Sebelum Britne keluar dari rumah untuk bergabung dengan suami dan anaknya, dia mengambil ponsel lalu menelepon Trevor. “Apa yang sebenarnya Dyana lakukan sehingga perbuatannya merugikan peternakan Cooper?” tanyanya tanpa basa-basi.“Aku menemukan tanda tangan palsu milik William Cooper dalam sebuah dokumen kesepakatan kerja dan aku yakin William tidak menyadarinya, seseorang telah memalsukan tanda tangan tersebut untuk menarik sejumlah uang yang sangat besar,” jawab Trevor.“Lalu kamu menyimpulkan jika Dyana yang memalsukannya? Kenapa kamu berpikir seperti itu dan apa buktinya?” cecar Britne berhati-hati atas apa yang dia dengar dan terima.“Saat kamu menceritakan kedekatan William dan Dyana, serta seringnya wanita itu pergi ke rumah William, aku rasa dia yang paling dekat dengan ruang kerja William sehingga bisa keluar masuk kapan saja tanpa diketahui dan dia bisa mencuri dokumen tersebut.”“Ada Alvaro yang sering datang ke rumah papanya serta beberapa pelayan disana? Kenapa kamu men
“Alvaro …” gumam Britne parau dengan nafas tercekat, tangannya menahan dada liat suaminya.“Kenapa kita tidak belajar untuk memulai sesuatu yang baru dari pernikahan kita?” ucap Alvaro hati-hati agar apa yang dia maksud tidak merusak persahabatan yang telah terjalin baik antara dirinya dengan Britne.“Akan ada banyak resiko yang harus kita hadapi?” balas Britne yang mengerti apa yang suaminya katakan.“Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali, mari kita ambil resiko tersebut.”Britne menatap manik mata Alvaro penuh selidik, mencari ketulusan dari apa yang suaminya katakan.“Bagaimana dengan Cedric? Aku tidak mau memilih antara kalian berdua,” tegas Britne.“Aku dan Cedric memiliki ikatan kuat yang tak bisa aku jelaskan padamu, yang pasti aku sangat menyayangi anak itu,” jelas Alvaro.Britne menelan ludah mendengar pernyataan Alvaro karena dia tahu pasti ikatan seperti apa yang suaminya maksud.“Tapi papamu …?” Britne mengingatkan.Tidak langsung menanggapi perkataan istrinya, Alv
Tangan Britne sibuk mencuci piring yang menumpuk di wastafel sedangkan pikirannya sibuk dengan hal lain. Dia mengingat apa yang terjadi pada dirinya, merasa heran karena tidak bisa menerima sentuhan Alvaro padahal jauh di dalam lubuk hati, dia sangat menginginkannya.Rasa gugup dan cemas itu tidak bisa dikendalikan dan mengambil alih kesadaran dirinya hingga terpaksa melewatkan malam yang mungkin tak terulang lagi.“Selamat pagi,” suara Alvaro mengejutkannya hingga hampir saja piring yang sedang dipegangnya terlepas.“Selamat pagi,” balas Britne dengan suara tertahan.Tubuhnya membeku ketika tiba-tiba Alvaro mencium puncak kepalanya. Jantungnya berdetak kencang disertai suara yang dengung di telinga membuat kulitnya merona merah. Sebesar itulah pengaruh Alvaro atas dirinya yang tak bisa disembunyikan.“Pagi-pagi sudah melamun, apakah ada masalah yang mengganggu pikiranmu?” selidik Alvaro yang dari tadi diam-diam memperhatikan istrinya.Britne mengangkat kepala dan menatap Alvaro sekil
Hati Britne yang biasanya merasa gelisah dan cemas, kini terasa ringan penuh kebahagiaan. Kedekatannya dengan Alvaro dan hubungan mereka yang membaik, membuat hari-harinya menjadi penuh warna.Matanya kini bisa melihat pemandangan yang indah dan merasakan udara yang segar serta bersih.Karena hari ini Alvaro ada urusan ke kota, Britne memutuskan untuk pergi ke peternakan sambil memeriksa hewan ternak yang ada di sana.Sesampainya di peternakan, dia berdiri jauh menatap kadang kuda dan bagaimana Lucas dengan rajin merawat kuda-kuda yang ada di sana.“Pantas saja Alvaro menyayangi pria itu, Lucas memiliki hati yang tulus untuk peternakan ini,” gumamnya mengingat hal kurang baik yang pernah terjadi antara dirinya dengan Lucas.“Kamu pikir kamu bisa merebut hati Alvaro?” Suara sinis Dyana mengejutkan Britne, dia menoleh dan menatap wanita itu dengan kesal.“Menjauhlah dariku karena kamu merusak kesenanganku,” usir Britne.“Dasar jalang! beraninya kamu mengusirku,” geram Dyana.“Jaga mulut
“Ehm … cepat sekali suara detak jantungmu, apakah itu karenaku?” goda Alvaro membuat Britne menggeliat di bawah kungkungannya.“Lepaskan aku Alvaro, kamu membuatku malu,” pinta Britne canggung.“Katakan jika detak jantungmu yang cepat ini karenaku!” desak Alvaro masih dengan kepala yang menempel di dada Britne.“Menjauhlah dariku jika tidak ingin melihatku pingsan.”Gemas dengan jawaban istrinya, Alvaro mendongak dan menatap manik mata wanita itu. “Katakan dengan jujur, siapa yang membuat jantungmu berdetak kencang!”Britne memutar bola mata kesal lalu balas tatapan suaminya. Sadar jika tidak bisa menghindar dari pertanyaan tersebut, dia meninggikan suaranya dan berkata, “Kamu …! Kamu yang membuat jantungku berdetak kencang. PUAS …?”Senyum di bibir Alvaro seketika merekah, dia kemudian membawa satu tangan Britne dan menaruh di dadanya. “Jantungku juga berdetak kencang karenamu, apakah kamu tidak merasakannya?”Tatapan tajam Britne seketika melembut merasakan detak jantung Alvaro di t
“Aku tidak berharap ini terjadi pada istrimu, tetapi banyak kasus pada pasienku yang gejalanya mirip dengan kasus istrimu,” terang Noel memberitahukan kemungkinan yang terjadi pada Britne.“Apakah kamu bisa menjelaskannya dengan lebih terperinci dengan bahasa yang mudah aku pahami? Jangan menggunakan bahasa kedokteran dengan diagnosa aneh yang membuatku semakin bingung,” pinta Alvaro.“Ada kemungkinan jika istrimu pernah mengalami pelecehan sehingga membuatnya trauma, hal tersebut membuat rasa kepercayaan dirinya hilang dan dia hidup dalam bayang-bayang kegelapan. Istrimu akan menghindari semua hal yang mengingatkannya pada kejadian tersebut, jadi tidak aneh jika dia menghindari hubungan intim meski mungkin dia sangat menginginkannya.”Penjelasan Noel membuat tubuh Alvaro terasa lemas. Dia terduduk dengan mulut kelu tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Bayangan Britne dilecehkan oleh seseorang membuatnya marah karena merasa gagal tidak mampu melindungi wanita yang dia cintai.Itu
Senyum Alvaro masih berlanjut sampai di peternakan. Tak langsung terjun ke lapangan, dia malah membuka bekal makanan yang Britne buat dan mengintipnya, seolah tidak sabar untuk mencicipinya.“Tuan, Anda baru saja datang?” suara Lucas mengagetkannya dan membuatnya segera menutup kembali bekal makanannya.“Ehmm … ya … aku baru saja sampai. Ada yang harus aku urus di rumah sebelum pergi,” balas Alvaro salah tingkah.“Maaf jika saya terkesan ikut campur, tetapi apakah Anda sedang ada masalah dengan Nyonya Britne?” tanya Lucas yang membuat kening Alvaro berkerut heran.“Apa maksudmu? Aku dan Britne baik-baik saja,” jawab Alvaro.“Syukurlah kalau begitu, saya mengira kejadian kemarin membuat Anda bertengkar dengan Nyonya Britne karena dia memang tidak bersalah,” terang Lucas.Perhatian Alvaro seketika terpusat pada apa yang Lucas katakan.“Apakah yang kamu maksud adalah pertengkaran Britne dan Dyana kemarin? Aku rasa mereka hanya salah paham saja dan aku tidak menganggapnya serius.”“Saya m
Melihat Alvaro berdiri di depannya, rasa cemas dan khawatir bercampur dengan kelegaan melingkupi Britne. Dia langsung memeluk suaminya tanpa peduli anggapan Alvaro akan dirinya. Air mata pun pecah dan isak tangis terdengar dari bibirnya.Alvaro yang mengetahui jika Britne sangat mengkhawatirkannya, membalas pelukan wanita itu. Dia menoleh menatap Lucas yang mengantarnya pulang, lalu memberi isyarat pada pria itu agar pergi sehingga dia bisa berduaan bersama Britne.“Tenanglah! Aku baik-baik saja,” ucap Alvaro setelah Lucas tak terlihat lagi dari pandangannya.“Bagaimana aku bisa merasa tenang jika keadaanmu seperti ini? aku menunggumu semalaman,” balas Britne di sela isak tangisnya.“Maafkan aku sudah membuatmu khawatir. Aku kurang berhati-hati sehingga jatuh dari kuda,” terang Alvaro.Britne menengadahkan wajah lalu menatap suaminya dengan mata sembab dan basah karena air mata, memastikan jika suaminya baik-baik saja. Namun saat melihat perban yang menempel di kepala Alvaro, rasa kha