Home / Fantasi / Lost In Yorkshire / Chapter #2 Kamar 22

Share

Chapter #2 Kamar 22

Author: Tane
last update Last Updated: 2021-09-10 18:21:42

“Temui aku akhir pekan ini di Hotel Castle York, Kamar 22. Jangan beritahu siapa pun. Marshella Wood.”

 ***/***

Undangan penuh makna. Pesan itu terselip di dalam lembaran draft kerja sama projek antara penerbit novel fantasi Ice Flower karangan Marshella Wood, Purple Publisher dan Dawson Group.

Ini adalah projek penentu bagi Marvel. Jika dia berhasil, perusahaan Dawson Group akan menjadi miliknya. Itulah janji Gregory Dawson, sang kakek. Demi itu semualah Marvel rela mengambil projek di production house yang ditawarkan sang kakek.

Belum tiga hari dari waktu yang sudah diberikan, penulis muda itu sudah memberikan jawaban. Lalu karena pesan singkat itu, Marvel mengendarai Porsche dari London ke York tanpa memberitahu siapa pun.

“Kamar hotel?” Marvel menyunggingkan senyuman.

Tidak ada ruginya juga menghabiskan waktu bersama wanita itu di hotel. Anggap saja seperti wanita lainnya yang ia temui setelah clubbing. Marshella tidak terlihat seperti wanita murahan, tetapi ia akan tahu begitu sampai di kamar itu.

“Dia terlihat tidak menyukaiku tempo hari, lalu sekarang ingin bertemu di hotel.” Senyumnya tak berhenti tersungging membayangkan apa yang akan mereka lakukan nanti di kamar hotel nan jauh dari London itu.

Namun, baru satu jam bersama Marshella Wood, Marvel bisa menilai kalau penulis muda itu tidak waras. Marshella terlalu tenggelam dalam dunia fiksi fantasi karyanya sendiri.

“Kau tidak percaya kata-kataku?”

Bola mata sebiru samudera itu menatap tajam pada pria berjaket kulit yang sedang mengerutkan dahi. Ekspresinya penuh harap atas jawaban apa yang akan dilontarkan Marvel Dawson.

“Pak Dawson.”

“Panggil saja Marvel. Bukankah kita sudah sepakat?” potong Marvel.

“Marvel,” ulang Marshella. “Aku mengatakan yang sebenarnya.”

Penulis itu kembali menatap dalam pada bola mata Marvel. “Kau dan aku sudah terhubung seperti yang kuceritakan dalam novelku. Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu lagi setelah kematian datang berabad-abad yang lalu.”

Hening.

Hanya lima detik kemudian, suara tawa memenuhi ruang kamar.

“Jadi, kau mengundang orang yang sangat sibuk sepertiku ke kamar hotel murahan hanya untuk membuatku mendengar cerita dongengmu itu?” tanya Marvel di sela tawa penuh ejekannya.

Seraya menghela napas dengan kecewa. “Sayang sekali, ternyata penampilanmu yang seksi tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ujar lelaki itu lagi. Ia meraih gagang cangkir cokelat panas. “Padahal aku sudah membayangkan kita akan melakukan hal yang lebih seru di kamar ini.”

Marshella merona malu.

“Aku pikir kau mengundangku ke sini dan memintaku untuk merahasiakan pertemuan kita, itu semua karena ingin melakukan tawar menawar denganku. Tentu saja aku akan membayar tinggi untuk ini.”

Matanya turun ke kemeja tebal yang dikenakan Marshella. Dua kancing paling atas dibiarkan begitu saja. Tanktop putih terlihat dari baliknya, menyatu dengan kulit. “Tawar menawar yang akan membuat kita berdua sama-sama puas,” seringainya nakal.

Gadis dua puluh satu tahun itu buru-buru berbalik dan berujar, “Aku tidak mengundangmu ke sini untuk berbuat yang aneh-aneh, Marvel.” Ia meraih syal merah dan mengalungkannya ke leher. Menutupi keindahan yang baru saja diintip Marvel.

Marvel tersenyum melihat sikap malu-malu yang ditunjukkan penulis itu. Ia kembali menyesap cokelat panas dari cangkir. Pria itu lantas bersedekap tangan di depan dada dan menyandarkan punggung ke kursi rotan. Suara derit terdengar.

“Kalau begitu undanganmu salah. Seharusnya kita bicara bisnis di kantor dan melakuan sesuatu yang manis di hotel. Bukan begitu?” selorohnya tanpa meninggalkan intonasi menggoda.

“Lalu kenapa kau datang ke flat-kuflat adikku untuk membicarakan bisnis?” tukas Marshella.

Ujung bibir Marvel terangkat. “Kau tahu caranya berdebat, tapi setidaknya aku tidak datang sendiri, kan?”

Marshella menggigit bibir bawahnya. “Itu … aku hanya memikirkan tempat yang paling aman untuk membahasnya.” Marshella memperbaiki kaca matanya.

“Lalu, tempat itu adalah hotel?” Lagi-lagi Marvel tertawa mengejek.

“Hei,” panggilnya. Suara bariton nan lembut membuat Marshella terhenyak. “Kau mungkin terlalu sering menghabiskan waktu untuk mengarang cerita fantasi. Dongeng pengantar tidur tentang putri seorang bangsawan dan prajurit. Kisah cinta kasta tertinggi dan terendah yang mengundang bencana.”

Marvel menghentikan kata-katanya. Ia berdiri dan berjalan mendekati Marshella. “Tapi, aku lebih suka mendengar dongeng tentang seorang wanita muda yang penuh gairah, memenuhi undangan pria kaya ke hotel mewah. Lalu keduanya melakukan sesuatu yang lebih membuat adrenalinku membuncah. Kau punya cerita seperti itu, Nona Pendongeng?” Seraya menunduk dan mendekatkan wajah pada wajah Marshella.

Marshella merasakan wajahnya memanas.

“Marvel. Aku mengajakmu ke sini bukan untuk melakukan sesuatu yang kau bilang manis.” Wajah gadis itu bersemu merah. Ia segera mengalihkan pandangan dan berjalan ke sisi jendela.

Terdengar helaan napas penuh kebosanan dari Marvel. “Kalau begitu, kita bicara bisnis saja. Aku sudah jauh-jauh datang ke sini untuk memenuhi undanganmu. Setidaknya, aku mendapatkan sesuatu. Bagaimana tawaranku?”

“Lalu saat datang ke York ini, apa kau tidak merasa ada sesuatu yang berbeda?” Marshella tidak mengindahkan pertanyaan pewaris Dawson Group itu. Matanya memindai jauh ke luar jendela kaca yang gelap. Hanya lampu di puncak menara kastil berwarna merah yang memberi penerangan.

Ia menyewa kamar di lantai empat. Di bawah sana, jalanan York sudah sepi. Ini sudah terlalu larut. Wisatawan akan lebih memilih untuk menikmati makan malam di hotelnya daripada berkeliaran menjelajahi kastil-kastil di York.

“Sesuatu yang terasa seperti menyedot semua tenagamu,” imbuh Marshella. Ia masih mengamati suasana sepi di luar sana hingga tak menyadari Marvel telah berdiri di belakangnya. Pantulan lelaki itu terlihat di kaca jendela.

“Ya. Aku merasakannya, Nona Wood. Kalau kau berkenan, aku bisa benar-benar menyedot tenagamu. Jika itu yang kau maksud.” Marvel berbisik tepat di telinga Marshella.

Gadis itu terkejut dan lagi-lagi segera menjauh. Namun, ia sempat mendapati senyum seringai lelaki itu dari sudut mata.

“Tolong jaga sikapmu, Tuan Marvel!” Marshella memperingatkannya dengan menggunakan sapaan sopan.

“Orang yang memanggilku ‘Tuan’ biasanya pelayanku dan aku bebas melakukan apa saja pada mereka,” tukas Marvel dengan santai.

Marshella terdiam. Ia hanya menatap lelaki di depannya dengan pandangan penuh kekecewaan. Ia tidak menyangka kata-kata yang menurutnya tak bermoral itu keluar dari bibir pria ini.

Ekspresi gadis itu membuat Marvel mengernyitkan dahi. “Kenapa?” tanyanya.

“Aku mendapat penglihatan dari mimpi. Awalnya kupikir itu hanya mimpi biasa sampai akhirnya aku terus bermimpi yang sama. Aku pun menuliskannya dan mimpi itu berganti ke mimpi lainnya. Itulah yang ada di dalam novelku. Begitu seterusnya sampai aku ceritanya seperti yang ada dalam novelku.”

Marvel mendengus bosan.

“Lalu, kau datang beberapa hari yang lalu. Malamnya, aku kembali bermimpi. Kau ada di mimpiku.”

“Ya, banyak wanita yang bermimpi tentangku. Lalu apa yang kita lakukan di mimpimu itu? Apa kita menikmati ranjang yang panas?”

Wajah Marshella kaku. “Aku serius.”

“Aku hanya serius dalam dua hal, wanita dan uang. Pelayananku untuk mendapatkan keduanya tidak main-main,” seringai Marvel.

“Lalu bagaimana dengan hidup dan matimu?” tukas Marshella.

Related chapters

  • Lost In Yorkshire   Chapter #3 Room Service

    “Lalu bagaimana dengan hidup dan matimu?” tukas Marshella. “Apa aku mati di dalam mimpimu itu?” tukas Marvel dengan intonasi mengejek. Marshella mengerutkan dahi. Gadis itu lantas berjalan ke sisi tempat tidur dan meraih jaket tebalnya. Seraya memperbaiki letak syal merah di leher. “Baiklah, kalau begitu anggap saja kita tidak pernah bertemu dan kerja sama adaptasi novelku untuk film itu … ditolak.” “Hei, kau tidak bisa menolak begitu saja! Hanya karena aku tidak mau mendengarkan dongengmu itu?” protes Marvel. “Kau tidak mempercayaiku,” ralat Marshella. Ia meraih tas dan berjalan ke pintu kamar. Marvel hendak mencegah, tetapi urung begitu melihat isyarat dari Marshella. Gadis itu meletakkan jari telunjuk ke depan bibir, menyuruhnya diam. “Apa?” tanya Marvel. Firasat buruk menghinggapi. “Tolong kecilkan suaramu!” desis Marshella. Ia melirik ke arah pintu hotel. Marvel mengikuti pandangan gadis berambut pir

    Last Updated : 2021-09-10
  • Lost In Yorkshire   Chapter #4 Kecelakaan

    “Nona Wood?” Gadis itu terlihat ketakutan dan mengetuk—sedikit lebih keras dan tergesa-gesa—kaca jendela mobil Marvel. Pria itu segera menurunkan kaca mobil, mematikan koneksi panggilannya dengan Dean begitu saja. “Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat … berantakan?” tanya Marvel dengan penuh keheranan melihat penampilan acak-acakan Marshella Wood. Belum sampai lima belas menit yang lalu mereka bersama dan penampilan penulis itu sudah sedemikian berbeda. “Tolong aku, Tuan Dawson!” Bibir Marshella bergetar. Berkali-kali ia menoleh ke sekeliling, seakan-akan sesuatu akan muncul dan menerkam. Marvel memang merasa kesal sejak meninggalkan kamar hotel tadi. Namun, ia kesal dengan kisah “reinkarnasi” Marshella, bukan pada gadis itu. Ia pun turun dari mobil dan berusaha menenangkannya. “Hei, lihat aku! Aku di sini. Apa yang membuatmu ketakutan?” Marvel memegang kedua bahu Marshella. Wajah penulis itu pucat pasi.

    Last Updated : 2021-09-10
  • Lost In Yorkshire   Chapter #5 Lamaran

    Pemberontakan York, Tahun 1489 [Marshella menyentuh kepalanya yang sakit. Seraya membuka mata dan mendapati dirinya berada di tempat yang tidak asing. Mimpi itu datang lagi. Gadis itu berdiri dan melihat dirinya masih mengenakan pakaian seperti yang biasanya, bukan tipikal pakaian yang dikenakan wanita di abad pertengahan. Artinya, ia tidak akan terlihat oleh siapa pun. Marshella mengamati sekeliling ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sini. Perlahan, gadis berambut ikal sebahu itu meraih kenop pintu dan membukanya. Suara hiruk pikuk terdengar dari segala penjuru. Marshella menuruni tangga dan berjalan kea rah sebuah papan pengumuman di pinggir jalan, dekat keramaian. Papan pengumuman itu mengingatkannya pada majalah dinding saat sekolah dulu. Seraya membaca baris huruf yang tertulis di perkamen berwarna kecokelatan.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Lost In Yorkshire   Chapter #6 Keputusan

    “Aku tidak mau menikahi Lord Frederick!” [Marshella terkejut.] Kelly nyaris berteriak pada ibunya. Ia tidak bisa menerima saat Lyana membahas surat lamaran itu setiba di benteng menara yang sudah tidak digunakan. Mereka memilih untuk beristirahat di sini sebelum melanjutkan pelarian menuju biara di kaki gunung atau memutuskan untuk kembali dan menerima lamaran itu. [Marshella sendiri bisa merasakan kegundahan Kelly.] “Kau akan aman di sana, Kelly. Lord Frederick menawarkan pengampunan atas apa yang telah dilakukan oleh ayahmu jika kau menerima lamarannya!” tekan Lyana. “Jadi, Ibu juga menuduh ayah berkhianat? Ibu tidak percaya ayah?” Kelly tidak percaya dengan sikap ibunya. “Kecilkan suaramu!” perintah ibunya berbisik. Kelly membuang muka. Lyana menghela napas. “Bu

    Last Updated : 2021-09-11
  • Lost In Yorkshire   Chapter #7 Keith, Si Penunggang Kuda

    [Marshella melihat Kelly menghampiri Keith yang berdiri di samping sumur tua. Selain pemuda itu, tak ada orang lain. Rider mengikuti dari belakang Kelly untuk berjaga-jaga.] “Apa yang kau inginkan?” tanya Kelly tidak ramah. Ia sedikit menyipitkan mata. “Jawaban, Nona.” Pemuda itu menjawab singkat. “Tuan Frederick menyuruhmu menunggu jawabanku?” tanya Kelly lagi. Pemuda itu kembali mengangguk. “Siapa namamu?” “Orang-orang memanggilku Keith, si penunggang kuda.” Pemuda bernama Keith itu tidak menunjukan ekspresi apa pun. “Baiklah, Keith si Penunggang Kuda. Sampaikan pada Tuan Frederick kalau aku mengajukan syarat untuk pernikahan ini.” “Kau tidak bisa melakukannya, Nona.” Keith menatap lurus pada Kelly. “Kenapa?” Keith diam sejenak. Kali ini, wajah dinginnya menunjukkan emosi. “Karena ini lamaran untuk menyelamatkan semua

    Last Updated : 2021-09-13
  • Lost In Yorkshire   Chapter #8 Kabur

    “Mereka penjahat yang bodoh,” gumam Marshella setelah berhasil membuka semua rantai. Seraya lantas mencoba mendengar suara dari balik pintu. Hening.Marshella semakin menempelkan telinganya ke daun pintu. Lagi-lagi tidak mendengar suara apa pun. Lalu tiba-tiba kenop pintu diputas dari luar.Mata Marshella membola, tubuhnya menegang. Pintu pun dibuka seseorang dan orang itu adalah pria yang ia temui saat turun dari bus di malam sebelum Natal.“Oh, bagaimana kau bisa melepaskan diri?” Ia menoleh ke rantai di tempat tidur dan melihat kunci tergeletak di sana. “Ah, aku ke sini karena ketinggalan kunci itu,” lirihnya lalu kembali menatap Marshella.“Otakmu berpikir cepat juga, Nona Wood.” Seraya mendekat dan membuat wanita itu terdorong mundur. “Begitu sadar, kau benar-benar memanfaatkan kesempatan.” Matanya menatap tajam.&n

    Last Updated : 2021-10-22
  • Lost In Yorkshire   Chapter #9 Bersembunyi

    Siapa? Marshella menebak siapa pemilik suara itu. “Tenanglah. Saluran pembuangan ini punya banyak cabang. Kita berada di sisi tebing. Di bawah sana adalah mulut gua. Jangan bersuara jika tidak ingin suaramu menggema dan mereka tahu posisi kita.” Marshella mendengus. Siapa yang bicara di antara kita saat ini? Ingin rasanya melontarkan kalimat itu. Akan tetapi, mulutnya masih dibekap oleh orang di belakangnya. Suaranya sangat familiar, tetapi tidak mungkin orang ini adalah dia. Marshella memberikan isyarat agar pria itu melepaskan bungkaman di mulutnya. Pria itu mengerti dan segera menyingkirkan tangannya. Marshella bernapas lega. Ia pun menoleh dengan susah payah. Matanya membola. “Marvel?” Marvel meletakkan jari di bibirnya. Marshella segera menutup mulutnya sendiri. Pria itu lantas

    Last Updated : 2021-10-23
  • Lost In Yorkshire   Chapter #10 Whitby

    “Don'ttrust everyoneyou meet, evensaltlooks likesugar.” -Anonymously- *** “Jadi, sekarang kau percaya padaku?” tanya Marshella setelah mereka berada cukup jauh dari kastil. “Sama sekali.” Marvel membaca papan petunjuk jalan yang baru saja mereka lewati. “Sepertinya jalan ini menuju Whitby.” “Benarkah?” Marshella ikut menoleh keluar. Namun, papan petunjuk arah sudah terlewati. “Yah, setidaknya lebih baik bertemu drakula daripada komplotan itu lagi.” Whitby memang terkenal sebagai tempat untuk ‘bertemu’ drakula atau vampire sejak sebuah novel klasik berlatar tempat itu tentang makhluk itu karangan Bram Stoker muncul tahun 1897. Marshella hanya memutar kedua bola matanya. Ada hal lebih penting yang ingin ia ketahui. “Lalu, ken

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • Lost In Yorkshire   Chapter #37 Samar

    Cahaya mentari mengintip dari balik tirai putih. Marvel menutup novel Ice Flower karangan Marshella Woods. Tidak ada yang istimewa sehingga ia memutuskan untuk kembali membaca kalimat per kalimat dari novel fenomenal bertemakan kehidupan para bangsawan empat ratus tahun yang lalu. Namun, beberapa adegan di dalamnya terasa begitu nyata dalam ingatan pemuda itu. Ia sudah membolak-balikan halaman novel fantasi tersebut sejak bangun tidur tadi. Membaca tidak termasuk hobinya. Bahkan saat Steve Harrington mengusulkan untuk mengadopsi novel fantasi ini sebagai projek permainan daring selanjutnya, ia hanya mengiyakan tanpa tahu isi novel tersebut. Semuanya diserahkan pada Steve. [Steve.] Orang itu juga aneh. Kata Dean, dia sudah tidak masuk tiga hari setelah pewaris Dawson Group itu “menghilang”. Marvel memegang erat kepalanya. Kenapa ingatan ini sepotong-sepotong? Marvel melihat sekelebat

  • Lost In Yorkshire   Chapter #36 Suara Lonceng

    “Berhenti.” Suara pelan Marvel yang sudah cukup sadar membuat kedua mau tak mau mengakhiri debat kusir. Dean menuruti perintah Marvel.“Ada apa, Marvel?” tanya manajernya itu. Pria itu menepikan mobil dari tengah jembatan.“Ada apa, Sayang?” Cecilia ikut bertanya dan mengabaikan pandangan menghina dari Dean.“Dean, apa kau ingat aku punya wanita lain selain Cecilia? Kelly—mungkin aku punya kekasih bernama Kelly.” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir tipis Marvel.Wajah Cecilia memerah seiring senyuman penuh kemenangan yang terlihat di wajah Dean Alvaro. Pandangan mata wanita itu seperti ingin membunuhnya. “Apa maksudmu, Marvel? Memangnya—kau punya kekasih selain aku?” Suara Cecilia terdengar dipaksa bersabar dan lembut. Jemarinya membelai pipi pria itu yang justru mend

  • Lost In Yorkshire   Chapter #35 Perjalanan Ke London

    “Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan, tapi menghilang selama satu minggu dan memilih York sebagai tempat berlibur adalah hal yang konyol. Yorkshire adalah tempat paling mengerikan. Hanya ada kastil-kastil berhantu yang bisa saja menyeretmu ke abad pertengahan, Sayang. Katakan padaku, di mana kau menginap selama di sini?”Cecilia Jung terus saja mengoceh sejak keluar dari rumah sakit. Mengatakan hal yang sama berulang kali seperti pertama kalinya datang ke rumah sakit. Marvel sama sekali tidak mengacuhkan. Matanya melekat pada bangunan merah di antara kastil-kastil batu tua bersejarah di kota ini yang baru saja dilewati mobilnya.York—kota kecil yang tidak semegah London dan tidak begitu jauh dari Manchester—dibangun di abad pertengahan, seperti kata Cecilia. Jejak-jejak kuno masih terlihat jelas sepanjang mata memandang. Namun, bangunan merah itu sangat menyolok. Sekelebat ingatan mu

  • Lost In Yorkshire   Chapter #34 Ingatan Yang Simpang Siur

    “Kau membuat semua orang panik, Marvel. Apa yang kau lakukan di atas sana?” Dean berdiri dengan bersedekap tangan di depan dada.“Aku hanya butuh udara segar.” Marvel menghindari tatapan Dean, manajer sekaligus sahabatnya itu. Pikirannya dipenuli oleh sentuhan Kelly di bahunya tadi malam.“Kau bisa saja mati kedinginan kalau saja pihak rumah sakit tidak menemukanmu.” Dean terdengar frustasi.“Yah, setidaknya itu tidak terjadi.” Pikiran Marvel tidak sedang di sini, di ruangan ini. Sebaliknya, ia merasa masih terjebak di atas sana, di tempat ia ditemukan pagi ini. Terbujur kedinginan.Saat terbangun, tubuhnya sudah sangat hangat. Sama hangatnya dengan tatapan gadis itu, Kelly. Wajahnya sangat mirip dengan Marshella Wood. Namun, Marshella tidak memiliki mata sehijau itu. Mata wajah yang ia ingat berwarna sebiru samudera. Setidaknya itu yang m

  • Lost In Yorkshire   Chapter #33 Kelly & Keith

    “Kau takut aku mendorong mendorongmu … Marvel?” tuduh Kelly dari belakang kursi roda Marvel. “Apa kau punya pemikiran seperti itu, Nona?” timpal Marvel. “Tidak karena aku bukan mereka,” tukas perawat itu lagi, “Mereka?” Ujung alis calon pewaris Dawson Group itu mengerut. “Orang yang sudah mencelakaimu.” Suara Kelly tegas, tetapi pelan. Sangat pelan dan jelas karena mengatakannya tepat di belakang telinga Marvel, membuat bulu kuduk lelaki itu berdiri. [Aneh, aku bukan tipikal laki-laki pengecut. Suara Kelly membuatku merinding.] “Kau—kau tahu siapa pelakunya?” Rahang pria itu mengeras, menyembunyikan kesan menakutkan dari setiap yang didengarnya. “Kau sudah membaca pesan itu?” tanya Kelly balik. Marvel mendengkus frustasi. “Jangan mempermainkanku. Ap

  • Lost In Yorkshire   Chapter #32 Ajakan Kelly

    Marvel membuka matanya. Kamar rawatnya masih kosong. Tak ada siapa pun kecuali dirinya sendiri. Sepertinya, Dean Alvaro belum datang. Pandangan Marvel teralihkan ke luar jendela kaca. Kegelapan dan keheningan membuatnya mengerti, ini mungkin sudah sangat larut malam.Sesuatu mendesak dari balik celananya. Ia butuh kamar kecil. pria itu duduk dan menurunkan kaki dari ranjang dengan perlahan. Tangan yang tidak diperban mendorong tiang infus perlahan. Suara gesekan antara roda dan lantai terdengar. Tubuhnya menghilang di balik pintu kamar kecil.Setelah selesai, ia kembali ke tempat tidur. Alangkah terkejutnya Marvel saat melihat perawat yang pertama kali mengetahui ia telah sadar, berdiri di depan pintu.“Oh, Kelly! Kau mengagetkanku!” seloroh Marvel. Beberapa butir keringat dingin muncul di pelipis.“Apa kau mengira aku ini—hantu?” Kelly menoleh ke kiri dan

  • Lost In Yorkshire   Chapter #31 Hilang Ingatan

    “Namamu … Kelly?”“Benar.”Marvel mengalihkan pandangan. Ia berusaha untuk tidak terjatuh dalam pesona sang perawat ini. Setelah menghela napas dengan menahan rasa nyeri di sekujur tubuh.“Berapa umurmu? Kau terlihat masih sangat muda untuk menjadi perawat.” Ia bertanya tanpa menatap perawat itu.Bibir tipis tanpa polesan lipstick itu tidak lagi memamerkan senyum. “Saya hanya magang di sini. Saya belum dua puluh tahun.”Mata Marvel menelusuri setiap lekukan seragam yang membalut kulit perawat muda ini. Ia menghela napas. Lagi-lagi meyingkirkan kecantikan dan kemolekan perawat muda di depannya ini. Lagi-lagi meskipun tidak semolek Cecilia Jung, Kelly memiliki aura sensual yang bisa menarik lelaki mana pun ke dalam pesonanya. Rasanya, ia pernah melihat wanita muda ini, tetapi di mana?“Baikla

  • Lost In Yorkshire   Chapter #30 Perawat Kelly

    “Oh, kepalaku!”Marvel Dawson menggerakkan tangannya untuk menyentuh pelipis yang terasa sakit. Perban. Ia lantas menggerakkan tubuh. “Argh!” Seluruh sendi dan tulangnya terasa sakit.Dengan susah payah, punggung Marvel berhasil bersandar di kepala tempat tidur. Dalam pandangannya, semua benda masih berputar-putar. Pun dengan sosok yang baru saja muncul dari balik pintu.“Tuan Dawson, Anda sudah sadar.”Marvel memejamkan mata agar nuansa berputar-putarnya hilang. Saat dirasa sedikit lebih baik, seraya kembali membuka mata.Suara tadi berasal dari seorang wanita muda yang tak dikenalnya. Namun—dari pakaian wanita muda itu dan ruangan serba putih serta interior di sini—Marvel kemudian tahu bahwa ia sedang berada di rumah sakit dan wanita ini adalah perawat.“Apa yang terjadi padaku?” tanyanya dengan uj

  • Lost In Yorkshire   Chapter #29 Kemunculan Marshella Wood

    Suasana di kafe Perky Peacock cukup ramai di hari yang dingin ini. Angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Marvel memilih tempat duduk yang mudah baginya melihat ke sisi Jembatan Lendal. Di antara lalu lalang, tidak ada satu pun yang ia kenal. Itu lebih baik.Pelayan beberapa kali melewatinya. Marvel merasa harus segera pergi sebelum ditegur untuk kedua kalinya karena belum memesan apa pun di sini. Ini sudah waktunya jam makan siang dan belum ada tanda-tanda Dean Alvaro muncul di Jembatan Lendal. Marvel juga tidak melihat anak buah Gale di sekitar.Ingatan Marvel kembali pada saat pertemuannya dengan Lord Frederick di ruangan itu. Saat akan keluar dari penginapa bersama Gale, ia sempat memperhatikan sekeliling ruangan dan akhirnya mencapai pada satu kesimpulan bahwa penginapan itu bukanlah tempat pertemuannya dengan Lord Frederick. Artinya, setelah “disakiti” secara tak kasat mata, pria itu dipindahkan ke tempat

DMCA.com Protection Status