Home / Romansa / Limerence / Acara Pertunangan

Share

Acara Pertunangan

Author: Widii
last update Last Updated: 2021-04-07 15:18:41

Caca pikir tidak akan menangis melihat sang kakak menyematkan cincin ke jari manis perempuan lain. Dia sudah menyiapkan mental sekuat baja selagi di apartemen, mengatur pernapasan berkali-kali agar bisa menghadapi dengan senyuman.

Tapi, sudut matanya tetap basah melihat interaksi keduanya dari kejauhan. Seolah ada belati menikam tepat di ulu hati.

Caca mengusap air mata dengan punggung tangan, lalu bergerak ke sisi ballroom menepikan diri dari keramaian. Mama dan papanya sedang menanggapi tamu serta terlihat menunjukkan ekspresi bahagia. Evaline menyusuri meja-meja prasmanan diikuti Bibi.

Tidak tanggung-tanggung, acara pertunangan dilaksanakan di ballroom hotel berbintang dengan tamu cukup banyak mulai dari rekan bisnis sang papa dan teman-teman Adelia. Acaranya terus disorot kamera mengingat calon istri sang kakak merupakan model terkenal.

"Ca, Mama cari-cari, lho. Kenapa malah di sini?" Arnita berdecak lega berhasil menemukan anak perempuannya. Dia mengangkat ekor gaun ketika berjalan mendekat. "Ayo, kita mau foto keluarga."

"Tadi angkat telepon sebentar, Ma. Di dalam rame." Caca meringis, dia tahu sudah memupuk dosa membohongi mamanya.

Arnita menatap anak gadisnya dengan kening berkerut, sedikit tidak percaya. "Dari siapa,Mama nggak lihat kamu sedang teleponan?"

"Iya, udah selesai."

"Caca, kamu kenapa nangis, Sayang?"

Perempuan itu langsung panik mendapati sudut mata anaknya basah. Ia langsung menangkup pipi sang anak. "Bilang sama Mama, apa yang bikin anak Mama sedih? Kamu takut Mas Abian akan berbagi kasih sayang?"

Caca menggeleng. "Enggak, Ma. Ya ampun ... buat apa Caca takut berbagi, toh, udah berbagi sama Evaline." 

Wanita itu tersenyum lega. "Kamu hanya terharu, ya, Sayang. Mama juga begitu, Adelia perempuan baik. Dia cocok buat Mas Abian."

'Buka mata Mama kalau Adelia bermuka lima,' batin Caca tidak sependapat.

Caca pernah bertemu Adelia jauh sebelum mengetahui akan tunangan dengan Abian. Saat itu Caca menemani Chessy, sahabatnya, yang mengidolakan Adelia, namun diremehkan gara-gara Chessy model baru yang tidak memiliki kualitas.

Sejak peristiwa itu Caca sebal melihat Adelia sombongnya selangit. Dia berjanji tidak mau berurusan lagi dengan Adelia. Siapa sangka takdir berkata lain, justru Abian mengenalkan perempuan itu sebagai calon tunangan. Entah kapan sang kakak mengenalnya, memang Abian cukup tertutup soal perempuan. 

Mau dipaksa gimanapun. Caca tidak bisa mengubah perasaan tak sukanya pada attitude Adelia. Apalagi tahu perempuan itu terlalu menuntut sang kakak dan suka cari muka di depan mama dan papanya.

"Ya udah, Ma. Katanya mau foto." Caca tidak ingin mendengar sang mama berlanjut membanggakan calon menantu bermuka dua.

Rasa tidak sukanya pada Adelia belum tentu mengubah keputusan sang kakak menikahi perempuan itu. Caca berharap, entah gimana caranya, bisa melupakan Abian.

Keduanya melangkah ke arah Abian dan tunangannya, berjalan di antara keramaian dan tersenyum pada orang-orang yang dikenali. 

"Kemana aja, sih, ngilang aja kayak Evaline," tegur Abian, masih dengan ekspresi bahagia di wajahnya. Dia menjawil hidung sang adik. "Lagi cari cowok ganteng, ya."

Abian itu suka meledeknya. Sering mengatakan akan mengetes dulu laki-laki yang mendekatinya lolos seleksi atau tidak. Abian tidak mau Caca salah menjatuhkan pilihan dan berujung patah hati. Dia benar-benar menjaga adiknya.

"Mas, malu sama tamu." Caca manyun, sedangkan Adelia tersenyum sinis melihat keakraban keduanya.

"Mas Abian pokoknya harus di sebelah Evaline, ya," celoteh gadis kecil berusia sepuluh tahun saat akan sesi foto, mengambil posisi di tengah Abian serta Adelia. Tak lupa menggandeng tangan sang kakak secara posesif. Seakan belum rela berbagi kasih sayang lagi bersama Adelia, cukup berebut perhatian Abian dengan sang kakak, Camelia.

'Bagus Evaline, kamu memang adik terbaik,' batin Caca senang. Dia puas melihat ekspresi kesal di wajah Adelia yang berusaha ditutup senyuman palsu.

Selama di depan kamera, Caca menampilkan senyum terpaksa. Namun, senyum itu memudar begitu melihat sang kakak menggenggam tangan Adelia usai sesi foto-foto. 

Abian terlihat sangat tampan mengenakan setelan nude, sedangkan Adelia memakai gaun senada sepanjang mata kaki dihiasi detail brokat bagian dada. Orang bilang keduanya serasi, tampan dan cantik. Begitu yang Caca dengar dari sebagian tamu undangan.

Diam-diam Caca keluar begitu melihat sang mama sibuk mengobrol dengan kerabat, papanya juga bicara sama rekan bisnisnya, lalu pasangan yang baru bertunangan masih dihujani ucapan selamat. 

Caca hanya mengucapkan sekali, usai keduanya berfoto dengan cincin sama. Tidak perlu berkali-kali bukan?

Evaline sedang berlari-lari menyerbu es krim, di belakang ada Bibi mengejar takut kalau-kalau anak majikannya berbuat ulah selagi Caca keluar ballroom.

"Ca, kamu nggak apa-apa?" 

Bagus salah satu sahabat sejak masa putih abu-abu datang, memegang bahu Caca yang sedang terisak menuju lobi hotel.

"Bagus, kamu ngapain ke sini?" Caca mendongak dengan pipi basah air mata.

Bagus itu mencintai Caca sejak lama. Hobi menempel pada Caca seperti lebah, sekalipun tahu perasaannya sepihak. Baginya bukan masalah besar, dia akan terus berusaha merebut hati perempuan idamannya.

Caca memang cantik dari orok, wajar antrean mengular untuk jadi pacarnya. Sayang tidak ada satu pun diterima.

Kalau menurut Malika, Bagus juga terlalu imut sebagai laki-laki. Kulit putih mulus, wajah bersih, dan baby face. Malika bilang lebih cantik memakai rok. Memang mulut Malika bar-bar sendiri daripada ketiga sahabatnya. 

Tak heran semasa sekolah Bagus masuk nominasi idola cewek-cewek karena mirip opa-opa Korea. Kalau boleh dibilang Bagus dan Caca sama-sama menjadi incaran lawan jenis.

"Aku cemas sama kamu, Honey." Bagus menatap khawatir.

Mendengar Bagus datang di waktu tepat, Caca makin terisak. Dia memang butuh tempat sampah menumpahkan unek-unek.

"Tahu nggak sih aku tuh sakit banget, keterlaluan sakitnya." Caca memukul-mukul dadanya sendiri. "Bisa-bisanya Mas Abian suka sama perempuan sombong itu. Apa hebatnya dia sih? Bilang sama aku, apa dia lebih cantik?"

"Nggak, kamu paling cantik." Bagus jujur, di matanya Caca cantik alami tanpa perlu bantuan bedak dan segala macam.

Caca tertawa miris di sela-sela isak tangisnya. "Perempuan sialan, dia udah matre, sombong, nggak ada baik-baiknya."

Bagus membiarkan Caca mengumpat sepuas hati. Lalu memeluk tubuh ramping Caca dan mengatakan, "Menangislah sepuas kamu."

"Gus?" Perempuan itu mendongak, dia tidak sadar jantung Bagus bersenam ria ditatap dekat. "Bawa aku pergi sekarang, ke mana pun, terserah kamu."

"Hah?" Bagus berusaha menangkap maksud Caca. "Ke mana, nanti dicari orang-orang."

Caca menggeleng cepat. "Nggak akan, aku nggak penting di sini."

Widii

Duh kasihan patah hati si Caca. Kira-kira cocok sama Bagus atau Abian, ya?

| Like

Related chapters

  • Limerence   Patah Hati Akut

    Bagus mengamati Caca yang terus menatap lurus ke depan seakan-akan jiwanya sedang melalang buana. Aroma menggoda dari kue, segelas lemon tea, yang diambil Bagus dari kulkas tidak membuat Caca menoleh. Padahal Bagus meyakini belum ada secuil makan pun melewati kerongkongan serta mengisi perutnya di acara pertunangan tadi. "Caca, kamu makan atau minum dulu." Bagus menyentuh bahu Caca seraya menghadapkan ke arahnya. Sebaliknya, Caca mengabaikan niat baik Bagus. Sedikit heran kenapa temannya membawa pulang ke apartemen bukan cari tempat untuk meluapkan rasa sakitnya. Mau ke mana saja, bar sekalipun khusus hari ini Caca tidak menolak. "Ini bukan Caca yang aku kenal." Ia menyapu rambut rapinya ke belakang sedikit frustrasi. "Please ...." Bagus menggenggam tangan Caca yang terasa dingin. "Gus ...." Bibir dipulas lipstik nude bergetar dan mata bulatnya kembali berkaca-kaca. Perempuan itu masih mengenakan gaun peach sepanjang mata kaki. Model gaun

    Last Updated : 2021-04-11
  • Limerence   Pura-pura Baik

    Di Starbucks, Adelia menatap ponselnya dengan kesal usai menerima telepon dari Abian. Pasalnya mereka janjian berdua setelah berhari-hari sibuk dengan pekerjaan. Adelia sibuk pemotretan sana-sini, sedangkan Abian sedang fokus merancang desain untuk mal besar yang akan dibangun. "Hari ini aku bawa Evaline soalnya tadi maksa ikut. Kamu keberatan nggak kalo kita pindah ke McD aja? Ini Evaline minta es krim sundae." Kalimat Abian yang membuat kekesalan Adelia naik berkali lipat, sudah berganti lokasi, ditambah ada anak kecil. Dari awal memang Adelia kurang suka dengan kedua adik tunangannya, terutama Caca yang seakan ingin melahapnya hidup-hidup setiap beradu pandang. Adelia juga bisa merasakan kalau Caca berusaha memisahkan dirinya dengan Abian, entah apa motifnya. Di samping itu, Adelia juga ingin menguasai Abian sendiri. Dia paham secinta apa Abian pada dirinya yang merupakan teman masa kecil. Terpisah puluhan tahun ternyata tidak membuat Abian melupakan

    Last Updated : 2021-05-02
  • Limerence   Hari Anniversary

    Malam ini merupakan anniversary papa dan mamanya yang ke sebelas. Mau tak mau, Caca hadir ke acara sederhana yang dihadiri keluarga besarnya. Caca juga sudah jauh-jauh hari membeli tiket liburan untuk kado pernikahan mama dan papanya agar meluangkan waktu berdua. "Mama dan Papa selamat, ya?" Caca memeluk tubuh ramping sang mama yang dibalut long dress putih. Kemudian beralih ke sang papa yang terlihat tampan diusia tak muda lagi. "Makasih, Sayang. Mama kira kamu lupa saking sibuknya. Mama kangen kamu nggak datang-datang, tiap Mama mau ke sana kamu bilang akan pergi ketemu klien." Mamanya merajuk. Kadang-kadang Arnita bertingkah seperti anak kecil menyindir Caca jarang sekali pulang. Mamanya paling tidak bisa melihat formasi anaknya tidak lengkap dan belum merelakan anak gadisnya tinggal terpisah. Caca tersenyum memeluk lagi mamanya sebentar. "Mana mungkin aku lupa, selalu berlebihan deh, Mama." "Yang penting sekarang anak kita berkumpul, Ma."

    Last Updated : 2021-05-04
  • Limerence   Masalah Prioritas

    "Are you okay?" tanya Bagus berkali-kali melirik Caca yang sedang menyandarkan bahu lelah ke kursi mobilnya. "Memang aku kenapa?" Caca pura-pura terkekeh, padahal hatinya menjerit. Caca memang patah hati melihat interaksi Adelia dan orang yang dicintai. Apalagi saat keduanya dansa berdua, dan Caca terpaksa dansa dengan Bagus sehingga laki-laki berwajah baby face itu senang sekali. Tapi, Caca memutuskan akan lebih kuat. Apalagi saat mendengar Adelia dengan sombong mengingatkan posisinya di hati Abian. Caca tidak mau terlihat lemah, dia menahan diri agar tidak tersulut emosi. Barulah saat Adelia hendak mengejeknya lagi, dengan gerakan santai Caca menumpahkan sisa cocktailnya ke gaun merah marun yang membalut tubuh ideal Adelia sampai perempuan itu hendak memaki. "Sorry, aku nggak sengaja," ucap Caca tadi bertepatan dengan mamanya datang. Arnita langsung meminta maaf, sedangkan Adelia kembali memasang ekspresi sok baik. Adelia

    Last Updated : 2021-05-05
  • Limerence   Dinding Pembatas

    Abian tidak mau memaksa adiknya ikut, hanya ingat dulu Caca suka merajuk minta ditemani menikmati ikan bakar dengan olesan bumbu gurih di restoran dekat kantornya. "Mas kangen sama kamu, Ca," gumamnya. Abian menarik napas panjang, dia sudah memasuki lift dan akan turun ke lantai dasar. Di dalam lift kepalanya dipenuhi nama Caca, yang berubah akhir-akhir ini. Sekarang adiknya seakan membangun dinding pembatas. Setelah sampai di lantai dasar, Abian segera melangkah ke arah mobil hitam yang terparkir di luar. Senyumnya mengembang selagi berpapasan dengan karyawan, memang Abian ramah pada siapa pun. Tidak heran orang-orang nyaman berada di dekat Abian. Lima belas menit berlalu, dia sudah sampai di restoran seafood dan menemukan perempuan yang dicintainya duduk sendiri. Wajahnya terlihat kesal saat melihat Abian datang. Namun, kecantikannya tidak pudar apalagi dipoles make up mahal. Sekarang Abian menghampiri dan hendak mengusap pipi yang dit

    Last Updated : 2021-05-17
  • Limerence   Efek Cemburu

    Bagus baru saja merebahkan tubuh ke sofa empuk warna marun pilihan maminya. Tidak ada orang yang menyambut untuk menawarkan teh seperti di rumah. Bagus terbiasa sendiri asalkan bisa berdekatan dengan Caca.Kemeja biru, dasi, dan sepatu pantofel sudah terlepas. Sekarang hanya ada kaus putih membalut otot-otot memesona. Seharian Bagus lelah menghadapi karyawan perempuan yang menargetkan dirinya sampai meminta bolak-balik untuk modus.Risiko orang ganteng, begitu pikirnya.Bagus menatap layar ponsel di genggaman yang menyala, menggulir gawainya untuk melihat chat masuk. Sementara badannya masih bertumpu pada sandaran sofa.Chessy : Pulang belum?Melihat pengirim pesan, dalam pikirannya sudah menebak kalau perempuan yang hobi merepotkan akan merecoki hidupnya. Saking lelahnya, Bagus meletakkan ponsel ke meja tanpa berniat membalas chat tidak penting.Chessy : GusChessy : PChessy : Balik belum sih? Aku dari siang di tempat C

    Last Updated : 2021-05-19
  • Limerence   Calon Suami Chessy

    Chessy melangkah lebar menyusuri koridor apartemen di lantai sebelas, menuju ke unit 118 tempat sahabatnya tinggal dengan empat ekor kucing. Kadang-kadang Chessy heran, Camelia mau menghabiskan waktu mudanya merawat kucing-kucing.Tangannya merogoh ponsel di tas clutch begitu mendengar alunan lagu 'My love', setengah mengumpat menebak orang yang menelepon."Chessy. Mas nggak bisa antar kamu ketemu Arsa," ujar suara di seberang.Rambut melewati bahu yang baru dicat cokelat mengentak-entak selagi langkahnya terayun. Chessy berdecak kesal melirik dress putih selutut dan merias wajahnya sehingga terkesan niat banget menemui orang asing, paksaan sang mama dengan ceramah panjang lebar. "Oke, lagian aku malas bertemu.""Chessy, Mas nggak mau terlibat kalau kamu diusir dari rumah," sahut suara di ujung telepon tanpa rasa iba. Padahal sendirinya puluhan kali menolak perempuan yang disodorkan mamanya.Chessy berpikir sejenak, dia bisa saja

    Last Updated : 2021-06-02
  • Limerence   Mewawancarai Calon Pengantin

    Bunyi nyaring ponsel mengejutkan Caca, dia terpaksa mengeluarkan ponsel dari tas mungil yang biasa dibawa keluar. Caca baru saja pulang dari rumah menuruti rengekan mamanya persis anak kecil meminta anaknya pulang. Jadilah Caca menginap satu hari. "Kenapa?" Caca malas-malasan menjawab. "Kamu sudah balik ke apartemen belum? Lupa kalau ada janji bertemu calon pengantin?" Caca mengerutkan kening cukup dalam. "Calon pengantin?" Bagus tertawa. "Ah, jadi kamu sudah pikun. Kita mau ketemu Chessy." Caca menghempaskan tubuh ke sofa memanjang di ruang tamu, dia lupa kalau Chessy baru tunangan, hanya mengundang keluarga besarnya. Padahal Caca yang heboh mengabarkan beritanya ke Malika serta Bagus. Mendadak ketularan sifat pelupa Chessy. Efek bertemu Abian masih tersisa. "Aku sudah di apartemen," ujarnya sebelum memutus sambungan telepon, tapi suara bel apartemen langsung terdengar. Dengan malas-malasan Caca membuka pintu, lalu mendengkus se

    Last Updated : 2021-06-03

Latest chapter

  • Limerence   Klien di Bogor

    Caca mengecek pesan-pesan yang masuk ke gawainya, salah satunya dari klien di Bogor mengajak bertemu di jam makan siang. Sebelum jari-jari lentiknya tergerak membalas pesan, ia sempat-sempatnya mengambil ikat rambut di meja dan menguncir tinggi-tinggi agar angin di balkon semakin menyentuh leher jenjangnya. Pesan masuk terus beruntun, terakhir dari fotografer yang mengingatkan jadwal pemotretan. Perempuan yang kini duduk manis balkon kamar ditemani laptop serta satu mug cokelat hangat buru-buru meneruskan pesan ke modelnya. Ya, sekalipun yakin kalau Chessy besok bisa lupa. Selain menjadi ghost writer juga merangkap menjadi asisten model sekaligus artis yang sepi job. Siapa lagi kalau bukan gadis menyusahkan yang harus diakui sahabat. Caca mencatat ke note yang tergeletak di sebelah laptop. Lalu matanya mengedar ke pemandangan hijau yang menenangkan di depan. Kelopak matanya terpejam sesaat selagi menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk meme

  • Limerence   Kondangan

    Caca mematut di depan cermin mengenakan gaun yang akan dipakai ke pernikahan Chessy. Sejak kemarin Malika serta Bagus heboh mengajak ke mal mencari gaun baru. Caca menolak dengan alasan koleksi yang jarang dipakai masih memenuhi isi lemari. Setelah dipikir-pikir jodoh tidak bisa ditebak. Sahabatnya yang memiliki sederet list kelakuan minus dan gagal move on sejak dilepehkan sadis oleh sang mantan. Tiba-tiba menyebar undangan akan dinikahi pria ganteng sekaligus kaya. Lamunan terjeda oleh ponsel yang bergetar bergetar sebentar, memunculkan pesan masuk dari Bagus. Tangannya terulur menggeser posisi smartphone yang ada di meja. Bagus : Sepuluh menit lagi aku tunggu di pintu. Caca : Oke. Dia meraih tas clutch untuk menjejalkan ponsel ke dalamnya. Lalu kembali menatap cermin lanjut merias tipis-tipis wajahnya agar tidak malu-maluin dibawa ke kondangan. Kelar merias wajah, mengenakan jam tangan guess, lalu meraih heels yang sudah dise

  • Limerence   Aroma Perselingkuhan

    "Jadi kamu mau liburan demi melupakan Abian. Percaya sama aku pasti sia-sia."Caca mengangkat bahu, tangannya mengaduk-aduk jus jambu dengan sedotan lalu menyesap perlahan. Mata beningnya melirik ke jam tangan guess berulangkali. "Lama, ya?""Sebentar lagi paling, maklum dia pejabat pasti sibuk banget." Malika tadinya menemani Edgar bertemu temannya, kebetulan melihat Caca duduk sendirian. Sebagai sahabat yang baik memilih menemani Caca daripada diabaikan Edgar pasti sibuk mengobrol apa saja dengan teman kuliahnya. "Kamu jadi liburan?" ulangnya.Caca menaikkan alis. "Mau saja dibohongi Bagus, aku ada klien di Bogor jadi sekalian menginap di puncak itung-itung refreshing otak.""Jadi Bagus bohong bilang kamu liburan mau melupakan Abian?" tampang Malika terlihat geram. "Sialan."Gadis yang dibalut kemeja cokelat mengangguk, menyesap lagi jus jambu sampai kerongkongan benar-benar basah. Alasan mengenakan kemeja karena kliennya bukan orang sembarangan.

  • Limerence   Mewawancarai Calon Pengantin

    Bunyi nyaring ponsel mengejutkan Caca, dia terpaksa mengeluarkan ponsel dari tas mungil yang biasa dibawa keluar. Caca baru saja pulang dari rumah menuruti rengekan mamanya persis anak kecil meminta anaknya pulang. Jadilah Caca menginap satu hari. "Kenapa?" Caca malas-malasan menjawab. "Kamu sudah balik ke apartemen belum? Lupa kalau ada janji bertemu calon pengantin?" Caca mengerutkan kening cukup dalam. "Calon pengantin?" Bagus tertawa. "Ah, jadi kamu sudah pikun. Kita mau ketemu Chessy." Caca menghempaskan tubuh ke sofa memanjang di ruang tamu, dia lupa kalau Chessy baru tunangan, hanya mengundang keluarga besarnya. Padahal Caca yang heboh mengabarkan beritanya ke Malika serta Bagus. Mendadak ketularan sifat pelupa Chessy. Efek bertemu Abian masih tersisa. "Aku sudah di apartemen," ujarnya sebelum memutus sambungan telepon, tapi suara bel apartemen langsung terdengar. Dengan malas-malasan Caca membuka pintu, lalu mendengkus se

  • Limerence   Calon Suami Chessy

    Chessy melangkah lebar menyusuri koridor apartemen di lantai sebelas, menuju ke unit 118 tempat sahabatnya tinggal dengan empat ekor kucing. Kadang-kadang Chessy heran, Camelia mau menghabiskan waktu mudanya merawat kucing-kucing.Tangannya merogoh ponsel di tas clutch begitu mendengar alunan lagu 'My love', setengah mengumpat menebak orang yang menelepon."Chessy. Mas nggak bisa antar kamu ketemu Arsa," ujar suara di seberang.Rambut melewati bahu yang baru dicat cokelat mengentak-entak selagi langkahnya terayun. Chessy berdecak kesal melirik dress putih selutut dan merias wajahnya sehingga terkesan niat banget menemui orang asing, paksaan sang mama dengan ceramah panjang lebar. "Oke, lagian aku malas bertemu.""Chessy, Mas nggak mau terlibat kalau kamu diusir dari rumah," sahut suara di ujung telepon tanpa rasa iba. Padahal sendirinya puluhan kali menolak perempuan yang disodorkan mamanya.Chessy berpikir sejenak, dia bisa saja

  • Limerence   Efek Cemburu

    Bagus baru saja merebahkan tubuh ke sofa empuk warna marun pilihan maminya. Tidak ada orang yang menyambut untuk menawarkan teh seperti di rumah. Bagus terbiasa sendiri asalkan bisa berdekatan dengan Caca.Kemeja biru, dasi, dan sepatu pantofel sudah terlepas. Sekarang hanya ada kaus putih membalut otot-otot memesona. Seharian Bagus lelah menghadapi karyawan perempuan yang menargetkan dirinya sampai meminta bolak-balik untuk modus.Risiko orang ganteng, begitu pikirnya.Bagus menatap layar ponsel di genggaman yang menyala, menggulir gawainya untuk melihat chat masuk. Sementara badannya masih bertumpu pada sandaran sofa.Chessy : Pulang belum?Melihat pengirim pesan, dalam pikirannya sudah menebak kalau perempuan yang hobi merepotkan akan merecoki hidupnya. Saking lelahnya, Bagus meletakkan ponsel ke meja tanpa berniat membalas chat tidak penting.Chessy : GusChessy : PChessy : Balik belum sih? Aku dari siang di tempat C

  • Limerence   Dinding Pembatas

    Abian tidak mau memaksa adiknya ikut, hanya ingat dulu Caca suka merajuk minta ditemani menikmati ikan bakar dengan olesan bumbu gurih di restoran dekat kantornya. "Mas kangen sama kamu, Ca," gumamnya. Abian menarik napas panjang, dia sudah memasuki lift dan akan turun ke lantai dasar. Di dalam lift kepalanya dipenuhi nama Caca, yang berubah akhir-akhir ini. Sekarang adiknya seakan membangun dinding pembatas. Setelah sampai di lantai dasar, Abian segera melangkah ke arah mobil hitam yang terparkir di luar. Senyumnya mengembang selagi berpapasan dengan karyawan, memang Abian ramah pada siapa pun. Tidak heran orang-orang nyaman berada di dekat Abian. Lima belas menit berlalu, dia sudah sampai di restoran seafood dan menemukan perempuan yang dicintainya duduk sendiri. Wajahnya terlihat kesal saat melihat Abian datang. Namun, kecantikannya tidak pudar apalagi dipoles make up mahal. Sekarang Abian menghampiri dan hendak mengusap pipi yang dit

  • Limerence   Masalah Prioritas

    "Are you okay?" tanya Bagus berkali-kali melirik Caca yang sedang menyandarkan bahu lelah ke kursi mobilnya. "Memang aku kenapa?" Caca pura-pura terkekeh, padahal hatinya menjerit. Caca memang patah hati melihat interaksi Adelia dan orang yang dicintai. Apalagi saat keduanya dansa berdua, dan Caca terpaksa dansa dengan Bagus sehingga laki-laki berwajah baby face itu senang sekali. Tapi, Caca memutuskan akan lebih kuat. Apalagi saat mendengar Adelia dengan sombong mengingatkan posisinya di hati Abian. Caca tidak mau terlihat lemah, dia menahan diri agar tidak tersulut emosi. Barulah saat Adelia hendak mengejeknya lagi, dengan gerakan santai Caca menumpahkan sisa cocktailnya ke gaun merah marun yang membalut tubuh ideal Adelia sampai perempuan itu hendak memaki. "Sorry, aku nggak sengaja," ucap Caca tadi bertepatan dengan mamanya datang. Arnita langsung meminta maaf, sedangkan Adelia kembali memasang ekspresi sok baik. Adelia

  • Limerence   Hari Anniversary

    Malam ini merupakan anniversary papa dan mamanya yang ke sebelas. Mau tak mau, Caca hadir ke acara sederhana yang dihadiri keluarga besarnya. Caca juga sudah jauh-jauh hari membeli tiket liburan untuk kado pernikahan mama dan papanya agar meluangkan waktu berdua. "Mama dan Papa selamat, ya?" Caca memeluk tubuh ramping sang mama yang dibalut long dress putih. Kemudian beralih ke sang papa yang terlihat tampan diusia tak muda lagi. "Makasih, Sayang. Mama kira kamu lupa saking sibuknya. Mama kangen kamu nggak datang-datang, tiap Mama mau ke sana kamu bilang akan pergi ketemu klien." Mamanya merajuk. Kadang-kadang Arnita bertingkah seperti anak kecil menyindir Caca jarang sekali pulang. Mamanya paling tidak bisa melihat formasi anaknya tidak lengkap dan belum merelakan anak gadisnya tinggal terpisah. Caca tersenyum memeluk lagi mamanya sebentar. "Mana mungkin aku lupa, selalu berlebihan deh, Mama." "Yang penting sekarang anak kita berkumpul, Ma."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status