Dua hari berlalu, hingga saat ini Lucas masih belum menghubungi Bella sama sekali. Sebuah kepercayaan Bella sematkan di dalam hatinya. meskipun tak yakin, Bella terus menekan kegelisahannya untuk tetap menunggu Lucas bicara."Apa kau benar-benar akan mencampakkan ku setelah kita melalui banyak hal bersama?" lirih Bella meloloskan butiran air mata dari pelupuknya.Sebuah kotak besar Bella letakan tepatnya di sebelah kursi kemudi yang sedang ia duduki. Mobil Bella sudah terparkir aman di depan pekarangan Felix. setelah sekian lama, akhirnya Bella memijakkan kembali kakinya di sana. Rumah yang bisa di katakan pernah menjadi saksi perjalanan kisah cinta Felix dan Bella selama dua tahun lamanya."Lucas, aku merindukanmu, tolong balas pesanku. cepatlah hubungi aku. Aku menunggu kau menjelaskan semuanya kepadaku!" erang Bella memecah tangisannya.Bukankah sebaiknya Bella tu
Sudah terlanjur menyebar, Lucas tak ingin membiarkan masalah ini semakin berlarut. Petisi untuk melengserkan Glen dari kandidat Wali Kota pun mulai bermunculan. Tidak hanya itu, Media juga terus memuat berita yang tidak masuk akal. Sudut pandang artikel terus menyudutkan Glen, bahkan beberapa di antaranya sudah di tangani oleh pihak yang berwajib untuk mempertanggung jawabkan berita yang mereka semua sebarkan.Jawaban dari para pelaku cukup menggelikan. Ada yang mengatakan jika mereka tak suka Glen menjadi calon pemimpin Wali Kota. ada juga yang menggunakan rumor hangat tersebut sebagai mata pencarian untuk memperbanyak pundi-pundi uang.Farah berdiri tepat di depan pintu kediaman Lisa. ekspresi wajah Farah benar-benar marah. Sebagai orang tua, setelah mendengar pengakuan dan penjelasan Lucas tentu wanita paruh baya itu percaya jika sang buah hati tidak pernah melakukannya. Farah juga berpikir, sekalipun Lisa hamil itu past
Malam itu hujan sangat deras. Kilat terlihat mengakar di atas langit diikuti suara gemuruh yang cukup dahsyat. Namun, Bella sama sekali tak menghiraukannya, tirai jendela kamarnya di biarkan terbuka begitu saja. tatapan matanya kosong dengan pikiran yang tak terkendali.di luar kamar, meskipun terbilang cukup garang. Rina sama sekali tak bisa diam saat melihat kondisi dan keadaan Bella yang terus saja menyiksa diri. Bella enggan memasukan makanan apapun kedalam mulutnya, setiap hari Bella hanya terus menghabiskan waktu di dalam kamar sambil memperhatikan pemandangan yang terlihat dari sana."Pa, cepat hubungi Lucas. Apa kau akan membiarkan putrimu? Dia bahkan terus melamun dan tak pernah mau makan!""Hah..." Nick menghela nafas panjang, Ia sendiri cukup mengkhawatirkan kondisi sang putri. bagaimana pun juga, Bella sedang hamil. Ia tak bisa seenaknya, karena sikapnya bisa mempengaruhi calon buah
"Kau sedang mengejekku?" Bella memukul Lucas, ia lantas mencubit sebal perut rata pria itu.Lucas berdecih. baginya, Bella sangatlah menggemaskan. entah apa yang harus Lucas lakukan, sudah di depan mata saja pria tersebut masih merasakan dahsyatnya kerinduan."Emmm... berbaringlah," Lucas menidurkan Bella perlahan hingga membuat ekspresi wajah Bella berubah heran."Ada apa?" tanya Bella penasaran.Lucas mengusap perut Bella, pria itu duduk di samping Bella tanpa memudarkan senyumannya."Untuk apa?" tanya Bella merona."Aku merindukannya," sahut Lucas santai. pria itu bahkan membungkukkan tubuhnya untuk mengecupi perut Bella yang masih rata."Boleh aku mengangkatnya?" Lucas menatap Bella, terlihat polos namun sangatlah mencurigakan.Glek... Bella menelan
Senyum puas Lucas dan Bella tercipta. Keduanya terengah-engah setelah mencapai puncak kepuasan itu bersama.Cairan kental sengaja Lucas tumpahkan di atas perut Bella. Ia memang tak mengerti dengan baik tentang dunia medis. Karena tak ingin melakukan kesalahan, yang mungkin saja akan berdampak buruk bagi kehamilan sang empu, pria itu memilih untuk bermain aman.Bella tersipu, ia menutup wajahnya dengan selimut begitu Lucas langsung membaringkan tubuh lemahnya di sisi Bella. Wanita itu memalingkan tubuh telanjangnya, menarik selimut untuk menutupi sebagian awaknya."Kenapa memunggungi ku?" tanya Lucas dengan suara parau. Matanya terlihat redup, tubuhnya juga sudah tak bertenaga."Aku hanya... Aku...""Kenapa?" Lucas menyela, pria itu mengangkat sedikit kepala Bella dan menyelipkan tangannya untuk Lucas jadikan sebagai alas bantalan. Lucas m
Jika saja saat itu Lucas tak memaafkanya, mungkin Lisa dan Anne sekarang sedang mendekap di balik sel tahanan penjara. Lisa tak bisa mengendalikan kekesalan dan rasa jengkelnya. Akan tetapi di sisi lain, Lucas juga telah membebaskannya.Lisa masih merasa dirinya telah di khianati. Ia sulit menghilangkan kebencian yang semakin hari semakin tertanam. Tidak hanya itu, dalam pernyataanya di hadapan media. Lisa telah mengaku salah meskipun ia melakukan semua itu dengan terpaksa.Di lain tempat, Felix sudah terjaga memarkir mobilnya untuk menguntit Bella. Selama empat jam lamanya, Felix terus terdiam menatap tajam kearah pagar rumah besar yang berada tepat di hadapannya. Rasa penasaran Felix semakin bergejolak, saat beberapa waktu lalu ia melihat sebuah mobil SUV masuk melewati pagar mewah itu."Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa ia bisa membuat Bella sampai tega mengkhianatiku." Felix membatin, nafasnya memburu. Berulang kali
Plak... Sebuah tamparan keras Losa layangkan, tepat mengenai wajah Lucas. Mata Lisa menggenang, wajahnya memerah memancarkan aura kekesalan."Apa? Kenapa kau menamparku?" tanya Lucas, pria itu sampai menyentuh pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan yang Lisa berikan."Berhenti berpura-pura! Atas kasus pencemaran nama baik, kau memang tah mencabut tuntutanmu. Tapi kenapa kau malah melaporkan ibuku kembali, dengan dakwaan lain?" Lisa membabi buta, ia memukul Lucas sekuat trnaga karena tak terima kini Ibunya masuk penjara.Bingung, itulah ekspresi yang Lucas tunjukan sedari awal.sungguh, ia sama srkali tidak tahu menau tentang masalah yang kembali menyelimuti Lisa dan Ibunya."Kau masih berpura-pura polos di hadapanku?" Lisa berdecih, ia menyilangkan tangan di atas perutnya tanpa mengurangi kemarahan. "Bebaskan Ibumu, atau aku...""Atau apa, Lisa?" Farah menyela, sebagai seorang ibu. Farah tentu tak bisa diam saja melihat sang buah hati terus
"Da... Darah," Lisa menganga, bibirnya mengatup terbata menyaksikan Bella di bawa oleh Lucas pergi dari hadapannya. "A... Apa itu artinya... Bella... Bella..." Lisa tak melanjutkan ucapannya, ia langsung menutup mulutnya saat perasaannya berkata jika Bella kini sedang mengandung bayi dari Lucas, mantan tunangannya. Deg... Tubuh Lisa lemas seketika. Wajahnya semakin pucat disertai rasa takut yang semakin membara. Apakah ini karma? Pertanyaan itu muncul mengisi otak dalam kepalanya. Di tempat lain, Lucas hanya bisa menatap Bella yang tak berdaya dari balik celah kaca. seorang Dokter wanita tampak terampil membersihkan darah yang terus mengalir keluar dari lubang inti Bella. Ia juga mengecek kondisi di dalam perutnya, sebuah gumpalan darah pun keluar. Sang dokter hanya bisa menggeleng pasrah begitu ia melihat dan meraihnya. Lucas tak bisa berpikir jernih. matanya menggenang, hatinya sakit dan terguncang begitu melihat sang empu kini hanya berbaring lemah di atas