Britne menggigit bibir merasakan sesuatu yang bergerak di dalam dirinya. Hatinya membuncah senang menerima Alvaro menjadi bagian dalam hidupnya.“Apakah sakit?” tanya Alvaro menatap ekspresi Britne.“Tidak, rasanya sungguh luar biasa,” jawab Britne menahan rasa malu.Seulas senyum kebanggaan terkembang di bibir Alvaro, gairah semakin meledak dalam dirinya. Dia mengaitkan jari-jarinya ke sela jari Britne dan menggenggamnya erat. Pinggulnya meliuk indah bergerak di atas tubuh istrinya. Tarian indah tercipta diiringi oleh suara hujan di luar rumah mereka.Desah nafas keduanya berlomba dengan rintik air yang membasahi tanah, menciptakan suara di tengah sunyinya malam. Tubuh mereka saling merapat, melenyapkan udara dingin yang hendak menyerang.Tubuh Britne ikut bergerak seirama dengan hentakan tubuh suaminya, melayang ke langit ke tujuh merasakan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan.“Alvaro ...” pekik Britne keras sambil mengeratkan genggaman tangannya ketika milik Alvaro semakin dalam m
Saat keluar dari kamar mandi, Britne mengira Alvaro sudah kembali ke kamar untuk melanjutkan pembicaraan mereka, tetapi dia tidak menemukan pria itu. Penasaran dengan keberadaan suaminya, Britne menguncir rambutnya lalu pergi ke luar kamar.Keningnya mengerut heran ketika sayup-sayup terdengar suara mertuanya. Mengikuti sumber suara yang dia dengar, kakinya melangkah masuk ke ruang tengah dan terkejut mendapati wajah Alvaro dan papanya terlihat sangat pucat seperti habis melihat hantu.“Apa yang terjadi?” tanya Britne hati-hati.“Kamu benar, seharusnya aku mendengarkan perkataanmu tentang Dyana dan papanya,” jawab Alvaro dengan nada putus asa.Tubuh Britne menegang karena sadar jika hal serius yang tidak diinginkan sedang menimpa keluarganya. “Apa yang mereka lakukan pada kalian?”“Aku telah membuat Dyana marah sehingga wanita itu mengeluarkan taringnya dan menggigitku,” geram Alvaro.“Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, bisakah kamu jelaskan saja tentang apa yang terjadi,” Br
Menjelang malam, Britne dan keluarganya sampai di peternakan Hogan. Axton dan Inggrid yang telah menanti kedatangan mereka setelah Britne memberitahu apa yang terjadi, menyambut mereka dengan hangat.Meski sedih dan prihatin dengan apa yang menimpa sahabatnya tetapi terselip rasa bahagia di hati Axton karena persahabatannya dengan William akhirnya benar-benar membaik.Dengan penuh rasa sesal dan bersalah, William menatap Axton. Dia tidak berani menatap wajah sahabatnya karena sadar selama ini telah meragukan kesetiaan dan kepercayaan Axton, namun tanpa ragu Axton memeluk pria tua itu.“Apa yang menimpamu hanya sementara, aku tidak akan tinggal diam dan akan membuat perhitungan dengan Varis,” kata Axton sambil menepuk punggung sahabatnya.“Aku tahu keluarga Jackson dan Hogan tidak tertandingi, masalah peternakanku hanya masalah kecil untuk kalian, hanya saja aku sangat malu padamu,” ujar William mengesampingkan masalah peternakan, rasa malunya jauh lebih besar dari harta yang terhilang
“Biar Cedric tidur di sini sama Mama,” ucap Inggrid ketika mereka selesai makan malam bersama.“Tapi Ma … bagaimana dengan papa?” balas Britne tampak keberatan, dia tahu papanya tidak bisa jauh dari mamanya.“Papa mau begadang bersama William, kebetulan ada acara di peternakan, jadi Cedric bisa menemani Mama,” terang Inggid.Mendengar hal tersebut, Alvaro mengulum senyum penuh arti dengan sejuta rencana di otaknya.Sedangkan Britne melirik suaminya gugup mengingat apa yang dia ucapkan yang sebenarnya dia lakukan untuk menggoda pria itu tapi kini malah menjadi senjata makan tuan.“Bukankah sebaiknya papa cukup istirahat? Tidak baik begadang bagi kesehatan,” Britne berusaha membuat alasan lain.Axton pun angkat bicara merespon perkataan putrinya. “Aku dan William sudah lama tidak mengobrol, sekali ini saja kita mau bernostalgia.”“Aku rasa kalian berdua memang butuh waktu bersama untuk menembus waktu yang terhilang,” sambung Alvaro menanggapi perkataan mertuanya, lalu menatap Britne den
Britne bangun saat matahari sudah tinggi, dia mendapati suaminya tidur sangat nyenyak hingga terdengar dengkuran keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.Senyum lebar terkembang di bibir Britne, merasa senang karena setiap kali mereka tidur bersama, Alvaro akan tidur dengan nyenyak. Dia teringat cerita Alvaro yang tidak pernah bisa tidur tanpa obat penenang semenjak dirinya pergi.Perlahan, Britne mendekatkan wajah ke wajah suaminya lalu mengusap pipinya, menelusuri garis rahang yang menawan dengan perlahan agar tidak membangunkan tidurnya.“Nikmatilah waktu istirahatmu! Mulai saat ini aku akan memastikan jika tidurmu selalu nyenyak,” bisik Britne lalu mengecup singkat bibir suaminya.Dia kemudian beranjak dari ranjang dan seketika meringis sakit merasakan inti miliknya yang terasa perih yang menyengat karena percintaan mereka yang menggebu semalam.“Singa itu sudah keluar dari kandang setelah puluhan tahun terpenjara,” gumamnya sambil menatap Alvaro kesal.“Bagaimana kamu menahan
Mata elang Alvaro terus mengawasi Trevor yang baru saja masuk ke rumah mereka. Dia langsung meraih pinggang Britne menyatakan kepemilikan. Seringai Trevor terkembang melihat hal tersebut, dengan acuh dia duduk sebelum dipersilakan.“Duduklah! Aku tidak akan merebut wanita yang sudah bersuami kecuali suaminya tidak menjaganya dengan baik,” sindir Trevor pada Alvaro.“Aku tuan rumah di sini, kamu tidak berhak mengatur kami,” geram Alvaro tersinggung dengan sikap tak sopan Trevor.Menanggapi ketegangan suaminya dan Trevor, Britne menghela nafas kasar. “Hentikan perdebatan kalian, ada hal yang lebih penting dibanding ego kalian!”Dia kemudian melepaskan diri dari dekapan Alvaro lalu menarik pria itu untuk duduk bersama Trevor. “Kalian bicaralah! Aku akan membuat minuman. Jangan membicarakan topik lain selain masalah peternakan, aku tidak mau ada perang dunia di sini.”“Aku ingin kopi pahit,” ucap Trevor pada Britne yang terdengar di telinga Alvaro seperti perintah untuk istrinya.“Jaga si
Britne mengerang keras merespon gairah suaminya yang besar. Dia membenamkan wajah di ceruk leher Alvaro yang licin karena keringat, tangannya meremas punggung pria itu meninggalkan jejak kemerahan, saat pria itu mengajaknya bergerak cepat diiringi derit ranjang seirama dengan hentakan tubuhnya.“Apakah kamu tidak lelah?” engah Britne dengan kepala berputar di tengah hantaman kenikmatan yang terus dia terima.“Kamu membuat semangat dan tenagaku terus mengalir,” balas Alvaro di sela hentakannya.Geliat tubuh keduanya tak bisa menyembunyikan betapa besar gairah yang membara di antara mereka. Setelah sekian tahun terpendam, kini mereka bisa mengekspresikan besarnya cinta yang dirasakan.Teriakan yang menggema di dinding kamar, menandakan jika tarian mereka sudah mencapai puncak, Alvaro pun ambruk dan menindih tubuh Britne.“Seandainya aku tahu kita akan berada di titik ini, aku tidak akan pernah pergi darimu,” ucap Britne dengan mata berkaca-kaca dan suara tertahan.Mengetahui gejolak emo
Setelah menunggu cukup lama, Britne dikagetkan bunyi ponsel dengan nama Alvaro terlihat di layar. Dengan secepat kilat dia menyambar ponsel tersebut dan menerima panggilan suaminya.“Alvaro, apakah kamu baik-baik saja?” Pertanyaan itu menjadi yang pertama diucapkan untuk mengobati segala kekhawatiran.“Aku baik-baik saja.” Suara Alvaro membawa kelegaan bagi Britne.“Aku sangat khawatir karena tidak bisa menghubungimu,” ungkap Britne.“Maaf jika membuatmu khawatir, aku tidak ingin kamu terluka karena Varis dan Dyana ternyata bukan penjahat biasa. Dia telah melakukan pembunuhan beberapa tahun yang lalu,” terang Alvaro.“Aku telah mendengarnya dari Trevor dan hal itulah yang mengganggu ketenanganku. Kembalilah Alvaro, lupakan saja tentang masalah peternakan, aku yakin Trevor bisa mengurusnya. Aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan padamu,” pinta Britne.“Tenanglah, aku punya kabar gembira untukmu. Aku sudah berhasil merebut kembali peternakan Cooper,” Alvaro memberitahu.“Be