Felicia mengusap tempat tidur di sampingnya mencari keberadaan suaminya, semalam dia terlalu lelah sampai tidak tahu suaminya pulang jam berapa. Seharian dia banyak menghadiri acara bersama teman-temannya dan melakukan pertemuan dengan beberapa orang, dia mendapatkan tawaran menjadi bintang iklan. Felicia sangat senang, setelah menikah dengan Abiyan karirnya semakin melejit, nama Abiyan semakin melambungkan namanya. Cinta sejati yang dia tawarkan sebagai brand dirinya. Bahkan berita tentang penantian selama lima tahun menjadi trending topic.“Ternyata dengan menjual kisah sedihku membuat karirku semakin baik, aku akan mempertahankanya meskipun harus berpura-pura menjadi wanita paling sabar.” Felicia merasa sangat beruntung dengan apa yang dia dapat, meskipun dia hamil bukan anak Abiyan, setidaknya dia bisa megelabuhi suaminya. Tempat tidur di sebalahnya masih rapi, tidak ada tanda-tanda Abiyan menidurinya, Felicia lalu melihat ruang kerja Abiyan, di sana sama saja, tidak terlihat hab
Manusia itu memang selalu kurang, apa yang sudah halal tidak lagi menarik dan apa yang tidak halal terlihat begitu menarik. Setan telah melemparkan jeratan dan menghiasai apa-apa yang tidak halal menjadi menarik agar manusia terjerumus dalam dosa. Dan disinilah Abiyan merasa menyesal telah menceraikan Amara karena sejak saat dia menceraikan Amara, wanita itu semakin terlihat menarik di matanya.“Aku tidak nyangka kamu suka bekasku,” kata Abian tepat ditelinga Satria agar tidak terdengar Amara.‘Cih, dasar lelaki tak berperasaan menyamakan Amara dengan barang.’ Satria ingin sekali menyumpal mulut kakaknya dengan kaos kaki, bukankah itu pelecehan.“Sejak kapan aku suka bekasmu, kamu sentuh saja tidak.”“Dia itu mantan istriku.”“Sejak kapan kamu menganggapnya istri?” sinis Satria. Dia lalu memberi tanda pada Amara agar segera naik ke mobilnya, dia tidak mau berurusan dengan Abiyan.Abian mendekati Amara, rasanya tidak rela melihat mantan istrinya bersama Satria. Dia tidak tahu kenapa Am
Berita penggerebekan di klinik aborsi menjadi topik berita utama, pasalnya sang pemilik klinik adalah salah satu dokter terkenal, tidak ada yang menyangka kalau dokter itu masih membuka prektik ilegal.Bukan hanya berita tentang sang dokter, tapi Felicia beberapa minggu ini sedang menjadi perbincangan juga tengah berada di klinik itu, kebetulan sekali dia malah mendapatkan keuntungan dari berita itu. Cerita sedihnya telah membuat namanya semakin naik. Beberapa time line berita menceritakan tentang sang model.Model cantik Felicia berani mengaborsi anaknya hanya kerena suaminya tidak mau mengakui kehamilan anaknya.Sungguh miris nasib Felicia, sudah menanti lima tahun malah mendapat balasan buruk dari suaminya.Dan masih banyak lagi berita yang berseliweran di media social mulai dari yang memang mencari berita sampai yang bayaran, tentusaja Felica membayar beberapa aku gossip untuk menaikkan namanya. Parahnya lagi masyarakan percaya dengan berita itu dan mengecam sikap Abiyan yang terk
Satria lalu menghampiri Abian yang sedang dimaki oleh seorang pria. Sebagai seorang adik dia tidak rela kakaknya direndahkan, dia tahu kalau lelaki yang memaki Abiyan adalah rival kerja Abiyan.“Tuan Arlan, sebaiknya Anda pergi dari sini,” ujar Satria.Lelaki itu menoleh lalu tersenyum pada Satria, “saya ini pelanggan di sini, perlakukan kami dengan baik Tuan Satria.”“Tapi saya tidak butuh pelanggan sombong seperti Anda.”“Apa Anda mau bengkel Anda sepi pelanggan hanya karena membela lelaki tidak berguna ini.” Tertawa merendahkan.Bugh!Satria langsung meninju lelaki itu hingga tersungkur.“Sat, sudah jangan begini, nanti bengkel kamu sepi, apa kamu tidak tahu siapa dia.” Abian yang sedari tadi diam berusaha menenangkan adiknya.“Harta tidak ada apa-apanya dari pada kehormatan keluarga, aku tidak akan biarkan orang lain merendahkanmu.”Adik yang salama ini dia benci dan dia anggap rival, ternyata mempunyai hati yang sangat baik, dia bahkan tidak peduli dengan ancaman Arlan.Arlan ada
Abian mengepalkan tinjunya, wajahnya memerah dan rahangnya mengeras. Wanita yang dia cintai dengan mudahnya menfitnahnya dengan mencari simpati orang lain, apa yang diiginkan Felicia sebenarnya.Satria mengusap punggung kakaknya, dia tahu bagaimana perasaan kakaknya sekarang. Mungkin kalau dia tega dia akan mengatakan itu adalah hukuman buatnya karena telah mengabaikan Amara, tapi dia tidak setega itu pada kakaknya, dia berusaha menunjukkan simpatinya.Felicia keluar dari ruangan itu bersama kakaknya dengan senyum pongah. Kalau dia laki-laki, Abian akan menghajarnya. Senyum wanita itu langsung meredup kala melihat Abian yang menatapnya dengan wajah merah padam.“Pulang sekarang atau pernikahan kita berakhir,” tegas dan tajam, Abian lalu meninggalkan Felicia yang ditemani kakaknya.Satria mengikuti kakaknya dan masuk ke mobil. Pintu mobil terbuka memberi kesempatan pada Felicia untuk ikut. Tidak ada pembicaraan keduanya, hanya hati mereka yang berbicara. Satria paham bagaimana perasaan
“Kamu harus kurangi aktivitasmu, aku sudah kasih kamu obat agar bayimu lahir tepat waktu.”“Apa maksudnya?”“Apa kamu nggak ngerasa kalau anak kamu bisa saja lahir sebelum waktunya, posisi bayimu sudah berada di bawah.”“Apa? Lalu bagimana kalau suamiku tahu aku melahirkan padahal usia kandunganku baru jalan enam bulan?”“Itu urusanmu, aku hanya menjalankan tugasku.” Dokter Frans lalu meresepkan obat pada Felicia agar kehamilannya lahir tepat dari tanggal perkiraan.Felica tidak merasakan apa-apa pada kehamilannya seperti wanita hamil pada umumnya, mungkin Tuhan telah mencabut rasa sakit karena kehamilan itu berasal dari hubungan terlarang. Sudah sering terjadi di masyarakat bahkan mereka bisa melahirkan tanpa ada yang membantu padahal melahirkan itu taruhan nyawa yang nilai pahalanya setara berjihad.“Tapi dokter harus merahasiakan ini,” kata Felicia lalu mengambil resep obat yang diberikan dokter Frans.Dokter Frans hanya menggeleng, dia tidak tahu apa yang dipikirkan Felicia. Seben
Apa yang terjadi terkadang memang sesuai rencana, tapi semua yang terjadi adalah kehendak Sang Maha Kuasa. Setelah mendapatkan kabar dari Felicia, Abian langsung datang ke klinik Dokter Frans bersama mamanya. Abian masih belum mempercayai kenapa justru kabar buruk yang dia terima. Anaknya telah lahir premature dan akhirnya meninggal.“Maaf, Bi, aku tidak bisa menjaga anak kita.” Felicia menangis setelah Abian datang, entah tangisan apa yang dia keluarkan tapi dia sudah bisa membuat Abiyan juga menitikkan air mata.“Kenapa kamu tidak menghubungi kami dan orang tuamu mana?” Maria sangat menyesalkan kenapa di saat sepenting itu tidak ada yang mengabarinya.“Maaf, Ma, aku pendarahan dan nggak sempet ngabari kalian.”“Astagfirullah. Keluargamu mana?”“Mama sama Papa belum datang, Kak Refan yang temani aku.”“Kenapa juga Refan nggak ngabari kamu.” Maria masih saja mengeluhkan kenapa mereka tidak ada yang mengabarinya.“Mas Refan juga bingung.”Suasana hening sejenak saat petugas datang mem
“Jika mau menikah dengan anakku, syaratnya jujur. Aku tidak mau ada masalah nantinya jika kamu menutupi sesuatu.” “Insyaallah saya tidak menutupi apapun, Dara tahu semua tentang saya, Paman.”Lelaki berjambang itu tersenyum sinis, “apapun?”“I-iya.” Ditatap calon mertua seperti itu ternyata membuat lelaki dingin itu gugup. Dia tidak tau berhadapan dengan siapa, kalau tahu seperti apa lelaki bernama Adam, mungkin Frans akan berpikir dua kali lipat untuk menemuinya.“Kemarin Dara mengatakan kalau kamu sedang menutupi sesuatu.” Adam menatap tajam lelaki berwajah Indo-Jerman itu.“Saya tidak menutupi apa-apa, Paman.”Adam kembali menatap Frans dengan tatapan menguliti lalu tersenyum sinis, “aku tidak suka punya menantu yang menjalani bisnis gelap.”Frans menelan ludahnya, bisnis haram? Dia bahkan juga mengharamkan bisnis haram. Dia tidak akan melakukan bisnis yang merugikan orang lain. Selain menjadi Dokter dia juga punya klinik kecantikan yang dikelola adiknya.“Kamu menutupi siapa sebe
Merasa tidak mendapat perlindungan dari keluarga, Felicia akhirnya memutuskan meninggalkan tempat tinggal orang tuanya. Apa yang bisa dia harapkan dari orang tuanya, sedang selama ini dia tidak pernah mendapatkan ketenangan di sana. Felicia memang pernah melakukan hubungan bebas, itu karena dia lepas dari pengawasan orang tua, orang tua tidak memberi contoh yang baik. Felicia sadar, dengan kebebasan yang dia jalani selama ini ternyata tidak membuatnya tenang, dia harusnya mengambil pelajaran setelah kejadian demi kejadian menyakitkan yang dia alami.“Tuhan itu maha pengampun, perbaiki kehidupanmu. Jika kamu manusia beragama, maka kembalikan kehidupanmu pada jalur yang benar.” Nasehat itu yang akhirnya membuat Felicia tinggal di sebuah kota kecil jauh dari kebisingan. Seorang wanita pekerja kebun memberinya tempat tinggal setelah dia sampai dan kebingungan akan tinggal di sana.Wanita paruh baya memakai jilbab panjang itu menyambutnya sangat baik, tapi rumah kecil itu hanya mempunyai s
“Pa, kenapa Satria masuk, sebegitu bencinya kah anak kita padaku?”Maria menatap sedih jejak putranya yang sesaat tadi justru meninggalkan mereka tanpa menyalami bahkan mempersilahkan masuk pun tidak. Hati ibu mana yang tidak terluka melihat perlakuan anaknya seperti itu. Ego sudah diturunkan, sesal sudah dirasa. Namun, apa yang di dapat? Apa anak itu ingin membalas perbuatannya. Sungguh, jika itu benar Maria akan bersimpuh di hadapan putranya itu untuk meminta maaf.Kesalahannya memang terlalu fatal, bukan hanya pada Satria saja tetapi juga pada Amara—wanita yang seharusnya dia jaga karena dia sudah berjanji di depan pusara dua orang yang paling berjasa di hidupnya itu, dua orang yang telah mengorbankan diri agar suaminya tetap hidup sampai sekarang, dia berjanji akan menjadi orang yang selalu melindungi Amara. Namun, apa yang dia lakukan pada anak itu, dia malah menjauhkan anak itu dari keluarganya.Maria mulai menggali hatinya, bagaimana dia bisa berlaku kejam hanya karena ingin m
Setahun sudah berlalu, anak-anaknya jarang datang, lebih lagi satria, sudah setahun anak bungsunya itu tidak berkunjung. Buah-buahan di keranjang yang selalu dikirim Satria melalui kurir sebagai obat rindu. Maria merindukan anak-anaknya, dia telah menuai apa yang telah dilakukan pada anak-anaknya.Abian selalu saja sibuk, tiap kali dia menelepon agar anaknya itu datang, selalu saja beralasan sibuk. Ya, Maria yang meminta Abian untuk memperbaiki kualitas hidup agar kehidupannya lebih baik. Abian memang semakin sukses, dia juga sudah merambah usaha di berbagai bidang termasuk bidang otomotif dan usahanya yang baru beberapa bulan dirintis sudah sangat besar mengalahkan usaha Satria.Maria mempehatikan semua kegiatan kedua anaknya. Abian lebih kompetitif dan semakin gila kerja hingga setahun lebih pernikahan belum juga dikaruniai anak. Sedang Satria tidak terlalu bersemangat dengan usahanya, Satria bahkan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan anak-anaknya. Perkebunan
“Satria, kamu kenapa?” Amara langsung menghampiri lelaki berkemeja biru navi itu. Wajah yang tadi cerah berubah suram, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.“Pergi ke rumah mama batal,” ujar lelaki itu.Amara menarik tangan suaminya membawa presensi lelaki itu untuk duduk di sofa dekat jendela. Dia tahu kalau Satria tidak sedang baik-baik saja, lelaki itu masih belum bisa mengendalikan emosinya. Yang Amara tahu emosi seseorang akan berkurang saat duduk, kalau belum juga reda maka berbaring, itu kenapa dia mengajak Satria duduk. Satria menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Embusan napas berat ke luar dari mulutnya lalu tangan besarnya meraup wajah kasar.“Kamu masih ingat beberapa kali kita gagal ke rumah Mama?” Lelaki itu menarik sudut bibirnya. “Mama memang tidak mau kita ke sana. Semua yang terjadi pada kita, musibah kecil yang kita lalui saat akan ke rumah mama hingga kita mengurungkan niat ke sana itu ulah mama. Mama yang merencanakan semuanya agar kita tidak ke sana.”
“Aku yakin Mama yang merencanakan semua ini.”“Diam kamu Abi.”Abian menggeleng melihat kelakuan ibunya yang sudah tidak bisa dia cerna dengan akal sehat. Entah kepercayaan apa yang tertanam dalam pikiran ibunya dari dulu hingga kini tetap berpikir primitive.“Makanya Mama itu belajar sama ustaz, bukan sama guru spiritual. Guru spiritual itu sama dengan dukun. Mama tahu seberapa besar dosa orang yang mendatangi dukun?”“Sudah, jangan ceramah. Salat saja bolong-bolong malah ceramahin Mama. Sana belajar agama dulu sebelum ceramah.”Abian lantas meninggalkan ibunya, dia tidak mau peduli lagi karena capek jika berdebat dengan ibunya. Sejak dulu saat dia memprotes kenapa ibunya selalu membedakannya dengan adiknya, selalu saja jawabannya bahwa Satria adalah anak pembawa sial yang harus disingkirkan.Apa mungkin ini yang dimaksud ibunya? Bukankah beberapa waktu yang lalu ibunya sudah menerima Satria?Semakin dipikir membuat Abian pusin sendiri. Biarlah itu menjadi masalah ibu dan adiknya, ya
“Kamu tahu ‘kan kalau sejak dulu Mama tidak terlalu peduli padaku?” “Bukan tidak peduli, Sayang. Orang tua itu punya cara berbeda mengungkapkan rasa sayangnya pada anak-anaknya. Mungkin bagi Mama kamu cukup mandiri hingga Mama tidak terlalu mengkhawatirkanmu dan terbukti ‘kan kamu bisa mandiri tanpa bantuan mereka.”Amara mengusap bahu suaminya lalu duduk di sebelah lelaki itu.“Itu salah satu alasan. Ada alasan lain yang membuat Mama tidak terlalu mempedulikanku. Mama yang bilang setelah kita periksa waktu itu dan aku mulai berpikir bahwa ini adalah karma yang keluargaku lakukan di masa lalu.” Lelaki itu menggusah napasnya kemudian menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.“Karma?” Amara mengerutkan keningnya lantas meraih tangan suaminya. “Dalam agama kita tidak ada yang namanya karma. Apa kamu pernah lihat orang jahat hidupnya senang terus? Itu karena balasan dari perbuatan manusia itu nanti saat manusia telah mati. Di dunia itu hanyalah ujian.”“Tapi, Ra. Kesalahan keluarga kami sa
Felicia kali ini merasa menang, entah kenapa dia merasa berkali-kali mendapat dukungan semesta andai apa yang dia lakukan mendapatkan balasan, nyatanya dia masih tetap beruntung dan Abian yang telah dia bodohi kembali masuk perangkap dan dia yang beruntung.“Fel, thanks ya, kamu sudah membantuku. Tanpa kamu aku tidak bisa membalas mereka.”“Kamu ‘kan tahu kemampuanku, makanya jangan remehkan aku.” Felicia mengerucutkan bibirnya, tangannya bersendekap.“Iya, iya. Aku tidak akan meragukan kemampuanmu. Aku akan turuti apa pun yang kamu mau. Aku puas benget melihat Ferdian sudah jadi mayat.”Felicia hanya memberi tahu keberadaan Ferdian, tapi dia mendapatkan bonus kabar kalau Ferdian sudah membusuk di tempat persembunyiannya. Dia masih ingat dulu sering dijadikan alat oleh Ferdian untuk menjebak Abian, seingatnya tiga kali dia melakukan itu dan dalam hati kecilnya dia tidak tega melihat Abian menderita karena ulahnya.Bagaimana pun juga dia punya hati. Dia pernah mencintai Abian dan tidak
"Pasti ada masalah di sana, Ferdi pasti belum ke luar dari sana." Satria berjalan mondar-mandir setelah mengetahui tidak ada penerbangan atas nama Ferdian. Mereka memperkirakan Ferdian pasti akan ke Singapura setelah ketahuan, mereka tahu ke mana Ferdian akan bersembunyi."Coba Papa tanyakan Om Antony," kata Abian.Sejak penggrebekan Ferdian di salah satu rumah persembunyian Ferdian, mereka menunggu dengan cemas lelaki itu. Bagiamana pun juga mereka tidak mau Ferdian dalam bahaya, setidaknya jika dipenjara itu lebih aman.Kabar di lapangan Ferdian kabur dan setelah ditelusuri tidak ada jejak penerbangan atas nama Ferdian dan mobil Ferdian masih berada di sana."Ommu tidak tahu kabar Ferdi, mereka juga mencari," kata Atmaja menginformasi. "Pa, apa mungkin Ferdi terjebak di dalam rumah?" Satria mulai mencurigai karena yang dia tahu dari informasi anak buahnya, ada ruangan khusus bawah tanah yang menghubungkan ke arah dekat dermaga. Kemungkinan Ferdian berlayar juga bisa dipertimbangkan
"Abi, tolong bantu aku." Sebenarnya Felicia malu meminta bantuan pada Abian, dia malu karena telah beberapa kali menyakiti lelaki itu. Mengkhianati dan juga mempermainkan lelaki itu. Entah kemana urat malunya dia tanggalkan, dia hanya tidak bisa melakukannya sendiri. Dia masih berharap Abian mau menolongnya, setidaknya meski lelaki itu kemungkinan besar akan menghardiknya, tidak mengapa, Abian tidak akan tega membiarkannya, apalagi saat ini Felicia dalam keadaan terpuruk, ada beberapa luka memar di tangannya. "Memangnya apa yang dilakukan Nathan?" tanya lelaki itu.Felicia menunduk, dia mencoba menutupi lengannya yang terbuka, ada bekas cakaran di sana, entah bagaimana Nathan melakukannya."Ini semua karena Ferdian, dia yang membuat mood Nathan jadi buruk," jawab Felicia. Lelaki itu tersenyum sinis menatap felicia, kakinya disilangkan dan kedua tangannya bersendekap. Sungguh, lelaki itu tampak puas melihat penderitaan Felicia.Meski Felicia sudah memprediksi apa yang akan dilakukan