"Cukup, hentikan." ucap Nick, ia mencoba menenangkan Rina dengan menjauhkannya dari sang buah hati.Nafas Rina tersenggal, ia menepis tangan Nick kemudian mengerjap. berulang kali Rina memejamkan matanya, berharap jika semua ini tidaklah nyata. Namun, tangisan dan kekecewaannya berhasil menampar Rina jika Bella kini benar-benar sudah membuat di aib di keluarganya."Kenapa kau terus membelanya? ini semua salahmu. kau terus saja membela anak itu! kau sangat membebaskannya dan tak pernah mendengarkan ku." Rina menjatuhkan tubuhnya ke lantai, wanita itu menangis sejadi-jadinya."Mau bagaimana lagi? ini semua sudah terjadi.""Jika saja saat itu kau mendengarkan ku, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. saat Bella memutuskan untuk membeli apartemen, kau bahkan mendukungnya dengan alasan itu semua adalah hasil kerja kerasnya. jika sudah begini, kau bisa apa? dimana k
Bahkan dalam keadaan tak sadarkan diri saja Bella masih menangis. Lucas mencoba menyadarkan gadis itu. Ia mengelus wajah Bella sambil sesekali menepuknya pelan."Bella, Aku disini, Bella. Sadarlah Bella."Apa maksud dari semua ini? kenapa Lucas begitu perhatian? Kecemasan dan kekhawatiran Lucas yang menonjol justru membuat Rina dan Nick heran. apa hubungannya dengan Bella sebenarnya? kekasih? malah sampai detik ini mereka masih menganggap jika kekasih dari Bella adalah Felix. karena beberapa waktu sebelumnya Felix masih menghubungi Nick maupun Rina untuk mendapatkan simpatik Bella kembali."Ambilkan aku air, cepat." titah Lucas pada pelayan."Ada Lucas yang menjaganya, sebaiknya kita bicarakan masalah ini sekarang." ajak Nick yang langsung di balas dengan sebuah anggukan oleh Glen dan juga Farah istrinya.Ingin rasanya Rina kembali mengin
Lucas mengerjap, ia tersentak sadar begitu teringat jika semalam ia belum pulang. Lucas cukup lelah, semalaman penuh Bella meminta Lucas untuk terus berada di sampingnya. permintaan Bella pun Lucas iyakan, sampai Lucas sendiri tak sadar kapan matanya terpejam."Bella..." Lucas langsung membangunkan Bella dengan ekspresi cemas, ia menggoyangkan bahu Bella perlahan hingga membuat gadis tersebut menggerakkan tubuh seraya membuka matanya perlahan."Emmm... Ada apa?" lirih Bella sambil mengumpulkan tingkat kesadarannya."Ini sudah pagi, Ayah dan Ibuku pasti sudah kembali.""Hah?" Bella tersentak, gadis itu langsung terduduk di sisi ranjang dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran. "La... lalu bagaimana?""A... antar aku ke bawah, aku... aku... sejujurnya aku takut bertemu dengan Ayahmu tanpa di dampingi orang tuaku."
"Euuu... sebenarnya aku..." Bella mengalihkan tatapannya kearah Lucas, wajahnya memucat seolah takut jika pria itu akan mengatakan ide bodoh yang dirinya usulkan."Lalu bagaimana dengan Felix? apa dia tahu ini? atau dia tidak tahu sama sekali karena kalian berdua sudah bermain gila di belakangnya?""Tidak, tidak seperti itu." Lucas mengibaskan tangannya, ekspresi kecemasannya sangat jelas terbaca.Apa mereka akan mengerti jika Bella jujur? sejatinya yang menawarkan diri untuk tidur bersama adalah Bella. meskipun Lucas sudah bertanggung jawab, tetap saja Bella akan malu jika harus mengakuinya."Ini semua salahku, aku yang memaksa Lucas. Mama dan Papa jangan terus menyudutkannya, aku mengaku salah. tapi aku sama sekali tidak menyesal, karena ku rasa Lucas adalah pria yang tepat."Deg... Lucas tertegun, perlahan ia mengalihkan sorot matanya
Bella memang terlihat biasa saja. Namun, aksinya mampu membuat Lucas hingga detik ini tak percaya. ciuman? ungkapan cinta? haruskah pria itu bahas kembali, setelah kini mereka benar-benar sedang berdua."Baik, di sini saja." Bella melirik kearah studio butik miliknya, "Karena kau harus ke kantor, sebaiknya kau pulang saja. setelah itu jangan lupa menjemput ku." ujar Bella santai, sambil melepaskan seatbelt yang masih terpasang."Kau akan pergi begitu saja?" tanya Lucas datar, penuh harapan."Tentu saja tidak," Bella meraih wajah Lucas, mengelus pipi halusnya dengan senyum cantik yang tercipta."Kau tidak ingin mengatakan apapun setelah apa yang kau lakukan kepadaku, di hadapan orang tuamu?"Bella memutar bola matanya dengan sorot heran. dahinya mengerut memperdalam tatapan, "Apa?" tanyanya bingung."Soal..."
"Aish, si*alann!!" Bella mengumpat, gadis itu sama sekali tak bisa melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan.Hidung Bella sampai mimisan, begitu tak sengaja tertonjok Lisa yang terus meronta meminta untuk di lepaskan. Sebelah pipi Bella merona, satu tamparan keras dari Lisa berhasil meninggalkan jejak di wajah cantiknya."Apa ini?" Rendi menyeka pipi Bella perlahan dengan es, sambil mencecarnya. "Katakan padaku, apa yang terjadi padamu dan juga Felix? kenapa aku tidak tahu?""Apa lagi yang harus aku katakan? kau sudah mendengarnya sendiri tadi." cetus Bella, dengan ekspresi wajah sebal.Rendi terperangah, membulatkan matanya. "Astaga, jadi itu semua benar? kau dan Felix sudah berakhir?""Ya! aku bahkan berniat untuk mengembalikan seluruh barang yang sudah ia berikan!"Bisa di katakan, Rendi adalah saksi sa
Dunia Politik memang identik dengan konspirasi. awak sekutu dari beberapa kubu terus berlomba mencari celah untuk berada di puncak kemenangan. setitik kesalahan yang sepele daja bisa menjadi boomerang bagi para kandidat perwakilan partai. Mereka cenderung melebih-lebihkan, berita yang belum tentu benar. sampai pada akhirnya menjadi buah bibir masyarakat, dan akan menjadi poin keuntungan untuk beberapa pihak.Lisa menangis, Anne yang berada di sampingnya terus mencoba memberikan ketenangan. wanita paruh baya tersebut terus memeluk Lisa, sambil sesekali mengelus punggungnya."Menurut pengakuan Korban, kasus ini bermula saat Korban menjalin hubungan di atas perjodohan. Korban mengaku, jika saudara LC telah mencampakkannya. padahal di ketahui Korban sedang mengandung anaknya."Farah terdiam, ia melirik kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Dala tampilan layar televisi yang ia saksik
Dua hari berlalu, hingga saat ini Lucas masih belum menghubungi Bella sama sekali. Sebuah kepercayaan Bella sematkan di dalam hatinya. meskipun tak yakin, Bella terus menekan kegelisahannya untuk tetap menunggu Lucas bicara."Apa kau benar-benar akan mencampakkan ku setelah kita melalui banyak hal bersama?" lirih Bella meloloskan butiran air mata dari pelupuknya.Sebuah kotak besar Bella letakan tepatnya di sebelah kursi kemudi yang sedang ia duduki. Mobil Bella sudah terparkir aman di depan pekarangan Felix. setelah sekian lama, akhirnya Bella memijakkan kembali kakinya di sana. Rumah yang bisa di katakan pernah menjadi saksi perjalanan kisah cinta Felix dan Bella selama dua tahun lamanya."Lucas, aku merindukanmu, tolong balas pesanku. cepatlah hubungi aku. Aku menunggu kau menjelaskan semuanya kepadaku!" erang Bella memecah tangisannya.Bukankah sebaiknya Bella tu