"Ini beberapa gambar yang berhasil ditemukan di pesta tersebut, Miss." Pengawal Azzel datang membawanya beberapa lembar foto. Saat Bian berada di dekat Azzel.
"Dia benar-benar, Bian," gumam Azzel memperhatikan wajah tersebut. "Maafkan aku karena tidak mengenalimu waktu itu, Bian." Lamanya mereka tidak bertemu membuat Azzel melupakan beberapa hal dari Bian. Ditambah lagi dengan perubahan yang drastis dari pria itu, dia terlihat semakin tampan. "Dan ini beberapa gambar yang bisa mengarahkan pada wanita itu, jika dia melakukan semuanya dengan sengaja." Kembali gambar-gambar yang lain diletakkan di hadapan Azzel, kali ini lebih banyak dari gambar Bian. Azzel tidak peduli dengan berbagai gambar Cika, dia tidak begitu tertarik walau hanya sekedar untuk menyentuhnya. "Aku tidak peduli padanya, urus saja yang seusai.""Baik, Miss." Saat pria itu mengambil kembali gambar-gambar Cika, tiba-tiba mata Azzel teralih pada sesuatu yang melekat di jari manis wanita itu. "Tunggu!" cegah Azzel mengambil satu gambar. Dia memperhatikan dengan seksama, Cika berdiri dengan memegang gelas. Dan di jari manisnya tersemat sebuah cincin yang sangat Azzel kenali. "Bukankah ini ….""Apa kau sedang sibuk?" tanya Andre yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu. Azzel buru-buru menyembunyikan gambar Cika ke bawah laci. "Bereskan semuanya," ujarnya pada pengawal. Lantas Azzel berdiri dan menemui Andre. "Ayo ke bawah!" ajak Azzel. Dia sedang tidak ingin Andre memasuki ruangan pribadinya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Andre sambil berjalan. "Seperti yang kau lihat, Andre.""Apa kau masih kesal dengan kejadian kemarin?" Andre hafal betul dengan sikap Azzel, dan besar kemungkinan memang Azzel sedang memikirkan banyak hal tentang kejadian bersama Cika kemarin. Dan tugas Andre adalah mengalihkan perhatian Azzel agar tidak memperpanjang masalah tersebut. Andre khawatir bila Cika akan terlibat jauh. "Aku tidak terima jika hal tersebut dilakukan tanpa kesengajaan, Andre. Kau tahu betul tidak ada yang seberani itu mendekatiku, apalagi di tempat yang terbuka.""Jadi … kau memutuskan untuk mengatakan jika ini sebagai bentuk kesengajaan?" Azzel berhenti dan menatap Andre. "Tentu saja," ujarnya tersenyum. "Siapapun itu, dia tidak boleh bebas begitu saja." Wajah Andre langsung pia. "Jangan gila, Azzel. Bahkan kau tidak tahu siapa Cika?" ucap Andre dalam hati. "Bagaimana menurutmu, Andre?" Pertanyaan Azzel membuat lamunan Andre buyar. "Aku rasa itu tidak perlu, Azzel, mungkin saja dia benar-benar tidak sengaja melakukannya. Jadi untuk apa kau mempermasalahkan hal itu." Azzel mengernyit, sedikit curiga mengenai pendapat Andre. Apalagi setelah melihat cincin di jari Cika. "Tidak ada yang kebetulan, Andre. Kau pun tahu sendiri, jika pesta tersebut dihadiri oleh orang-orang terkenal. Dan tidak menutup kemungkinan jika di sanalah banyak orang yang bisa mengambil kesempatan." Sekak. Andre tidak lagi bisa membantah. "Aku sejujurnya curiga pada gadis itu, Andre. Apa hubungannya dengan kita.""Apa maksudmu?" tanya Andre mulai cemas. "Sepertinya ada sesuatu yang harus aku pecahkan, dan itu memerlukan waktu yang cukup lama." Azzel bertekad akan memperpanjang masalah tersebut, dia semakin yakin jika itu merupakan bentuk penyerangan. "Oh iya, Andre, apakah kau sudah menemukan cincinnya?""Cincin apa?" Azzel tertawa. "Ya ampun, Andre … apa kau benar-benar sudah melupakan benda tersebut lantaran aku memberi pengganti pada, Vino?""Oh, ya ampun, itu …." Andre baru ingat jika dia belum menemukan cincin tersebut. "Maaf, Azzel, aku belum bisa menemukannya. Aku akan mencari lagi nanti." Azzel hanya tersenyum. "Sebaiknya kau mulai berdoa, Andre, semoga saja cincin tersebut tidak benar-benar dipakai oleh wanita itu," ucap Azzel dalam hati. **"Jadi gadis itu merupakan seorang artis?""Iya, Miss.""Dia bukan artis artis papan atas bukan? Aku belum pernah bertemu dengannya sejauh ini. Siapa namanya?""Namanya Cika Lestarina, hanya beberapa kali memerankan sinetron sebagai tokoh pendamping. Namanya juga selama ini tidak pernah muncul entertaiment mana pun.""Cika …." Azzel mengulang namanya beberapa kali. "Sepertinya nama itu tidak asing bagiku. Tapi dimana aku pernah mendengar nama itu sebelumnya?" gumamnya berpikir. "Cari tahu juga apa saja keseharian gadis itu, beberapa hal yang mungkin kita perlukan.""Baik, Miss.""Cika, siapa kau sebenarnya?" Azzel memutar kursinya beberapa kali sambil memejamkan matanya. Di tempat lain, Andre yang kala itu baru saja bertemu dengan kliennya, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Cika yang langsung menyapanya. Untung saja semua klien sudah pergi, hanya tinggal Andre bersama seorang Sekretaris pribadinya. "Andre.""Cika, kau ngapain kesini? Jika ada yang melihatmu bagaimana?" Andre menepis tangan Cika yang hendak bergelayut di lengannya. "Itu karena kau tidak mengangkat teleponku beberapa kali, Andre. Juga tidak bertemu denganku selama dua hari, apa kau pikir aku bisa bertahan?" Nada bicara Cika langsung meninggi. Andre yang tidak ingin menjadi pusat perhatian, akhirnya membawa Cika keluar. "Ayo, kemari." Cika hanya menurut, ikut masuk ke mobil Andre. Hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan, karena biasanya Andre akan melarang Cika. Pun jika ingin bertemu, maka mereka pulang pergi dengan mobil yang terpisah. "Katakan, ada hal penting apa sehingga kau harus menemuiku di tempat terbuka seperti ini?" tanya Andre dengan wajah kesal. "Apa lagi jika bukan karena aku rindu padamu, Andre." Cika langsung memeluk dan mendekatkan bibirnya ke bibir Andre. Mereka berciuman hingga beberapa detik, sebelum akhirnya Andre melepaskan pungutan liar Cika. "Katakan satu hal, kenapa kau melakukan semua itu pada, Azzel!?" Andre mencengkeram kedua bahu Cika. "Kenapa? Apa kau marah aku melakukan itu pada kekasihmu, iya?" Cika tak kalah garangnya dengan Andre. "Tapi apa alasanmu, Cika. Kau bisa saja diseret ke jalur hukum karena perbuatanmu itu. Apa kau pikir Azzel itu wanita sembarangan?" Andre benar-benar tidak habis pikir dengan tindakan Cika yang terlalu nekad. "Aku tidak peduli bagaimana gadis itu. Yang aku pikirkan adalah bagaimana cara untuk menjatuhkannya. Apa kau tahu, selama ini dia menjadi mimpi buruk dalam hidupku. Bahkan aku tidak bisa tenang saat kalian sedang bersama.""Tapi kau tidak harus bertindak sejauh ini, Cika. Apa kau tahu, kecemburuanmu itu terlalu berlebihan. Bahkan aku dan Azzel tidak sampai berhubungan sejauh itu, apa kau lupa itu!""Aku bahkan bisa melakukan hal yang lebih jauh dari ini, Andre. Kau tahu, aku tidak akan bisa tenang sebelum melihat kejatuhan, Azzel." Cika menyeringai licik. "Maka siap-siaplah kau yang akan terjatuh, Cika. Dan jangan salahkan aku, bila itu terjadi maka kau bukan lagi yang spesial untukku." Andre merapikan jasnya dan segera keluar dari mobil, meninggalkan Cika tanpa mengajaknya serta. Cika masih tersenyum licik. "Bahkan kau pun akan bertekuk lutut di hadapanku, Andre. Lihat saja nanti!" Setelah itu dirinya keluar dari mobil, berniat kembali ke Apartemennya.Andre yang merasa jengkel dengan kehadiran Cika secara tiba-tiba, membuatnya enggan untuk bertemu dengan wanita itu, hingga beberapa hari ke depan. Lalu bagaimana jika kebutuhannya tiba-tiba muncul, tanpa Cika, tidak mungkin Andre melampiaskan hasrat pada Azzel, yang jelas-jelas tidak menginginkannya.
Itulah yang harus Andre pikirkan, karena selama ini dirinya hanya bergaul dengan Cika, sangat sulit untuk mencari tubuh pengganti. Apalagi jika seorang wanita penghibur, Andre sangat tidak suka itu. Berbagi tubuh dengan gadis bekas-bekas seperti mereka, dia merasa jijik.
"Sial! Aku lupa satu hal," ucap Andre. Dia baru ingat, jika lupa menanyakan cincin pada Cika. Tapi haruskah dirinya kembali bertemu dengan Cika hanya karena cincin itu, sangat tidak etis.
Kemudian Andre memutuskan ke toko yang sama, mencari cincin yang sama. Dan sialnya, cincin yang sama persis sudah tidak tersedia. Mau tidak mau, Andre memutuskan untuk bertemu dengan Cika nanti malam.
**
Di waktu yang bersamaan, Azzel yang sudah mencurigai segalanya, akhirnya memutuskan untuk menyewa mata-mata. Guna membuktikan segala kebenaran, juga tentang keberadaan Bian, Azzel juga telah menyewa seseorang yang khusus.
Azzelya Joely, seorang model terkenal sejagat raya di Kota X. Dia sudah berkecimpung di dunia model semenjak menginjak umur 14 tahun. Azzel, yang kala itu memenangkan kejuaraan pada lomba yang diselenggarakan di sekolahnya, mulai memikat hati para fans dan menuntutnya untuk terus maju. Juga dukungan keluarga yang terus mendukung keahliannya."Pokoknya, Mama mau suatu saat nanti kamu bisa jadi bintang model terkenal. Mama yakin, setelah memenangkan ini, berbagai penghargaan lain juga akan terus mengincarmu," kata mamanya tersenyum."Iya putriku, Papa juga berharap yang sama dan merasa bangga padamu. Teruslah maju, kami semua akan mendukungmu," kata papanya tak kalah senang."Begitu juga dengan, Nenek," ucap sang nenek memberikan cucunya pelukan."Terimakasih atas semua ini, aku pasti tidak akan mengecewakan harapan kalian," kata Azzel penuh haru.Lengkap sudah kebahagiaan Azzel kala itu, keluarga yang bahagia, juga dukungan yang pali
Andre menemui Cika di Apartemennya, memasukkan kode dengan mudah, tidak perlu menunggu hingga Cika membuka pintu."Kau sudah lama?" Andre langsung memeluk Cika dari belakang.Cika meletakkan gelasnya di atas meja. "Kau lama sekali, Andre. Membuatku takut," ucap Cika lembut."Apa yang kau takutkan saat aku berada dalam genggamanmu, Sayang?" Andre menyandarkan dagunya di pundak Cika, menghirup aroma wangi dari leher jenjang gadis itu."Kau mengganti parfum lagi?" Akhir-akhir ini Cika sering bergonta-ganti parfum. Hingga Andre tidak bisa mengingatnya satu persatu."Kau suka wanginya?""Tunjukkan jika itu pantas untuk aku sukai."Andre langsung menggendong Cika ke atas tempat tidur, melakukan ritual kesukaan mereka. Bahkan saat hari masih petang."Andre, kau gila," ucap Cika ditengah-tengah perpaduan."Kau yang membuatku gila, Cika. Aku tidak bisa membayangkan sehari saja tanpa melakukannya deng
Azzel akan menghadiri suatu acara penting yang diselenggarakan di sebuah area terbuka, sebuah lapangan terbesar di kota X. Dan hari itu, Andre tidak muncul, dia sudah terlebih dahulu mengetahui jika kedua gadisnya akan berada di tempat yang sama, yaitu Azzel dan Cika. Keduanya mendapatkan undangan di tempat yang sama.Pagi-pagi sekali, Azzel sudah menghubungi Andre, begitu juga dengan Cika. Jadi Andre lebih memutuskan untuk tidak hadir dengan membuat banyak alasan."Miss Azzel, anda sudah siap?" tanya penata rias."Apa ini sudah terlihat sempurna?" tanya Azzel memutar beberapa kali. Membuat ekor bajunya yang berbentuk duyung ikut bergerak dengan sempurna."Sangat cantik sekali, Miss.""Baiklah, kita segera berangkat."Azzel tahu, di tempat tersebut akan banyak para model lain dan beberapa artis yang turut hadir, jadi Azzel harus terlihat paling memukau antara semuanya. Karena acaranya di tempat terbuka, Azzel harus dikawal