Home / Fantasi / Lost In Yorkshire / Chapter #1 Tawaran

Share

Lost In Yorkshire
Lost In Yorkshire
Author: Tane

Chapter #1 Tawaran

Author: Tane
last update Last Updated: 2021-09-10 18:03:50

Marshella keluar dari toko berhiaskan krans khas Natal. Salju turun semakin lebat. Bulir-bulirnya menempel di mantel tebal berwarna merah tua yang dikenakannya. Seraya merapatkan mantel dan berjalan ke jalan utama Shaftesbury Avenue dan menunggu bus di halte.

Smartphone gadis itu bergetar.

“Ya, Angel?” sapanya setelah menggeser ikon gagang telepon berwana hijau.

“Jangan pulang, Ella!” Suara adiknya terdengar penuh penekanan dan pelan.

“Kenapa suaramu berbisik?” Bus merah bertingkat berhenti. Marshella memeluk goodie bag berisi pernak-pernik Natal dan bergegas masuk begitu pintu bus dibuka.

“Dia datang! Dia mencarimu!”

“Dia? Dia siapa?” Marshella menjatuhkan diri ke kursi. Tidak banyak penumpang di malam bersalju ini. Hanya ada dirinya dan tiga orang pria dengan mantel hitam dan top hat yang sering muncul di film berlatar abad pertengahan.

“Manajer penerbitan. Dia ada di sini.”

Marshella memutar jenuh kedua bola matanya. “Edgar? Besok Natal. Apa dia tidak punya waktu untuk istirahat?”

“Entahlah. Jadi, kau mau pulang menghadapinya sendiri atau aku sedikit memberi alasan padanya? Dia bilang, pengusaha itu memberikan bayaran yang lumayan kalau kau menerima tawaran.” Angelica terdengar bersemangat meskipun suaranya masih tetap berbisik.

“Aku tidak punya waktu untuk itu,” jawab Marshella kesal.

“Tapi aku punya. Katakan saja kalau kau sudah menunjukku sebagai perwakilan. Aku akan memasang harga yang mahal untuk bukumu itu, Sister. Dan lagi, pengusaha itu masih muda dan tampan. Kau benar-benar tidak tertarik?”

Aku mengernyitkan dahi. “Siapa maksudmu?”

“Marvel Dawson, calon pewaris Dawson Group. Oh, aku yakin kalau kau melihatnya langsung, kau tidak mungkin mau melewatkannya.”

“Dia di sana?” Marshella cukup terkejut jika itu benar.

“Yes.”

“Di flat kita?” tanyanya memastikan.

“Di flat-ku.”

Marshella menggerutu mengingat apartemen sekaligus kantornya mengalami kebakaran beberapa hari yang lalu. Akhirnya, ia menginap di rumah Angelica dan kekasihnya. Agak canggung, tetapi apa boleh buat. Pihak asuransi baru akan mengeluarkan ganti rugi akhir bulan ini. Sementara semua barang di dalam apartemennya ludes terbakar. Masih belum diketahui penyebab kebakaran itu.

“Aku akan keluar begitu uang asuransi cair.” Marshella mencoba berkilah.

“Sambil menunggu, kenapa kau tidak menerima tawaran itu? Dia bilang bersedia langsung membayarmu begitu kau setuju. Lagi pula, setelah uang asuransi itu cair, kau harus membayar biaya sewa di sini, tagihan kartu kreditku yang kau pakai, menyewa tempat tinggal baru dan masih banyak lagi. Aku yakin, tawaran dari pewaris itu akan lebih dari cukup untuk menyelamatkan hidupmu, Sister.”

“Apa saja yang sudah kau katakan?”

“Hei, aku hanya bertindak sebagai adikmu! Aku tidak ingin cerita fantasi yang sudah kau tulis bertahun-tahun itu tidak dihargai.” Suara Angelica terdengar menyindir.

“Mungkin kau lupa kalau cerita fantasi itu sudah masuk rak best seller di berbagai toko buku di Inggris Raya.” Ada nada sombong yang sengaja disuarakan Marshella.

“Dan kau masih menumpang di apartemenku,” timpal Angelica.

“Wow, kau benar-benar berhati malaikat!” sindir Marshella.

Marshella melempar pandangan ke luar jendela. Apartemen Angelica sudah dekat. “Aku sudah hampir sampai, kita bicarakan setelah mereka pergi.”

“Yah, aku harap mereka pergi bersamamu … dari apartemenku.”

Marshella menghela napas. Ia tahu kesalahan ada pada dirinya. Begitu menutup sambungan telepon, seraya berdiri tepat saat bus berhenti di halte. Tiga orang pria top hat tadi mengikutinya.

Marshella tidak terlalu memperhatikan saat salah satu dari mereka berjalan mendahului. Ia masih sibuk membalas pesan dari manajer penerbitan. Namun, bukannya mendahului, pria tadi justru berhenti tepat di depannya. Marshella nyaris menubruknya.

“Sorry!”

“Nona Marshella Wood?”

Marshella mendongakan kepala. Belum sempat menjawab, dua orang pria lainnya sudah berdiri di kiri dan kanan. Marshella kebingungan. Ia masih bergeming. Intuisinya mengatakan untuk waspada.

“Siapa kalian?”

Ketiganya saling lirik lalu tersenyum. “Kami penggemar novel Anda. Boleh minta tanda tangannya?”

Marshella bernapas lega. Intuisinya di dunia nyata tidak pernah setepat di dunia fiksi. “Oh, tentu saja.”

Mereka mengeluarkan buku yang ditulis Marshella satu per satu.

“Tapi maaf, aku tidak membawa bolpoin.” Marshella memasang wajah menyesal.

“Ini.” Salah satu dari mereka mengulurkan bolpoin.

Marshella merasa pernah melihat bolpoin itu. Bentuknya seperti bolpoin biasa, hanya saja memiliki ukiran dengan lambang bunga mawar putih di ujungnya.

“Oh, terima kasih. Siapa namamu?” tanya Marshella dengan ramah.

“Gale.”

Gadis itu membubuhkan tanda tangannya. Ia sedikit terkejut karena tintanya emas. “Wow, ini bolpoin yang mewah,” kelakarnya.

“Tentu saja,” jawab lelaki itu lagi. “Aku menyiapkannya khusus.”

Marshella membubuhkan tanda tangannya di dua buku milik dua pria lainnya. “Kalian terlihat dewasa dan aku cukup terkejut karena biasanya yang membaca bukuku adalah anak-anak remaja.” Ia mengatakannya tanpa terdengar menyindir meskipun kebetulan ini terlalu aneh.

Bagaimana mungkin ketiganya secara ajaib membawa novelnya dan meminta tanda tangan bersamaan sementara di luar sedingin ini? Ia sendiri keluar karena terpaksa membeli pernak-pernik hiasan pohon Natal, permintaan Angelica.

“Kami selalu menjadi penggemarmu, Nona Wood.”

Marshella mengenyahkan pikiran buruk dari kepalanya. “Terima kasih.”

Wanita muda itu melempar senyum lalu bergegas menjauh. Dia harus segera tiba di apartemen adiknya. Dia tidak ingin Angelica membuat kesepakatan yang tidak diketahuinya dengan pihak penerbit dan juga pewaris Dawson Group.

Marshella tidak menyadari bahwa ketiga pasang mata pria yang meminta tanda tangannya itu masih mengikuti.

“Jadi, dia orangnya?” tanya pria yang mengaku bernama Gale.

“Ya. Dia … putri Tuan Eddark.”

“Tuan Frederick pasti senang. Dendamnya akan segera terbalaskan.”

***

“Aku sangat berterima kasih karena ada pihak yang mau mengadaptasi novelku ke dalam film. Tapi aku belum punya waktu untuk membuat skenarionya. Buku ini masih berlanjut. Aku tidak ingin pembaca membandingkan versi buku dengan film sebelum ketiga serinya selesai.”

Marshella duduk di seberang Edgar Muller dan lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Marvel Dawson. Benar kata Angelica, lelaki itu tampan dan terlihat berkharisma. Namun, jelas bukan tipenya karena disaat yang sama, Marvel terlihat seperti orang yang suka tebar pesona.

“Kami akan memberimu waktu untuk menyelesaikannya. Tidak perlu terburu-buru.” Marvel membuka suara setelah sedari tadi diam saja.

Marshella mengangkat kedua alisnya. “Aku tahu siapa yang terburu-buru di sini sampai datang ke apartemenku,” jawabnya kaku.

“Bukannya ini apartemen adikmu,” potong Marvel.

Marshella melotot ke arah Angelica lalu kembali menatap Marvel dan Edgar. “Besok Natal dan aku bermaksud merayakannya dengan adikku,” sergahnya memberi alasan.

“Yah, kudengar juga begitu … selain karena apartemenmu kebakaran dan kau kehilangan semuanya.” Marvel memamerkan senyuman yang menurut Marshella mulai menyebalkan.

“Ada lagi yang ingin kau ketahui tentang kabarku akhir-akhir ini, Sir?” tanya Marshella dengan senyum masam.

“Hei, hei, kalian cepat sekali akrab.” Edgar menengahi.

Lelaki tiga puluhan itu pun menoleh pada calon pewaris grup perusahaan No.1 di Britania Raya.

“Pak Dawson, apa tidak bisa ditunggu sampai seri ketiganya keluar dan novel ini tamat? Aku rasa itu akan memudahkan pekerjaan Marshella sebagai penulis dan tim produksi nantinya.” Seraya memasang wajah meyakinkan. Alis tebalnya sedikit terangkat.

Marvel mengusap dagunya beberapa kali. Seraya tampak mencari jalan penyelesaian yang sama-sama menguntungkan. Dia dapat kontrak kerja sama dan penulis manja itu tidak banyak permintaan.

“Kau tentu paham, adaptasi novel yang belum selesai ke dalam film sering jadi polemik karena ceritanya kerap tidak sama. Kau menonton Game of Throne? George Martin belum menyelesaikan bukunya saat TV serinya selesai dan … tidak semua penggemar mendapatkan kepuasan dengan akhir ceritanya,” imbuh Edgar.

Marvel masih terdiam beberapa saat. Seraya tampak berpikir sebelum menghela napas dan berdiri. “Baiklah. Kuberikan waktu tiga hari untuk memikirkannya, Nona Wood. Kami akan menawarimu untuk tiga film sekaligus sesuai dengan seri novelmu dengan konsekuensi film pertama rilis akhir tahun depan. Berapa pun yang kau butuhkan, aku akan kabulkan. Bahkan kalau kau meminta apartemen sebagai bonus.”

Mata Marshella sedikit membesar mendengarnya.

Seraya menoleh pada Edgar. “Tidak pernah ada ending yang memuaskan semua penggemar, Pak Edgar. Itulah kenyataannya.”

Sepeninggalan Marvel Dawson, Marshella menegur Edgar. “Kenapa kau membawanya ke sini, Pak?” Ia tidak menyembunyikan kekesalan.

“Dia terlihat butuh.”

“Lalu?”

“Kau harus memanfaatkan orang yang terburu-buru dengan sebaik mungkin.” Wajah licik Edgar jelas terlihat.

Marshella memejamkan mata dengan frustasi. “Kau lupa kalau laptopku ikut terbakar dan tidak bisa digunakan lagi? Semua file cerita itu hilang. Aku tidak akan bisa menyelesaikannya tepat waktu kecuali ada sihir yang bisa membantuku memulihkan semuanya.”

“Itu masalahmu, bukan masalahku. Menurutmu, kenapa aku sampai merelakan libur Natal hanya untuk mengantarnya ke sini? Pikirkan uang yang akan kita dapatkan, Marshella. Dan tentu saja …,” Edgar menoleh pada Angelica, “supaya tidak merepotkan adikmu lagi. Selamat Natal, Sayang.”

Edgar pun berjalan keluar.

“Manajer penerbitanmu kejam juga, tapi yang dikatakannya benar. Lebih baik pikirkan lagi keputusanmu,” celetuk Angelica.

***

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nurfa Latif.
Wah, ceritanya bagus.
goodnovel comment avatar
Caliry Ody
untuk awalan bagus...penjelasan tiap percakapan juga jelas membayangkannya..semangat ya kk, lanjut baca chapter selanjutnya
goodnovel comment avatar
Rin
Manajernya mata duitan...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lost In Yorkshire   Chapter #2 Kamar 22

    “Temui aku akhir pekan ini di Hotel Castle York, Kamar 22. Jangan beritahu siapa pun. Marshella Wood.” ***/*** Undangan penuh makna. Pesan itu terselip di dalam lembaran draft kerja sama projek antara penerbit novel fantasi Ice Flower karangan Marshella Wood, Purple Publisher dan Dawson Group. Ini adalah projek penentu bagi Marvel. Jika dia berhasil, perusahaan Dawson Group akan menjadi miliknya. Itulah janji Gregory Dawson, sang kakek. Demi itu semualah Marvel rela mengambil projek di production house yang ditawarkan sang kakek. Belum tiga hari dari waktu yang sudah diberikan, penulis muda itu sudah memberikan jawaban. Lalu karena pesan singkat itu, Marvel mengendarai Porsche dari London ke York tanpa memberitahu siapa pun. “Kamar hotel?” Marvel menyunggingkan senyuman. Tidak ada ruginya juga menghabiskan waktu bers

    Last Updated : 2021-09-10
  • Lost In Yorkshire   Chapter #3 Room Service

    “Lalu bagaimana dengan hidup dan matimu?” tukas Marshella. “Apa aku mati di dalam mimpimu itu?” tukas Marvel dengan intonasi mengejek. Marshella mengerutkan dahi. Gadis itu lantas berjalan ke sisi tempat tidur dan meraih jaket tebalnya. Seraya memperbaiki letak syal merah di leher. “Baiklah, kalau begitu anggap saja kita tidak pernah bertemu dan kerja sama adaptasi novelku untuk film itu … ditolak.” “Hei, kau tidak bisa menolak begitu saja! Hanya karena aku tidak mau mendengarkan dongengmu itu?” protes Marvel. “Kau tidak mempercayaiku,” ralat Marshella. Ia meraih tas dan berjalan ke pintu kamar. Marvel hendak mencegah, tetapi urung begitu melihat isyarat dari Marshella. Gadis itu meletakkan jari telunjuk ke depan bibir, menyuruhnya diam. “Apa?” tanya Marvel. Firasat buruk menghinggapi. “Tolong kecilkan suaramu!” desis Marshella. Ia melirik ke arah pintu hotel. Marvel mengikuti pandangan gadis berambut pir

    Last Updated : 2021-09-10
  • Lost In Yorkshire   Chapter #4 Kecelakaan

    “Nona Wood?” Gadis itu terlihat ketakutan dan mengetuk—sedikit lebih keras dan tergesa-gesa—kaca jendela mobil Marvel. Pria itu segera menurunkan kaca mobil, mematikan koneksi panggilannya dengan Dean begitu saja. “Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat … berantakan?” tanya Marvel dengan penuh keheranan melihat penampilan acak-acakan Marshella Wood. Belum sampai lima belas menit yang lalu mereka bersama dan penampilan penulis itu sudah sedemikian berbeda. “Tolong aku, Tuan Dawson!” Bibir Marshella bergetar. Berkali-kali ia menoleh ke sekeliling, seakan-akan sesuatu akan muncul dan menerkam. Marvel memang merasa kesal sejak meninggalkan kamar hotel tadi. Namun, ia kesal dengan kisah “reinkarnasi” Marshella, bukan pada gadis itu. Ia pun turun dari mobil dan berusaha menenangkannya. “Hei, lihat aku! Aku di sini. Apa yang membuatmu ketakutan?” Marvel memegang kedua bahu Marshella. Wajah penulis itu pucat pasi.

    Last Updated : 2021-09-10
  • Lost In Yorkshire   Chapter #5 Lamaran

    Pemberontakan York, Tahun 1489 [Marshella menyentuh kepalanya yang sakit. Seraya membuka mata dan mendapati dirinya berada di tempat yang tidak asing. Mimpi itu datang lagi. Gadis itu berdiri dan melihat dirinya masih mengenakan pakaian seperti yang biasanya, bukan tipikal pakaian yang dikenakan wanita di abad pertengahan. Artinya, ia tidak akan terlihat oleh siapa pun. Marshella mengamati sekeliling ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sini. Perlahan, gadis berambut ikal sebahu itu meraih kenop pintu dan membukanya. Suara hiruk pikuk terdengar dari segala penjuru. Marshella menuruni tangga dan berjalan kea rah sebuah papan pengumuman di pinggir jalan, dekat keramaian. Papan pengumuman itu mengingatkannya pada majalah dinding saat sekolah dulu. Seraya membaca baris huruf yang tertulis di perkamen berwarna kecokelatan.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Lost In Yorkshire   Chapter #6 Keputusan

    “Aku tidak mau menikahi Lord Frederick!” [Marshella terkejut.] Kelly nyaris berteriak pada ibunya. Ia tidak bisa menerima saat Lyana membahas surat lamaran itu setiba di benteng menara yang sudah tidak digunakan. Mereka memilih untuk beristirahat di sini sebelum melanjutkan pelarian menuju biara di kaki gunung atau memutuskan untuk kembali dan menerima lamaran itu. [Marshella sendiri bisa merasakan kegundahan Kelly.] “Kau akan aman di sana, Kelly. Lord Frederick menawarkan pengampunan atas apa yang telah dilakukan oleh ayahmu jika kau menerima lamarannya!” tekan Lyana. “Jadi, Ibu juga menuduh ayah berkhianat? Ibu tidak percaya ayah?” Kelly tidak percaya dengan sikap ibunya. “Kecilkan suaramu!” perintah ibunya berbisik. Kelly membuang muka. Lyana menghela napas. “Bu

    Last Updated : 2021-09-11
  • Lost In Yorkshire   Chapter #7 Keith, Si Penunggang Kuda

    [Marshella melihat Kelly menghampiri Keith yang berdiri di samping sumur tua. Selain pemuda itu, tak ada orang lain. Rider mengikuti dari belakang Kelly untuk berjaga-jaga.] “Apa yang kau inginkan?” tanya Kelly tidak ramah. Ia sedikit menyipitkan mata. “Jawaban, Nona.” Pemuda itu menjawab singkat. “Tuan Frederick menyuruhmu menunggu jawabanku?” tanya Kelly lagi. Pemuda itu kembali mengangguk. “Siapa namamu?” “Orang-orang memanggilku Keith, si penunggang kuda.” Pemuda bernama Keith itu tidak menunjukan ekspresi apa pun. “Baiklah, Keith si Penunggang Kuda. Sampaikan pada Tuan Frederick kalau aku mengajukan syarat untuk pernikahan ini.” “Kau tidak bisa melakukannya, Nona.” Keith menatap lurus pada Kelly. “Kenapa?” Keith diam sejenak. Kali ini, wajah dinginnya menunjukkan emosi. “Karena ini lamaran untuk menyelamatkan semua

    Last Updated : 2021-09-13
  • Lost In Yorkshire   Chapter #8 Kabur

    “Mereka penjahat yang bodoh,” gumam Marshella setelah berhasil membuka semua rantai. Seraya lantas mencoba mendengar suara dari balik pintu. Hening.Marshella semakin menempelkan telinganya ke daun pintu. Lagi-lagi tidak mendengar suara apa pun. Lalu tiba-tiba kenop pintu diputas dari luar.Mata Marshella membola, tubuhnya menegang. Pintu pun dibuka seseorang dan orang itu adalah pria yang ia temui saat turun dari bus di malam sebelum Natal.“Oh, bagaimana kau bisa melepaskan diri?” Ia menoleh ke rantai di tempat tidur dan melihat kunci tergeletak di sana. “Ah, aku ke sini karena ketinggalan kunci itu,” lirihnya lalu kembali menatap Marshella.“Otakmu berpikir cepat juga, Nona Wood.” Seraya mendekat dan membuat wanita itu terdorong mundur. “Begitu sadar, kau benar-benar memanfaatkan kesempatan.” Matanya menatap tajam.&n

    Last Updated : 2021-10-22
  • Lost In Yorkshire   Chapter #9 Bersembunyi

    Siapa? Marshella menebak siapa pemilik suara itu. “Tenanglah. Saluran pembuangan ini punya banyak cabang. Kita berada di sisi tebing. Di bawah sana adalah mulut gua. Jangan bersuara jika tidak ingin suaramu menggema dan mereka tahu posisi kita.” Marshella mendengus. Siapa yang bicara di antara kita saat ini? Ingin rasanya melontarkan kalimat itu. Akan tetapi, mulutnya masih dibekap oleh orang di belakangnya. Suaranya sangat familiar, tetapi tidak mungkin orang ini adalah dia. Marshella memberikan isyarat agar pria itu melepaskan bungkaman di mulutnya. Pria itu mengerti dan segera menyingkirkan tangannya. Marshella bernapas lega. Ia pun menoleh dengan susah payah. Matanya membola. “Marvel?” Marvel meletakkan jari di bibirnya. Marshella segera menutup mulutnya sendiri. Pria itu lantas

    Last Updated : 2021-10-23

Latest chapter

  • Lost In Yorkshire   Chapter #37 Samar

    Cahaya mentari mengintip dari balik tirai putih. Marvel menutup novel Ice Flower karangan Marshella Woods. Tidak ada yang istimewa sehingga ia memutuskan untuk kembali membaca kalimat per kalimat dari novel fenomenal bertemakan kehidupan para bangsawan empat ratus tahun yang lalu. Namun, beberapa adegan di dalamnya terasa begitu nyata dalam ingatan pemuda itu. Ia sudah membolak-balikan halaman novel fantasi tersebut sejak bangun tidur tadi. Membaca tidak termasuk hobinya. Bahkan saat Steve Harrington mengusulkan untuk mengadopsi novel fantasi ini sebagai projek permainan daring selanjutnya, ia hanya mengiyakan tanpa tahu isi novel tersebut. Semuanya diserahkan pada Steve. [Steve.] Orang itu juga aneh. Kata Dean, dia sudah tidak masuk tiga hari setelah pewaris Dawson Group itu “menghilang”. Marvel memegang erat kepalanya. Kenapa ingatan ini sepotong-sepotong? Marvel melihat sekelebat

  • Lost In Yorkshire   Chapter #36 Suara Lonceng

    “Berhenti.” Suara pelan Marvel yang sudah cukup sadar membuat kedua mau tak mau mengakhiri debat kusir. Dean menuruti perintah Marvel.“Ada apa, Marvel?” tanya manajernya itu. Pria itu menepikan mobil dari tengah jembatan.“Ada apa, Sayang?” Cecilia ikut bertanya dan mengabaikan pandangan menghina dari Dean.“Dean, apa kau ingat aku punya wanita lain selain Cecilia? Kelly—mungkin aku punya kekasih bernama Kelly.” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir tipis Marvel.Wajah Cecilia memerah seiring senyuman penuh kemenangan yang terlihat di wajah Dean Alvaro. Pandangan mata wanita itu seperti ingin membunuhnya. “Apa maksudmu, Marvel? Memangnya—kau punya kekasih selain aku?” Suara Cecilia terdengar dipaksa bersabar dan lembut. Jemarinya membelai pipi pria itu yang justru mend

  • Lost In Yorkshire   Chapter #35 Perjalanan Ke London

    “Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, tapi menghilang selama satu minggu dan memilih York sebagai tempat berlibur adalah hal yang konyol. Yorkshire adalah tempat paling mengerikan. Hanya ada kastil-kastil berhantu yang bisa saja menyeretmu ke abad pertengahan, Sayang. Katakan padaku, di mana kau menginap selama di sini?”Cecilia Jung terus saja mengoceh sejak keluar dari rumah sakit. Mengatakan hal yang sama berulang kali seperti pertama kalinya datang ke rumah sakit. Marvel sama sekali tidak mengacuhkan. Matanya melekat pada bangunan merah di antara kastil-kastil batu tua bersejarah di kota ini yang baru saja dilewati mobilnya.York—kota kecil yang tidak semegah London dan tidak begitu jauh dari Manchester—dibangun di abad pertengahan, seperti kata Cecilia. Jejak-jejak kuno masih terlihat jelas sepanjang mata memandang. Namun, bangunan merah itu sangat menyolok. Sekelebat ingatan mu

  • Lost In Yorkshire   Chapter #34 Ingatan Yang Simpang Siur

    “Kau membuat semua orang panik, Marvel. Apa yang kau lakukan di atas sana?” Dean berdiri dengan bersedekap tangan di depan dada.“Aku hanya butuh udara segar.” Marvel menghindari tatapan Dean, manajer sekaligus sahabatnya itu. Pikirannya dipenuli oleh sentuhan Kelly di bahunya tadi malam.“Kau bisa saja mati kedinginan kalau saja pihak rumah sakit tidak menemukanmu.” Dean terdengar frustasi.“Yah, setidaknya itu tidak terjadi.” Pikiran Marvel tidak sedang di sini, di ruangan ini. Sebaliknya, ia merasa masih terjebak di atas sana, di tempat ia ditemukan pagi ini. Terbujur kedinginan.Saat terbangun, tubuhnya sudah sangat hangat. Sama hangatnya dengan tatapan gadis itu, Kelly. Wajahnya sangat mirip dengan Marshella Wood. Namun, Marshella tidak memiliki mata sehijau itu. Mata wajah yang ia ingat berwarna sebiru samudera. Setidaknya itu yang m

  • Lost In Yorkshire   Chapter #33 Kelly & Keith

    “Kau takut aku mendorong mendorongmu … Marvel?” tuduh Kelly dari belakang kursi roda Marvel. “Apa kau punya pemikiran seperti itu, Nona?” timpal Marvel. “Tidak karena aku bukan mereka,” tukas perawat itu lagi, “Mereka?” Ujung alis calon pewaris Dawson Group itu mengerut. “Orang yang sudah mencelakaimu.” Suara Kelly tegas, tetapi pelan. Sangat pelan dan jelas karena mengatakannya tepat di belakang telinga Marvel, membuat bulu kuduk lelaki itu berdiri. [Aneh, aku bukan tipikal laki-laki pengecut. Suara Kelly membuatku merinding.] “Kau—kau tahu siapa pelakunya?” Rahang pria itu mengeras, menyembunyikan kesan menakutkan dari setiap yang didengarnya. “Kau sudah membaca pesan itu?” tanya Kelly balik. Marvel mendengkus frustasi. “Jangan mempermainkanku. Ap

  • Lost In Yorkshire   Chapter #32 Ajakan Kelly

    Marvel membuka matanya. Kamar rawatnya masih kosong. Tak ada siapa pun kecuali dirinya sendiri. Sepertinya, Dean Alvaro belum datang. Pandangan Marvel teralihkan ke luar jendela kaca. Kegelapan dan keheningan membuatnya mengerti, ini mungkin sudah sangat larut malam.Sesuatu mendesak dari balik celananya. Ia butuh kamar kecil. pria itu duduk dan menurunkan kaki dari ranjang dengan perlahan. Tangan yang tidak diperban mendorong tiang infus perlahan. Suara gesekan antara roda dan lantai terdengar. Tubuhnya menghilang di balik pintu kamar kecil.Setelah selesai, ia kembali ke tempat tidur. Alangkah terkejutnya Marvel saat melihat perawat yang pertama kali mengetahui ia telah sadar, berdiri di depan pintu.“Oh, Kelly! Kau mengagetkanku!” seloroh Marvel. Beberapa butir keringat dingin muncul di pelipis.“Apa kau mengira aku ini—hantu?” Kelly menoleh ke kiri dan

  • Lost In Yorkshire   Chapter #31 Hilang Ingatan

    “Namamu … Kelly?”“Benar.”Marvel mengalihkan pandangan. Ia berusaha untuk tidak terjatuh dalam pesona sang perawat ini. Setelah menghela napas dengan menahan rasa nyeri di sekujur tubuh.“Berapa umurmu? Kau terlihat masih sangat muda untuk menjadi perawat.” Ia bertanya tanpa menatap perawat itu.Bibir tipis tanpa polesan lipstick itu tidak lagi memamerkan senyum. “Saya hanya magang di sini. Saya belum dua puluh tahun.”Mata Marvel menelusuri setiap lekukan seragam yang membalut kulit perawat muda ini. Ia menghela napas. Lagi-lagi meyingkirkan kecantikan dan kemolekan perawat muda di depannya ini. Lagi-lagi meskipun tidak semolek Cecilia Jung, Kelly memiliki aura sensual yang bisa menarik lelaki mana pun ke dalam pesonanya. Rasanya, ia pernah melihat wanita muda ini, tetapi di mana?“Baikla

  • Lost In Yorkshire   Chapter #30 Perawat Kelly

    “Oh, kepalaku!”Marvel Dawson menggerakkan tangannya untuk menyentuh pelipis yang terasa sakit. Perban. Ia lantas menggerakkan tubuh. “Argh!” Seluruh sendi dan tulangnya terasa sakit.Dengan susah payah, punggung Marvel berhasil bersandar di kepala tempat tidur. Dalam pandangannya, semua benda masih berputar-putar. Pun dengan sosok yang baru saja muncul dari balik pintu.“Tuan Dawson, Anda sudah sadar.”Marvel memejamkan mata agar nuansa berputar-putarnya hilang. Saat dirasa sedikit lebih baik, seraya kembali membuka mata.Suara tadi berasal dari seorang wanita muda yang tak dikenalnya. Namun—dari pakaian wanita muda itu dan ruangan serba putih serta interior di sini—Marvel kemudian tahu bahwa ia sedang berada di rumah sakit dan wanita ini adalah perawat.“Apa yang terjadi padaku?” tanyanya dengan uj

  • Lost In Yorkshire   Chapter #29 Kemunculan Marshella Wood

    Suasana di kafe Perky Peacock cukup ramai di hari yang dingin ini. Angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Marvel memilih tempat duduk yang mudah baginya melihat ke sisi Jembatan Lendal. Di antara lalu lalang, tidak ada satu pun yang ia kenal. Itu lebih baik.Pelayan beberapa kali melewatinya. Marvel merasa harus segera pergi sebelum ditegur untuk kedua kalinya karena belum memesan apa pun di sini. Ini sudah waktunya jam makan siang dan belum ada tanda-tanda Dean Alvaro muncul di Jembatan Lendal. Marvel juga tidak melihat anak buah Gale di sekitar.Ingatan Marvel kembali pada saat pertemuannya dengan Lord Frederick di ruangan itu. Saat akan keluar dari penginapa bersama Gale, ia sempat memperhatikan sekeliling ruangan dan akhirnya mencapai pada satu kesimpulan bahwa penginapan itu bukanlah tempat pertemuannya dengan Lord Frederick. Artinya, setelah “disakiti” secara tak kasat mata, pria itu dipindahkan ke tempat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status