“Dika!” panggil vano saat dia baru saja sampai di lantai ruang kerjanya.
“Selamat pagi pak!” sapa dika
“Pagi!” balas vano
“Saya perlu bantuan kamu berbicara dengan Audrey.” Jelas vano
Dika langsung menatap bossnya itu dengan tatapan terkejut.
“Ada apa?” tanya vano
“Saya tahu kamu masih sering melakukan komunikasi dengan Audrey.” Lanjut vano
Dika mengangguk mengiyakan.
“Iya pak. Tapi beberapa hari ini, saya sama Audrey sedang lost contact.” Jawab dika
“Apa yang terjadi?” tanya vano
“Audrey marah karena saya memberitahu keberadaannya pada pak Vano.” Ujar dika
“Dia tidak pernah semarah itu. Dan saya tidak tahu harus melakukan apa.” Sambung dika
Vano mulai memijat pelipisnya. Dia juga tidak tahu harus melakukana apa sekarang.
. . .
Beberapa hari telah berlalu, dan Ryan men
Malam ini, Ryan dan Yaya akan pergi kesebuah acara pernikahan. Itu adalah acara pernikahan rekan bisnis Ryan.“Dek. Udah belum?” tanya RyanYaya masih sibuk memakai antingnya. Dia bahkan baru memakai sebelah. Kenapa suaminya buru-buru sekali?“Dek!” panggil Ryan lagiDia sudah berdiri didepan pintu kamar mereka.“Kok lama banget sih dek? Nggak usah cantik-cantik juga.” Kata RyanDia berjalan mendekat dan memeluk Yaya dari belakang.“Udah siap kok kak. Yuk pergi!” ajak Yaya namun Ryan tidak bergerak sama sekali.“Kak..” panggil yaya“Aku udah males. Mending di rumah aja sama istri aku.” Balas RyanYaya memutar matanya malas mendengar itu.“Kebiasaan deh.” Kesal Yaya“Jadi setuju kan? Nggak jadi pergi.” Kata RyanYaya langsung menggeleng cepat.“Enggak! Kan aku udah siap kak.” Prote
Keesokan paginya, Ryan sudah bangun lebih dulu dibanding Yaya.“Tumben..” ucap Ryan saat melihat istrinya masih tertidur pulas.Biasanya, Yaya akan bangun lebih dulu dibanding Ryan. Tapi mengapa hari ini berbeda?Ryan berjalan mendekati Yaya, dan akan menciumnya. Namun..“Emm kak..” ucap yayaDia menjauhkan wajahnya dan itu membuat Ryan tidak bisa mencium istrinya.“Sayang. Kok gitu sih?” tanya Ryan“Jangan dekat-dekat aku.” Jawab YayaRyan menaruh tangannya di pinggang karena merasa aneh.“Kita ke dokter sekarang.” Kata Ryan“Nggak usah!” tolak yaya“Nggak ada penolakan.” Balas Ryan“Semalam aku disuruh tidur di sofa. Dan pagi ini, kamu nggak mau aku cium. Aku nggak tahan kalau jauh-jauh dari kamu sayang.” Jelas RyanYaya hanya tertawa mendengar itu. Walau begitu, dia tetap mengikuti perintah suami
Beberapa minggu setelah berita kehamilan Yaya. Diana akan melahirkan anak pertamanya hari ini.Yaya adalah dokter yang menangani Diana. Jadi hingga saat ini, Yaya selalu tahu tentang perkembangan janin Diana.“Yay!” panggil Dio“Gue minta tolong sama lo. Tolong bantuin Diana.” Ucap dioYaya menepuk bahu dio untuk menenangkan pria itu.“Tenang. Gue bakalan bantu sebisa gue.” Jawab YayaYaya tidak mungkin membiarkan Diana menderita disana.40 menit telah berlalu. Dan Diana sudah menggendong putri kecilnya.“Makasih Yay!” ucap DianaYaya mengangguk sebagai jawaban.“Baby-nya biar di bersihin dulu sama suster yah.” Ucap YayaWaktu memang berubah dengan sangat cepat.. . .Hari terus berlalu, namun bukannya semakin dekat dengan Audrey. Vano malah tidak tahu kemana perginya dia.Jika beberapa waktu lalu Vano tahu Audrey berada di Aus
Sore hari setelah pertemuan Yudha dan Audrey. Mereka lalu kembali ke Jakarta. Hanya Yudha dan Ina. Tanpa Audrey tentunya.“Kak Audrey kemana sih?” ucap YudhaNamun dia tahu. Meski mencaripun. Audrey tidak akan mau kembali bersama mereka.Akhirnya. Yudha dan Ina kembali lebih dulu.“Yudha!” panggil Ina“Hmm?” balas Yudha singkat“Lo kok nggak minta nomor telepon kak Audrey sih?” tanya InaAhh.. Iya!“Kenapa nggak lo ingetin tadi?” tanya Yudha“Ya gue lupa.” Balas InaYudha tahu dia tidak akan bisa bertemu secara sengaja dengan Audrey seperti itu lagi.“Kayanya gue harus ngasih tahu kak Vano.” Batin YudhaYudha itu sudah mengenal Vano sejak SMP. Dia sering keluar bersama Audrey dan Vano. Vano bahkan membantu Yudha agar bisa akrab dengan anak-anak basket di SMA mereka.. . .Keesokan paginya setelah sampai
Sore hari setelah pertemuan Yudha dan Audrey. Mereka lalu kembali ke Jakarta. Hanya Yudha dan Ina. Tanpa Audrey tentunya.“Kak Audrey kemana sih?” ucap YudhaNamun dia tahu. Meski mencaripun. Audrey tidak akan mau kembali bersama mereka.Akhirnya. Yudha dan Ina kembali lebih dulu.“Yudha!” panggil Ina“Hmm?” balas Yudha singkat“Lo kok nggak minta nomor telepon kak Audrey sih?” tanya InaAhh.. Iya!“Kenapa nggak lo ingetin tadi?” tanya Yudha“Ya gue lupa.” Balas InaYudha tahu dia tidak akan bisa bertemu secara sengaja dengan Audrey seperti itu lagi.“Kayanya gue harus ngasih tahu kak Vano.” Batin YudhaYudha itu sudah mengenal Vano sejak SMP. Dia sering keluar bersama Audrey dan Vano. Vano bahkan membantu Yudha agar bisa akrab dengan anak-anak basket di SMA mereka.. . .Keesokan paginya setelah sampai
Siang ini, Audrey akan pergi berbelanja. Sesampainya di sebuah mall yang terbilang besar itu, Audrey melihat seseorang yang terlihat kesusahan disana.“Excuse me.” Ucap Audrey“Do you need a help?” tanya AudreySaat orang tersebut mengangkat kepalanya. Audrey langsung terkejut.“Audrey?” panggilannya“Halo tante.” Balas Audrey“Lama nggak ketemu.” Lanjut audrey lagiDia baru saja bertemu dengan mamanya Vano.“Kamu apa kabar?” tanya mama vano“Baik kok tante.” Jawab Audrey“Tuh kan panggilnya tante lagi.” Protes mamanya vano“Panggil mama aja.” LanjutnyaAudrey mengangguk paham.“Mama kenapa?” tanya Audrey karena melihat mama Vano yang sedang kesusahan dengan sepatunya.“Ini sayang. Hills mama patah deh kayaknya.” Jawab mamaAudrey yang melihat itupun
Vano sudah sampai di London saat ini. Dia langsung pergi ke perusahaan yang tadi dikatakan Yudha.Sesampainya disana. Vano segera menanyakan tentang keberadaan Audrey.“Permisi..” ucap Vano pada bagian rresepsionis“Selamat siang Tuan.” Balasnya“Apa tuan Watson ada diruangannya hari ini?” tanya VanoPerusahaan itu adalah milik kenalan Vano. Mereka sempat melakukan kerja sama dulu.“Itu Tuan Watson!” ucap resepsionis ituVano langsung menatap ke arah yang dia tunjukkan. Tanpa menunggu lagi, Vano berjalan mendekat kearah tuan Watson.“Tuan Watson!” panggil VanoMendengar itu, Tuan Watson mulai memandang Vano.“Ah. Tuan Leonardo!” balas tuan Watson“Apa kita bisa berbincang sebentar?” tanya Vano.Beberapa menit telah berlalu. Dan disinilah Vano. Dia sedang berbincang bersama tuan Watson.“Jadi, anda kesini
Audrey ingin keluar untuk pergi ke supermarket hari ini. Semoga saja Vano tidak akan datang kerumahnya setelah diusir kemarin.“Gerbangnya tolong dibuka!” ucap Audrey pada pak satpamSaat Audrey akan keluar melewati gerbang, dia malah dihadang oleh beberapa orang.“Ada apa ini?” tanya AudreyDia turun dari mobilnya dan mengecek pintu gerbang.“Maaf. Kami mendapat perintah untuk tidak membiarkan anda pergi kemanapun.” Jelas seseorang yang berpakaian hitam lengkap.Mereka terlihat seperti bodyguard.“Maksudnya kami?” tanya AudreyDia hanya melihat seorang pria disana.“Saya dan beberapa rekan saya. Totalnya 10 orang.” JawabnyaAudrey melepaskan kacamatanya dan mulai shock.“10 orang?” ulang AudreyDia berjalan untuk memeriksa depan rumahnya untuk memastikan.“Are you serious?” ujar AudreyBodyguard itu han