? Atau adiknya kamali atau kakaknya dimali? Bingung 'kan? Abaikan. Kami diajak Papa untuk melakukan salat berjamaah. Seusai salat, aku berbalik ke belakang dan tertegun ketika melihat aura Aleea yang bersinar saat menggunakan mukena. Khayalanku mengembara, membayangkan Aleea mengenakan jilbab, pasti akan sangat cantik. Kala tatapan kami bersirobok, aku spontan tersenyum dan dibalas Aleea dengan hal serupa. Sodokan di lengan kiri membuatku menoleh dan terkejut ketika Papa mengeleng-geleng. Duh, ketahuan!"Lea, kita makan malam dulu, ya. Nanti pulangnya Kenzo yang antar," ujar Mama sesaat setelah berdiri. "Ehm, nggak usah, Tante. Aku langsung pulang aja, Kenzo nggak usah nganter," tolak Aleea. "Enggak bisa, di rumah ini peraturannya tamu itu harus makan, baru boleh pulang,

  • Love You Aleea    Te Amo, Aleea

    27Bibik mengantarkan minuman dan dua toples kacang yang segera kuraup setelah perempuan paruh baya itu kembali ke habitatnya. Selanjutnya aku berselancar ke dunia maya dan sekali-sekali terkekeh ketika melihat postingan teman-teman di aplikasi biru serta merah ungu. Aroma parfum khas Aleea menguar dan membuatku menengadah. Kendatipun hanya mengenakan setelan pakaian rumah bergambar kucing, tetapi anehnya dia tetap terlihat cantik. Aleea duduk di samping kiri dan mengangkat gelas tinggi berisi minuman merah dingin dari meja serta meneguknya beberapa kali sebelum meletakkan gelas kembali pada tempat semula.Tatapanku seolah-olah tidak bisa dialihkan dan terus terarah ke leher jenjangnya yang putih. Saat tersadar aku langsung menggeleng untuk menghilangkan pemandangan kulit mulus tadi. Aku memijat dahi agar pikiran aneh-aneh itu menghilang, selanjutnya aku menghela napas berat dan mengembuskannya dengan cepat untuk mengenyahkan pemandangan tadi. "Ken, Kang Rian udah ngizinin nih," uca

  • Love You Aleea    Perempuan Paling Indah

    28Pagi ini aku tiba di kampus hanya berselang beberapa detik dari jam masuk. Akibatnya aku harus lari dan menaiki tangga secepat mungkin. Andai saja bisa seperti adegan lari cepat seperti di film-film itu, mungkin aku akan sampai ke kelas dalam hitungan detik. Kala tiba di depan kelas, aku berhenti sambil memegangi pintu yang untungnya masih terbuka, pertanda dosen mata kuliah paling menyulitkan itu belum datang. Alih-alih langsung memasuki kelas, aku justru berpindah ke bangku di seberang kelas dan duduk untuk mengatur napas yang memburu. Bunyi hak sepatu bertemu lantai bergema dari arah tangga. Aku bergegas bangkit dan jalan memasuki kelas serta menempati kursi di belakang Ijan, setelah sebelumnya melakukan gerakan tangan menepuk dengan suara keras pada sahabatku yang kurus.Beberapa saat kemudian sosok asing memasuki ruangan sambil membawa tas kerja. Aku terperangah melihat perempuan tersebut karena sangat cantik dan penampilannya pun rapi. Satu paket komplet yang bernama peremp

  • Love You Aleea    Nada Nggak Klop Sama Suara

    29"Ken, mau pesan apa?" tanya Bang Wawan, pemilik kedai bakso paling enak sekampus. "Kayak biasa, Bang," jawabku. "Plus baksonya aja satu, nggak usah pake bawang daun," sambungku yang dibalasnya dengan anggukan. "Ken, mau bikin foto di kafenya kapan?" tanya Willy yang duduk di seberang, berderet dengan Ijan dan Sandy, sedangkan Humaira dan Tie duduk di samping kananku. "Sabtu pagi kita ada kuliah, beres itu langsung ke sana. Jadi pas karyawan datang itu kita udah beres," sahutku. "Mana bisa cuma satu jam, pemotretan itu pasti lama," timpal Aleea. "Yang bagian dapur aja dulu, Lea. Habis itu pindah ke dekat panggung. Kata Bang Ali, aku juga harus bikin video pendek buat mempromosikan kafe dan band kami," ungkapku. "Kayaknya seru, aku boleh lihat?" tanya Tie. "Boleh, tapi harus jajan, ya, nggak enak aku kalau kalian cuma nongkrong doang," paparku. "Sip, sekalian aku mau nyoba menu makan siang di sana. Kemaren lihat sekilas di akun kafe, ada menu baru," imbuh Tie. "Dan ada dua p

  • Love You Aleea    From The Bottom Of My Heart

    30Aku tiba di toko kue beberapa menit sebelum jam setengah sembilan. Asistennya Mama yang bernama Mbak Titin tengah sibuk mengelap etalase. Aku menyapanya sambil menjulingkan mata dan membuatnya memekik kemudian menggerutu tidak jelas. Aku meletakkan tas ransel ke meja kasir sebelum membuka ritsleting benda hitam itu dan mengambil celemek khusus untukku yang bergambar gitar serta mikrofon. Warnanya yang hitam seakan-akan berpadu dengan t-shirt krem dan celana jin hitam yang dikenakan.Aku mengikat tali celemek ke belakang sembari bercermin melalui benda besar yang digantungkan di belakang meja kasir. Tempat itu menjadi favorit para tamu karena tanpa sadar mereka akan mengamati penampilan, bahkan ada yang menumpang untuk berdandan bila kebetulan tengah dikejar waktu harus tampil keren seusai membeli kue. Aku memindai sekitar untuk mengira-ngira apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Akhirnya diputuskan untuk mengecek barang dagangan sekaligus meneliti masa kadaluarsa. Aku mengamb

  • Love You Aleea    Kita Harus Bicara

    31Waktu terus bergulir, hingga tibalah waktunya menutup toko. Kami bertiga bekerjasama merapikan ruangan dan mengecek semua lampu serta kunci, baru kemudian aku dan Mbak Titin memasuki mobil karena tadi Papa memakai motorku. Mobil sedan mungil melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan sangat padat dan ramai kendaraan karena hari Jumat ini adalah hari keramat bagi semua pekerja kantoran. Banyak dari mereka yang berasal dari luar kota dan pinggiran Kota Jakarta akan berbondong-bondong menuju tempat asal masing-masing. Mbak Titin berhenti di perempatan jalan sebelum belokan menuju kompleks perumahan, selanjutnya dia akan berjalan kaki memasuki sebuah gang sempit di antara deretan rumah toko karena rumahnya berada di tempat itu. "Besok kita ketemu di mana?" tanya Aleea. "Di kafe aja. Dari kampus aku langsung ke sana," sahutku. "Celemeknya pake yang tadi?" "Nggak, aku punya satu lagi, beda warna doang, gambarnya sama.""Topinya harus matching dong." "Pake yang ada aja deh. Nggak semp

Bab terbaru

  • Love You Aleea    Perpisahan

    Persiapan menuju pernikahan dikebut. Aku mengurus semua surat-surat dengan dibantu Papa dan teman-teman. Mama bekerjasama dengan Mama Anita menyiapkan segala sesuatunya untuk acara akad nikah. Sedangkan untuk resepsi, semuanya diambil alih tim manajemen. Dikarenakan pestanya mendadak dan harus tertutup, akhirnya kami memutuskan acaranya diadakan di resor wilayah Bogor. Tempat itu merupakan area wisata milik rekan bisnis Om Yoga, sekaligus pengusaha senior yang merupakan salah satu penggiat bisnis terkenal. Hari berganti menjadi minggu. Persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu empat pekan akhirnya tuntas. Saat ini aku dan rombongan telah tiba di resor. Kami diarahkan pegawai untuk menempati sisi kiri area. Sementara keluarga Aleea akan mengisi sayap kanan. Tim panitia yang dipimpin Mas David sengaja memisahkan kami agar bisa dipingit. Aku tidak bisa memprotes dan terpaksa menerima semua arahan pria berkulit kuning langsat, yang sejak awal kami datang sudah membentuk ekspresi seri

  • Love You Aleea    Berarti Aku Juga ....

    Suasana hening menyelimuti ruang kerja ini. Aku menelan ludah beberapa kali karena gugup. Om Yoga tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon, dan itu menyebabkanku gelisah karena harus menunggu. Setelah Om Yoga menutup sambungan telepon, kegugupanku kian bertambah seiring dengan tatapan tajam yang beliau arahkan padaku. Meskipun kami sudah cukup akrab, tetap saja dipandangi sedemikian rupa menyebabkan nyaliku menciut. "Lea sudah menceritakan mengenai lamaranmu padanya," ucap pria yang rambutnya dihiasi uban di beberapa tempat. "Kenapa kamu ingin menikah segera, Ken?" tanyanya. Aku terdiam sesaat untuk memaksa otak bekerja cepat. Setelahnya aku mendengkus pelan, kemudian menyahut, "Aku mencintai Lea, Om. Dan kami sudah sangat dekat. Aku juga takut kehilangannya." "Usia kalian masih sangat muda. Saya tidak yakin kalian sanggup meniti rumah tangga," balas Om Yoga. "Begini, Kenzo. Pernikahan tidak hanya tentang cinta. Ke depannya itu sangat berat untuk dilalui. Teruta

  • Love You Aleea    Would You Marry Me?

    Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu terus melaju tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Musim hujan bergeser ke musim kemarau. Jalanan mulai berdebu karena jarang tersiram air dari langit.Makin mendekati hari keberangkatan Aleea ke London, aku makin gelisah. Bila kami tengah menghabiskan waktu bersama, aku kesulitan mengalihkan pandangan darinya karena aku ingin menyimpan setiap detail dari dirinya yang indah. Seperti hari ini, kami memiliki kesempatan untuk berkencan di Minggu malam. Mas Fa mengizinkanku tidak bekerja seharian karena aku sudah merengek meminta istirahat setelah sebulan penuh bekerja. Aleea tampak begitu cantik dan anggun. Gaun biru tua mengilat yang digunakannya memperjelas kulit putihnya yang bersih. Wajahnya yang sudah cantik, dirias tidak tebal yang membuatnya kian memesona. Rambut panjangnya dijepit sirkam di sisi kanan dan kiri, sisanya dibiarkan tergerai ke belakang. Aku nyaris tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus-menerus mengamatinya. Rasa cinta

  • Love You Aleea    Band Bersaudara

    Saat paling mendebarkan pun tiba. Aku duduk di kursi bersama ketiga sahabat sembari menyatukan telapak tangan di ujung lutut. Ekspresi kami nyaris sama, yakni tegang. Pintu besar hitam di seberang seolah-olah seperti pintu menuju ruang penyiksaan. Kami masih menunggu giliran untuk masuk dan dicecar para dosen penguji. Kala namaku dipanggil petugas, kaki seketika terasa berat untuk dilangkahkan. Dengan menahan degup jantung yang menggila, aku mengayunkan tungkai menuju pintu dan membukanya. Setelah masuk dan menutup pintu kembali, aku meneruskan langkah hingga tiba di kursi tunggu di mana kedua teman sekelas tengah menunggu giliran masuk ke ruang penguji. Tiba waktunya aku menjalankan pengujian. Keringat dingin meluncur turun dari kepala hingga punggung. Aku yang sudah terbiasa menghadapi banyak orang. Namun, kali ini tetap gemetaran dan jantung pun jumpalitan. Seusai menyapa ketiga penguji, aku memulai memaparkan isi tugas akhir. Rasa percaya diri yang sempat lenyap saat masuk ke r

  • Love You Aleea    Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

    Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian

  • Love You Aleea    Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

    "Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg

  • Love You Aleea    Penyamaran

    Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men

  • Love You Aleea    Jangan Ke Lain Hati

    Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,

  • Love You Aleea    Kami Nggak Ke Mana-mana

    Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per

DMCA.com Protection Status