Beranda / Romansa / Long Way Home (Indonesia) / 10 | A Moment To Remember

Share

10 | A Moment To Remember

Penulis: ByMiu
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-18 22:21:17

Aku membersihkan luka Harry dengan hati-hati. Sementara pria itu hanya diam membisu semenjak perseteruan dirinya dengan Chris berakhir beberapa waktu lalu. Walau aku tidak tahu mana kenyataan yang benar, maksudku antara pembelaan Harry maupun Chris yang jauh berkebalikan, bagaimanapun juga hatiku condong pada Harry. Aku memercayai dia melebihi orang-orang di sekitarku. Aku yakin dia selalu berkata jujur.

"Ini sudah malam. Beristirahat--"

Tiba-tiba Harry meraih pergelangan tanganku usai aku selesai mengobatinya dan hendak beranjak dari kamarnya. Hijau Harry menatapku datar, tak ada emosi apapun yang mampu ku baca. "Apa... kau akan pergi? Kau tidak memercayaiku?"

Pun aku tersenyum tipis sambil menyentuh wajahnya. "Kau kekasihku, tentu aku percaya. Sekarang tidurlah."

"Temani aku." Ia menatapku dengan tatapan meminta. "Aku merasa sedikit... kacau. Dan itu cukup mengganggu."

Aku menunduk, ku yakin pipiku memerah sempurna. Memang sudah 2 minggu kami berstatus sebagai sepasang kekasih, namun kami masih menjaga jarak satu sama lain. Kami selalu tidur di kamar terpisah, sehingga keinginan Harry barusan tentu mengejutkan. Terlebih aku baru menolaknya saat ia melamarku di hadapan banyak pasang mata. Ini akan luar biasa canggung sekaligus mendebarkan.

"Kau terlalu banyak berpikir, Britt." Ia menarik tangangku sehingga aku pun jatuh di atas tubuhnya. Kemudian dia bergeser, menjadikanku kini berada di sisinya. Bisa ku rasakan tubuhku menegang, karena hanya bisa mengamati langit-langit kamar tanpa bergerak sedikit pun. Aku benar-benar terlihat konyol. "Kau hanya perlu memejamkan mata, lalu bermimpi." Tambahnya lagi seraya membawa kelapaku bersandar di salah satu tangannya sebelum membawaku bersembunyi di dadanya. "Aku sudah memberimu izin."

"Izin? Atas apa?" Tanyaku yang sedari tadi hanya bisa memainkan jemariku gugup.

"Memimpikanku."

Dahiku mengernyit, kemudian sadar jika ia sedang merayu dengan cara menggelikan, "Kalau begitu haruskah aku mengucapkan terima kasih?"

"Tentu. Tidak semua orang mendapatkannya."

"Terima kasih, Tuan Harry Edward."

Kami pun tertawa, membuat suasana kami, khususnya hatiku menjadi lebih baik. Masalah yang tadi sempat datang serasa hilang. Kami menikmati waktu bersama ini sebaik mungkin.

"Kita tidak akan seks, Britt."

Aku mendongak, bingung. Perlahan aku menggangguk, walau sebenarnya ada rasa ingin bertanya; mengapa? Apa ia tidak memiliki ketertarikan seksual?

"Bukan itu maksudku." Harry tertawa seolah membaca pikiran dapat diperbuatnya. "Seks sebatas untuk melepaskan gairah, tidak ada perasaan yang terlibat di dalamnya. Berbeda dengan bercinta. Bercinta hanya dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai, dan-" Wajah kami pun berhadapan, berbagi helaan nafas. "Dan kita akan bercinta, Brit. Itu pun apabila aku sudah berhasil membuatmu mencintaiku."

"Harry?"

Pipiku lantas dibelainya lembut. "Ya?"

"Entah kehidupan seperti apa yang aku miliki dulu. Yang pasti aku sedang menghadapi masa kini. Di hadapanku ada kau, dan aku mencintai itu. Aku mencintaimu."

Ia terdiam oleh perkataanku seperti tidak percaya. Tak lama berselang bibirnya mendekat, dan kami berciuman mesra serta penuh kehati-hatian, mengingat dirinya masih masih terluka.

"Jika kau tidak keberatan, aku berniat mengubah keputusanku." Lanjutku memberanikan diri. Sekalipun Chris hadir dengan segala kepalsuannya guna menggoyahkan perasaanku, aku mencoba yakin untuk mencintai Harry sepenuh hati. Hanya dia seorang yang aku inginkan. "Lamaranmu terlalu manis untuk aku tolak. Mari kita tentukan tanggal pernikahannya."

Harry seketika mengecup seluruh wajahku bertubi-tubi. Aku bahkan sampai mendorongnya sambil terkekeh, lantaran janggut tipisnya membuatku kegelian.

"Aku tidak akan mengecewakanmu. Terimakasih sudah mau menjadi pendampingku." Harry pun terhenti sejenak. Ujung bibirnya sepersekian detik kemudian terangkat ke atas. "Jadi apakah kita harus melakukannya malam ini?" Tanyanya menggoda.

"Maksudmu?"

"Bercinta."

Harry memerhatikanku intens, tanpa ada tekanan sama sekali. Ia menunggu kesiapanku hingga matang. Pun akhirnya aku menggangguk pelan, menyerahkan seluruh yang ku miliki.

"I'll be gentle." Bisiknya diiringi dengan membuka pakaianku.

-----

Aku sudah terbangun dari setengah jam yang lalu. Harry masih memelukku dari belakang, masih tertidur juga. Beruntung ini hari sabtu, sehingga dia bisa beristirahat lebih lama dibandingkan hari-hari biasanya. Sebenarnya aku ingin beranjak dari ranjang, tetapi di saat bersamaaan aku enggan bila gerak tubuhku kemungkinan akan membangunkannya.

"Membayangkan yang semalam?"

Suara berat Harry menggelitiki telingaku. Wajahku langsung merah padam, serta aku pun menyingkirkan tangannya jauh-jauh. Ternyata dari tadi ia sedang mengawasiku.

"Aku masih ingin memelukmu." Harry pun menjatuhkan tangan besarnya lagi di pinggangku, menahanku yang semula berniat mengenakan pakaian. Oh, aku tidak tahu kalau ia ternyata memiliki sisi manja.

"Biarkan aku menyiapkan sarapan."

"Aku bisa memakanmu. Lagipula kau enak." Balas Harry dengan mata terpejam. Sontak aku mencubit pinggangnya sambil memaksa enyah dari ranjang. Dasar pria mesum!

Aku nyaris jatuh begitu kakiku mendarat di lantai. Semacam hilang keseimbangan. Oh astaga, mengapa bagian bawah tubuhku terasa sakit? Belum aku menyadari apa penyebabnya, Harry secara tiba-tiba bangun dan membantuku mengenakan bra.

"Apakah aku sehebat itu?" Dengan semburat seringaian yang jelas tergambar, ia bertanya. "Permainanku bahkan sampai membuatmu tidak mampu berjalan."

"Hentikan, Harry."

Lantas ku dorong tubuhnya, kesal sekaligus malu. Selepas meninggalkan Harry, aku terburu-buru menuruni anak tangga. Sebaiknya aku segera membuat sarapan sebelum terlalu siang. Aku pun mengambil 4 lembar roti untuk ku bakar, lalu telur mata sapi serta bacon.

Begitu aku selesai dan hendak menaruhnya di meja makan, Harry secara bersamaan muncul. Dahiku mengernyit melihat ia sudah berpakaian rapih.

"Bukankah hari ini kau tidak ada sidang?"

Harry mengambil tempat duduk di hadapanku, kemudian menaruh saus tomat di piringku, saus kesukaanku. "Memang, tapi aku harus mengurus berkas kepindahan kita di beberapa tempat." Jawabnya santai sambil memberikanku garpu dan pisau. "Aku akan kembali sebelum makan malam. Tak apa?"

Menghela nafas berat, aku sekilas membuang muka. "Apakah ini keputusanmu semata? Mengapa kau tidak merundingkannya denganku?"

"Aku sudah mengatakannya sejak kemarin, Britt. Kita akan pindah ke Belanda secepat mungkin."

"Tapi aku tidak pernah mengiyakan." Tukasku tenang, enggan menciptakan perselisihan. "Keluargaku di sini, Harry. Mungkin mereka sedang kesulitan mencariku. Dan jika aku ikut pindah bersamamu, kesempatanku untuk bertemu dengan mereka akan hilang."

"Lalu bagaimana jika mereka tidak mencarimu? Atau apakah kau berharap Chris adalah suamimu dan kalian benar sudah memiliki anak? Begitukah?"

Harry bertanya dengan satu nada tajam. Jujur itu melukai perasaanku. Aku bahkan tidak memikirkan kejadian di taman semalam yang mana Chris hadir dan mengaku sebagai suamiku. Begitupun dengan nama Alex yang disebutkan olehnya sebagai anak kami. Aku tahu itu hanya kepura-puraan Chris guna memanfaatkan amnesiaku. Namun tidak ku sangka Harry justru kembali membahasanya dan berprasangka buruk atas diriku.

"Apa itu pertanyaan yang pantas setelah aku menerima lamaranmu? Setelah aku mengatakan ingin menikah denganmu?"

Rahang Harry yang sempat mengeras, melemah. Ia meremas tanganku lembut. "Maafkan aku telah berucap kasar seperti tadi. Aku... hanya memiliki pikiran bahwa mungkin kau akan berpaling padanya."

"Kita akan menikah, Harry. Itu artinya bagiku kau merupakan pria yang paling istimewa." Tuturku membuatnya tersenyum kecil. "Dan apabila ada sesuatu hal, sebaiknya kita bicarakan. Aku tidak suka kau memutuskannya sendiri. Hargai aku juga."

"Sekali lagi maafkan aku." Harry sedikit bangkit dari duduknya guna mencium dahiku. "Kalau begitu kita rundingkan juga dengan Lia dan Dion terlebih dahulu."

"Aku setuju."

Menghabiskan makanan, setelahnya kami memutuskan cuddle di sofa dengan menonton film a moment to remember. Aku berada di dekapan Harry dengan selimut beludru yang menutupi tubuh kami berdua. Terlebih di luar rintik-rintik hujan turun. Benar-benar weekend yang sempurna.

"Kau mau coklat panas?" Tawar Harry.

Aku mengangguk semangat, "Terdengar enak." Saat ia bangkit, aku iseng melingkarkan tangan di lehernya sebelum memberikan kecupan di bibir pria itu. "Aku bersedia melakukan ini seumur hidupku."

"Menciumku?"

"Nope, bermalas-malasan."

Harry langsung mencium agresif bibirku hingga aku kewalahan. Sampai bel rumah berbunyi kami pun akhirnya baru berhenti. Aku berjalan ke arah pintu depan, sementara Harry menyisir ke arah dapur guna membuat coklat panas untuk masing-masing kami.

Senyum mengembangku seketika hilang begitu menyadari siapa yang bertamu. Lebih dari itu, sosok anak laki-laki yang turut hadir menjadikanku terkesiap, lalu mundur sebanyak satu langkah.

"Mom! Aku merindukanmu!"

---

NOTE:

WAAAA BRITTANY UDAH PUNYA ANAK GES!

Bab terkait

  • Long Way Home (Indonesia)   11 | Berikan Aku Waktu

    Sudah nyaris 1 jam aku bersembunyi di dalam kamar. Apa yang barusan terjadi membuatku terkejut. Seorang anak menyebutku 'mom' dengan senyum yang merekah lebar. Itu semakin memperkuat ucapan Chris yang ku kira sebatas kebohongan belaka. Tentang aku yang merupakan istrinya, juga tentang kami yang sudah memiliki seorang anak lelaki bernama Alex --ya dia adalah anak itu.Pintu kamar pun diketuk. Lantas cepat-cepat aku menghapus air mataku. "Sebentar, Harry. Aku akan kelu... ar." Suaraku menipis begitu tersadar sosok yang masuk bukanlah Harry, melainkan Chris. Mengapa Harry bisa membiarkan dia kemari? "A-apa yang kau lakukan? Pergi!""Berikan aku kesempatan bicara." Chris berjalan mendekat, namun aku langsung melemparinya dengan berbagai barang disekitarku. Aku enggan mendengar satu kata pun dari mulutnya. Aku belum siap, atau lebih tepatnya

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-18
  • Long Way Home (Indonesia)   12 | Foto Bersama

    Aku mengeratkan selimut ketika mendengar suara mesin mobil dari halaman rumah. Saat aku yakin itu Harry, aku pun memejamkan mata dengan posisi tidur miring. Ini sudah pukul 3 pagi, dan aku tidak percaya dia baru kembali setelah kami sempat beradu mulut. Kekesalanku bertambah manakala dia tidak mengangkat telponku maupun membalas pesanku. Dia tahu betul cara membuatku gelisah setengah mati."Britt?" Harry memanggil bersamaan dengan sentuhannya di pundakku. "Aku tahu kau belum tidur. Maafkan aku sudah meninggalkanmu seperti tadi."Aku tak bergeming barang satu inchi pun. Bisa ku rasakan sisi ranjang terisi begitu Harry memeluk tubuhku dari belakang. Tangan kanan itu melingkar di pinggangku, sementara wajahnya dia tenggelamkan pada rambutku sebelum merambah pada bagian pundak. Kemudian aku tersadar helaan nafasnya berbau alkohol, terkesan

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-18
  • Long Way Home (Indonesia)   13 | Untuk Apa Datang?

    Alex baru saja dijemput oleh bus sekolah. Dia berusia 5 tahun dan duduk di kelas taman kanak-kanak. Sebelumnya Alex terus berbicara agar aku tidak menghilang lagi. Bahkan dia tetap menatapku sambil melambaikan tangan dari bagian belakang bus. Aku terhibur akan kelakuan menggemaskannya, walau di satu sisi kejadian yang terjadi sejauh ini masih terasa seperti mimpi. Dan hati kecilku dengan sangat egoisnya sedikit berharap dapat mengakhiri mimpi panjang ini, untuk kembali pada Harry. Oh, aku pasti gila! Apa yang baru saja aku pikirkan?Beralih pada Chris, dia pagi-pagi sekali sudah ke bandara mengantarkan Celine dan Gerald (kedua orangtuanya, atau haruskah ku sebut ibu-ayah mertuaku?) Mereka sungguh hangat sekaligus mengerti kondisiku. Sayangnya setelah satu minggu berkunjung, mereka harus kembali ke Manthattan. Di satu minggu ini pun aku mulai tahu banyak hal. Namun dari semuanya, yang pali

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-18
  • Long Way Home (Indonesia)   14 | Sulit, Tapi Harus

    "Apa saja."Aku berucap tak berselera. Harry melirik karena sikapku mungkin membuatnya kesal. Dia menyebutkan dua full english breakfast dan orange juice sebagai menu sarapan paksanya bagiku."Aku ingin putus." Lanjutku, tanpa basa-basi."Makan dulu agar kau punya energi lebih untuk memutuskanku."Aku mengerucutkan bibir. Apa-apaan ini? Harry pun mengeluarkan ponselnya, memainkannya. Dia terus begitu, asik dengan gadgetnya, seolah aku tak ada di hadapannya. Lalu untuk apa dia repot-repot meyeretku kemari? Dan juga tau darimana dia rumahku?Setelah pesananku datang, Harry menaruh ponselnya di meja. Matanya kali ini tertuju padaku. Atas tatapan tajam itu, akhirnya aku berinisiatif mera

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-18
  • Long Way Home (Indonesia)   15 | Fakta Baru

    Setelah makan bersama Harry, aku tidak benar-benar pulang ke rumah. Aku sengaja mendatangi sekolah Alex sebagai pengalih rasa sedihku. Ku ambil cermin dari dalam tas, memastikan aku tak terlihat sembab usai menangis. Pun aku segera turun dari taksi.Ini masih pukul 10 pagi, Alex dan teman-temannya masih berada di dalam kelas. Ku perhatikan lamat-lamat situasi sekitar, berharap ada yang bisa ku ingat. Dari yang Chris bilang, aku kecelakaan dalam perjalanan menjemput Alex pulang sekolah. Pasti aku sering melakukan rutinitas ini. Namun kenapa aku tetap sulit mendapatkan kenangan itu?"Anna?" Sapa seorang wanita. Dia berusia sekitar 30 tahun, dan tersenyum hangat. Apa Alex berteman dengan anak dari ibu ini? "Kau kemana saja? Sudah lama aku tidak melihatmu.""Ah, hallo? Kau mengenalku?" Bal

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-27
  • Long Way Home (Indonesia)   16 | Sepupu yang Terlalu Dekat

    "Sudah berapa kali aku katakan, jangan mengangkat ponselku sembarangan!"Chris yang baru keluar dari kamar mandi, merebut ponselnya. Helena hanya memajukan bibirnya kesal. Dia memilih bersembunyi dibalik selimut karena tubuh telanjangnya begitu kedinginan. Baru saja mereka bermesraan guna melepaskan penat, kini Chris sudah kembali emosi."Kenapa kau memarahi begitu? Lagipula tadi hanya salah sambung."Di ceklah sebentar kontak yang masuk, benar nomor asing. Setelahnya, Chris melepaskan handuk sebatas pinggang guna berpakaian. Ini sudah hampir makan malam. Chris tidak mau istrinya curiga, sekalipun dirinya ragu kalau Anna mengkhawatirkannya. Baru selesai memakai celana kerja dan akan meraih kemejanya, tangan Helena terlebih dahulu melingkar di pinggang Chris. Secara tidak langsung Helena i

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • Long Way Home (Indonesia)   17 | Siapa Pelakunya?

    "Sistem kekebalan dan pencernaan Alex belum sempurna. Sehingga kacang memang berbahaya bagi tubuhnya." Jelas seorang dokter IGD pada Brittany dan Harry. Brittany terus menggenggam tangan Alex yang terbebas dari tali infus, sementara Harry diam mendengar penuturan barusan. "Beruntung Alex cepat dibawa kemari, kalau tidak, bisa terjadi syok anafilaksis yang dapat membahayakan nyawanya."Hati Brittany betulan sakit. Ibu macam apa sebenarnya dia ini? Kenapa hal sekrusial ini bisa dia lupakan juga?"Alex akan kami pindahkan ke kamar rawat inap. Dia perlu perawatan setidaknya selama satu hari.""Baik, dokter. Tolong lakukan yang terbaik." Jawab Harry.Dua orang perawat mendorong ranjang Alex. Mereka melewati lorong rumah sakit, lalu berbelo

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • Long Way Home (Indonesia)   18 | Mari Kita Cari Tahu

    Harry menyelimuti Brittany yang tertidur lelap di samping Alex. Perempuan itu menolak berbaring di sofa, jadilah dia duduk di kursi dan menenggelamakan wajah pada bantalan lengan. Katanya biar tahu kalau Alex tiba-tiba siuman."Kau yakin?" Bisik Harry selagi menutup pintu kamar inap Alex. Ada seseorang yang menghubungi Alex, yaitu Lucas, teman semasa kuliah yang kini bekerja sebagai detektif di kepolisian. "Kenapa bisa sampai tidak ada cctv? Bukankah setiap tempat seharusnya sudah terpasang?""Tempat yang kau sebutkan hanya ruko kosong, Harry. Cctv jalan pun sudah lama tidak berfungsi." Balas Lucas di sebrang sana."Apa yang kau dan atasanmu lakukan dengan uang pajak?!" Harry berteriak frustasi."Besok pagi aku akan mencari tahu lagi. Ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-30

Bab terbaru

  • Long Way Home (Indonesia)   18 | Mari Kita Cari Tahu

    Harry menyelimuti Brittany yang tertidur lelap di samping Alex. Perempuan itu menolak berbaring di sofa, jadilah dia duduk di kursi dan menenggelamakan wajah pada bantalan lengan. Katanya biar tahu kalau Alex tiba-tiba siuman."Kau yakin?" Bisik Harry selagi menutup pintu kamar inap Alex. Ada seseorang yang menghubungi Alex, yaitu Lucas, teman semasa kuliah yang kini bekerja sebagai detektif di kepolisian. "Kenapa bisa sampai tidak ada cctv? Bukankah setiap tempat seharusnya sudah terpasang?""Tempat yang kau sebutkan hanya ruko kosong, Harry. Cctv jalan pun sudah lama tidak berfungsi." Balas Lucas di sebrang sana."Apa yang kau dan atasanmu lakukan dengan uang pajak?!" Harry berteriak frustasi."Besok pagi aku akan mencari tahu lagi. Ku

  • Long Way Home (Indonesia)   17 | Siapa Pelakunya?

    "Sistem kekebalan dan pencernaan Alex belum sempurna. Sehingga kacang memang berbahaya bagi tubuhnya." Jelas seorang dokter IGD pada Brittany dan Harry. Brittany terus menggenggam tangan Alex yang terbebas dari tali infus, sementara Harry diam mendengar penuturan barusan. "Beruntung Alex cepat dibawa kemari, kalau tidak, bisa terjadi syok anafilaksis yang dapat membahayakan nyawanya."Hati Brittany betulan sakit. Ibu macam apa sebenarnya dia ini? Kenapa hal sekrusial ini bisa dia lupakan juga?"Alex akan kami pindahkan ke kamar rawat inap. Dia perlu perawatan setidaknya selama satu hari.""Baik, dokter. Tolong lakukan yang terbaik." Jawab Harry.Dua orang perawat mendorong ranjang Alex. Mereka melewati lorong rumah sakit, lalu berbelo

  • Long Way Home (Indonesia)   16 | Sepupu yang Terlalu Dekat

    "Sudah berapa kali aku katakan, jangan mengangkat ponselku sembarangan!"Chris yang baru keluar dari kamar mandi, merebut ponselnya. Helena hanya memajukan bibirnya kesal. Dia memilih bersembunyi dibalik selimut karena tubuh telanjangnya begitu kedinginan. Baru saja mereka bermesraan guna melepaskan penat, kini Chris sudah kembali emosi."Kenapa kau memarahi begitu? Lagipula tadi hanya salah sambung."Di ceklah sebentar kontak yang masuk, benar nomor asing. Setelahnya, Chris melepaskan handuk sebatas pinggang guna berpakaian. Ini sudah hampir makan malam. Chris tidak mau istrinya curiga, sekalipun dirinya ragu kalau Anna mengkhawatirkannya. Baru selesai memakai celana kerja dan akan meraih kemejanya, tangan Helena terlebih dahulu melingkar di pinggang Chris. Secara tidak langsung Helena i

  • Long Way Home (Indonesia)   15 | Fakta Baru

    Setelah makan bersama Harry, aku tidak benar-benar pulang ke rumah. Aku sengaja mendatangi sekolah Alex sebagai pengalih rasa sedihku. Ku ambil cermin dari dalam tas, memastikan aku tak terlihat sembab usai menangis. Pun aku segera turun dari taksi.Ini masih pukul 10 pagi, Alex dan teman-temannya masih berada di dalam kelas. Ku perhatikan lamat-lamat situasi sekitar, berharap ada yang bisa ku ingat. Dari yang Chris bilang, aku kecelakaan dalam perjalanan menjemput Alex pulang sekolah. Pasti aku sering melakukan rutinitas ini. Namun kenapa aku tetap sulit mendapatkan kenangan itu?"Anna?" Sapa seorang wanita. Dia berusia sekitar 30 tahun, dan tersenyum hangat. Apa Alex berteman dengan anak dari ibu ini? "Kau kemana saja? Sudah lama aku tidak melihatmu.""Ah, hallo? Kau mengenalku?" Bal

  • Long Way Home (Indonesia)   14 | Sulit, Tapi Harus

    "Apa saja."Aku berucap tak berselera. Harry melirik karena sikapku mungkin membuatnya kesal. Dia menyebutkan dua full english breakfast dan orange juice sebagai menu sarapan paksanya bagiku."Aku ingin putus." Lanjutku, tanpa basa-basi."Makan dulu agar kau punya energi lebih untuk memutuskanku."Aku mengerucutkan bibir. Apa-apaan ini? Harry pun mengeluarkan ponselnya, memainkannya. Dia terus begitu, asik dengan gadgetnya, seolah aku tak ada di hadapannya. Lalu untuk apa dia repot-repot meyeretku kemari? Dan juga tau darimana dia rumahku?Setelah pesananku datang, Harry menaruh ponselnya di meja. Matanya kali ini tertuju padaku. Atas tatapan tajam itu, akhirnya aku berinisiatif mera

  • Long Way Home (Indonesia)   13 | Untuk Apa Datang?

    Alex baru saja dijemput oleh bus sekolah. Dia berusia 5 tahun dan duduk di kelas taman kanak-kanak. Sebelumnya Alex terus berbicara agar aku tidak menghilang lagi. Bahkan dia tetap menatapku sambil melambaikan tangan dari bagian belakang bus. Aku terhibur akan kelakuan menggemaskannya, walau di satu sisi kejadian yang terjadi sejauh ini masih terasa seperti mimpi. Dan hati kecilku dengan sangat egoisnya sedikit berharap dapat mengakhiri mimpi panjang ini, untuk kembali pada Harry. Oh, aku pasti gila! Apa yang baru saja aku pikirkan?Beralih pada Chris, dia pagi-pagi sekali sudah ke bandara mengantarkan Celine dan Gerald (kedua orangtuanya, atau haruskah ku sebut ibu-ayah mertuaku?) Mereka sungguh hangat sekaligus mengerti kondisiku. Sayangnya setelah satu minggu berkunjung, mereka harus kembali ke Manthattan. Di satu minggu ini pun aku mulai tahu banyak hal. Namun dari semuanya, yang pali

  • Long Way Home (Indonesia)   12 | Foto Bersama

    Aku mengeratkan selimut ketika mendengar suara mesin mobil dari halaman rumah. Saat aku yakin itu Harry, aku pun memejamkan mata dengan posisi tidur miring. Ini sudah pukul 3 pagi, dan aku tidak percaya dia baru kembali setelah kami sempat beradu mulut. Kekesalanku bertambah manakala dia tidak mengangkat telponku maupun membalas pesanku. Dia tahu betul cara membuatku gelisah setengah mati."Britt?" Harry memanggil bersamaan dengan sentuhannya di pundakku. "Aku tahu kau belum tidur. Maafkan aku sudah meninggalkanmu seperti tadi."Aku tak bergeming barang satu inchi pun. Bisa ku rasakan sisi ranjang terisi begitu Harry memeluk tubuhku dari belakang. Tangan kanan itu melingkar di pinggangku, sementara wajahnya dia tenggelamkan pada rambutku sebelum merambah pada bagian pundak. Kemudian aku tersadar helaan nafasnya berbau alkohol, terkesan

  • Long Way Home (Indonesia)   11 | Berikan Aku Waktu

    Sudah nyaris 1 jam aku bersembunyi di dalam kamar. Apa yang barusan terjadi membuatku terkejut. Seorang anak menyebutku 'mom' dengan senyum yang merekah lebar. Itu semakin memperkuat ucapan Chris yang ku kira sebatas kebohongan belaka. Tentang aku yang merupakan istrinya, juga tentang kami yang sudah memiliki seorang anak lelaki bernama Alex --ya dia adalah anak itu.Pintu kamar pun diketuk. Lantas cepat-cepat aku menghapus air mataku. "Sebentar, Harry. Aku akan kelu... ar." Suaraku menipis begitu tersadar sosok yang masuk bukanlah Harry, melainkan Chris. Mengapa Harry bisa membiarkan dia kemari? "A-apa yang kau lakukan? Pergi!""Berikan aku kesempatan bicara." Chris berjalan mendekat, namun aku langsung melemparinya dengan berbagai barang disekitarku. Aku enggan mendengar satu kata pun dari mulutnya. Aku belum siap, atau lebih tepatnya

  • Long Way Home (Indonesia)   10 | A Moment To Remember

    Aku membersihkan luka Harry dengan hati-hati. Sementara pria itu hanya diam membisu semenjak perseteruan dirinya dengan Chris berakhir beberapa waktu lalu. Walau aku tidak tahu mana kenyataan yang benar, maksudku antara pembelaan Harry maupun Chris yang jauh berkebalikan, bagaimanapun juga hatiku condong pada Harry. Aku memercayai dia melebihi orang-orang di sekitarku. Aku yakin dia selalu berkata jujur."Ini sudah malam. Beristirahat--"Tiba-tiba Harry meraih pergelangan tanganku usai aku selesai mengobatinya dan hendak beranjak dari kamarnya. Hijau Harry menatapku datar, tak ada emosi apapun yang mampu ku baca. "Apa... kau akan pergi? Kau tidak memercayaiku?"Pun aku tersenyum tipis sambil menyentuh wajahnya. "Kau kekasihku, tentu aku percaya. Sekarang tidurlah."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status