"Itu apa? Jawab? Jangan ita itu aja kamu tuh!" Aku sudah tak bisa bersikap hormat lagi pada lelaki yang seharusnya ku hormati ini."Bpkb mobil ku ada pada Ibu Lit, aku gak enak jika mau mengambilnya.""Gak enak mau ngambilnya, atau emang uda dipakai Ibu mu?" Tanya ku dengan sedikit membentak.Rasanya aku sudah tak bisa lagi menahan amaeah yang benar-benar sudah memuncak ini. Mas Danu, benar-benar sosok lelaki ya g tak pantas untuk ku panggil suami."Biasa aja dong ngomong nya. Ingat, aku tuh suami kamu. Bagaimana pun juga, kamu harus tetap bersikap sopan dan lemah lembut terhadap ku!" Bentak ya tak mau kalah.Mataku pun seketika membulat sempurna. Bukan nya meminta maaf, dia malah menyulut emosiku."Ngaca dulu kalau bicara Mas! Lelaki seperti mu tak pantas untuk diperlakukan lemah lembut. Andai saja kamu bisa menempatkan diri menjadi suami yang baik, tanpa kamu minta pun, aku bakal berusaha menjadi istri yang tak kalah baik buatmu.Orang kamu nya sendiri aja dzholim seperti ini padaku
Sudah dua hari ini Mas Danu tak pulang kerumah, aku pun juga tak pernah menanyakan kabar dirinya. Bahkan, Arina pun hanya sekali saja bertanya tentang keberadaan Ayahnya."Ma, Ayah kemana? Kok gak pulang?" Tanya nya sehari setelah Mas Danu pergi."Biasa, nginep dirumah Uti." Jawan ku singkat, dan dia pun langsung paham tanpa bertanya lagi.Gadis kecil ini rupanya sudah terbiasa ditinggal oleh Ayahnya menginap dirumah Uti nya bahkan pernah sampai seminggu lamanya."Besok beramgkatnya pagi aja Nduk kerumah mertuamu! Kalau kesiangan gak enak nantinya." Tukas Ibu saat kita sudah bersantai."Iya, Bu!" Jawab ku singkat.Arina pun datang, dan bermanja didekatku. Ku elus rambut hitamnya yang mengembang."Ma...!""Iya Nduk, ada apa?" Tanya ku"Kita nginep disana kah? Arina gak mau!" Ucapnya membuat ku langsung tersenyum dan menggeleng."Enggak sayang, kita langsung pulang. Gak pakai nginep." Jawabku mantap, yang langsung membuatnya bersyukur."Alhamdulillah...!" Dia pun menelangkupkan kedua ta
Pulang dengan perasaan dongkol itu benar-benar tak mengenak kan. Bahkan, aku sampai tak bisa dibuat terlelap oleh nya. Hari ini aku kembali tidur bersama Arina yang langsung terlelap saat sampai dirumah. Kasian, dia sampai tak bisa tidur siang karena disana sangat bising. Dan juga, dia yang tak nyaman dengan orang-prang disana. Makanya, pada saat aku dan Ibu sibuk rewang, dia nempel terus didekat kita."Nduk, ayo bangun... Mandi ya, air hangat nya sudah Mama siapkan. Nanti keburu dingin lo!" Ujar ku membujuk Arina."Nggg....!" Diapun hanya menggeliat, tanpa membuka matanya."Ayo bangun, katanya mau lihat Tante Kaila nikah dan Arin pakek baju princes. Yuk, makanya kita bangun."Aku memang sengaja membangunkan Arina pagi hari. Aku, Bapak dan Ibu sudah mandi, dan tinggal nunggu sarapan yang belum matang. Karena masih dibuatkan oleh Ibu.Dengan malas, Arin mengangkat tubuhnya, duduk dan mengucek mata. Kulihat dia masih begitu ngantuk."Ayo sayang, kita mandi. Takutnya nanti telat. Kan M
Suara panggilan Bude Ayu, terpaksa membuatku menghentikan langkah kaki. Tapi, kulihat Ibu, Bapak dan Arina sudah mendekati sepeda motor mereka."Mau kemana, Nduk?" Suaranya terdengar sedikit ngos-ngosan karena berlari mendekati ku"Ada apa emangnya Bude?" Tanya ku balik"Kamu itu mau kemana? Ayo ikut poto sama Bude. Keterlaluan emang mereka ini. Sudah tau ada menantu satunya, malah gak dilirik sama sekali." Umpat Bude gemas."Sudahlah Bude, lagian aku juga gak minat poto sama pengantinya. Gak dianggap pun juga sudah biasa." Ucapku seraya mengulum senyum kecut."Kamu mau pulang?" Tanya Bude yang langsunh ku jawab dengan anggukan kepala."Yasudah, terserah kamu aja Nduk. Tapi besok kamu datang kan? Biar besok Bude jemput aja ya. Kita berangkat sama-sama." Terang Bude."Iya, acaranya kan juga jam tiga sore. Besok jam setengan dua siang, Bude jemput kesana. Karena kita harus sampai sana setengah jam sebelum acara dimulai." Timpal Bude lagi."Iya Bude, makasih banyak ya. Maaf jika ngerepot
Aku sama sekali tak menggubris ucapan Mas Danu, malah mengalihkan pandangan pada Arina. Tapi siapa sangka, sekumpulan orang-orang yang berada disitu menatap ku dengan wajah yang sangat amat sinis.Sama halnya dengan kedua orang tuaku, juga Bude Ayu yang menatap Mas Danu dengan wajah sinisnya.Apalagi Santi yang menatap ku seperti mangsanya. Aku jadi ingin tertawa sendiri melihat ekspresinya yang seolah-olah ingin memangsa ku. Bahkan aku melihat nya, dia sampai memanyunkan bibirnya Kadang aku heran, padahal dia sedang hamil besar, entah kenapa dia sangat membenciku. Padahal aku ini kakak iparnya, yang seharusnya dihormati. Tapi bagi dia, seakan-akan aku adalah musuhnya.Padahal aku sama sekali tak pernah menyenggolnya. Dari awal kenal dia saat masih berpacaran dengan Dani, aku juga tak pernah sewot ataupun judes padanya. Tapi kenapa sifat dia bisa seperti ini?Entahlah, percuma juga memikirkan manusia yang unfaedah untuk hidup ku sendiri. Acara sesi foto didepan gedung pun selesai. Ka
"Oke, tapi jangan banyak-banyak ya Nduk!" Jawabku, untung saja putriku ini penurut, jadi dia langsung mengangguk.Aku berjalan menuju tempat es krim. Dan mengambilkan dua cup kecil, satu untuk Arina, dan satunya lagi untuk ku sendiri yang mendadak kepingin juga. Kemudian, mengajaknya balik ketempat Mbah nya duduk tadi."Lit, Ayo foto kedepan!" Aku sedikit tersentak kala Mas Danu menarik paksa tangan ku.Untung saja es krim yang masih ditangan ku tak sampai tumpah. Dengan kasar, aku langsung menepis tangan Mas Danu. Kami pun sempat menjadi tontonan keluarga. Bahkan Bude Ayu sampai menghampiri kami."Kamu kalau mau foto, ya foto sendiri aja. Gak usah ngajak-ngajak. Aku sudah bilang, aku gak minat!" Ucapku ketus."Kamu jangan egois kayak gitu dong Lit. Masak iya aku gak ngajak istriku foto didepan orang banyak. Malu aku!" Jawabnya entah kelewat polos atau oon."Malu katamu Mas? Lebih malu mana seandainya aku tak membeli sendiri baju yang hampir sama persis kayak yang Santi pakai diacara
Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka
Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk