Share

Lentera Kegelapan
Lentera Kegelapan
Penulis: Jiebon Swadjiwa

Prolog

Penulis: Jiebon Swadjiwa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 09:46:43

Malam terus merangkak sepi, secangkir espresso cukup kembali menyegarkan pikiranku yang bergelut dengan tumpukan kertas yang berisi berbagai kasus yang sedang aku selidiki. Suara ponselku berbunyi, memecah konsentrasi. Suatu hal yang sangat tidak aku sukai, namun kadang yang paling aku tunggu-tunggu. Aku memiliki dua ponsel yang digunakan untuk pribadi dan untuk urusan pekerjaan. Kali ini yang berbunyi ponsel untuk urusan kerja.

"Hallo, Inspektur James," sapaku membuka percakapan di ponsel itu.

"Ya hallo, Piere.sorry mengganggu tidurmu. Kami baru saja menemukan mayat yang berlokasi di dekat tempat tinggalmu. Kamu bisa segera datang ke sini?" Jawabnya.

Inspektur James Sukoco adalah teman baikku. Seorang inspektur polisi bagian kriminal yang sering meminta bantuanku untuk kasus yang dihadapinya. Bagiku sering kuartikan 'ada kasus, ada uang' Aku langsung bangun setelah memberikan kecupan hangat untuk istriku yang masih terlena dengan orgasme yang ia rasakan tadi. Setelah berbenah dan memakai baju, aku pun pergi. Kulajukan gerobak besi bernama Suzuki Ertiga menjauh dari rumahku.

Tempatnya tak jauh dari rumahku. Tak berapa lama aku sudah sampai. Hanya dengan mengitari satu blok perumahan. Kedatanganku bersamaan dengan lampu sirine yang meliuk-liuk ke segala penjuru, beberapa mobil polisi dan sebuah mobil ambulance terparkir di pinggir jalan. Lebih tepatnya di pinggir jembatan.

Kuparkir mobilku tak jauh dari mereka. Seseorang yang wajahnya sangat aku kenal menyambutku. Dengan tubuh yang sedikit gemuk tapi tidak tambun, kepala botak dan kumisnya lebat seperti tokoh video game Mario Bross, dialah inspektur James. Aku termasuk orang yang gemas dengan kumis milik inspektur James ini.

"Apa yang kamu temukan?" tanyaku, saat inspektur James sudah menjajari langkahku. Keningnya terlihat berkerut mendengar pertanyaanku.

"Mungkin kamu tertarik dengan seorang mayat dengan identitas William van Bosch," jawabnya sambil berjalan beriringan denganku.

"Orang asing?" tanyaku ikut mengerutkan kening, sambil melirik ke arahnya. Inspektur James tak menjawab pertanyaanku.

kami pun menyusuri samping jembatan dan turun ke bibir sungai, garis polisi sudah melintang di sana. Beberapa orang petugas kepolisian sudah berkerumun, di antaranya adalah tim ahli forensik. Cahaya lampu senter besar sudah menyorot ke sosok tubuh yang teronggok di atas rerumputan dengan bau anyir darah yang mulai menyengat hidung.

"Sosok itu ditemukan oleh seorang tuna wisma. Awalnya dikira cuma bualan dari tuna wisma yang sedang dalam keadaan mabuk, karena tercium bau alkohol di mulutnya. Tapi petugas kami cepat tanggap dan melaporkan ini," jelas Inspektur James.

"kebetulan lokasi ini dekat dari rumahmu, jadi aku ajak saja kamu ke sini." lanjut inspektur James.

"William van Bosch?" gumamku sambil menatap sosok mayat yang masih berada di posisinya saat ditemukan tadi.

"Ya, Itu yang tertulis di kartu identitasnya. Ini murni pembunuhan. Karena barang korban masih ada di dalam celananya. Dompet lengkap dengan kartu kredit, ATM, dan uang dua juta rupiah." Jelas inspektur James yang mendengar suara gumamanku.

"Lukanya cukup parah. Wajahnya remuk. Apakah batu itu yang menyebabkan di tewas?" tanyaku sambil menunjuk sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa yang terlihat masih berlumur darah dan berada tak jauh dari sosok jasad mayat itu.

"Sepertinya."

"Anda butuh tes DNA untuk memastikan bahwa itu identitas aslinya," kataku sambil tetap berdiri mengamati jasad itu.

"Iya, itu sudah aku pikirkan."

"Sepertinya ini perbuatan orang yang sangat dikenalnya," kataku setengah bergumam  memberikan pendapat dari hasil pengamatanku.

"Kenapa langsung menyimpulkan begitu?" tanya inspektur James sambil menatap wajahku sekilas.

"Tak terlihat ada perlawanan dan orang ini turun ke bawah jembatan seperti ini, mau apa? Apalagi dalam kondisi hujan yang belum reda  dari pagi. Apa dia tidak bisa melihat kalau arus sungai sangat deras di bawah sana?" kataku sambil menunjuk ke aliran sungai yang deras.

"Jadi kesengajaan?" kata inspektur James sambil memegang dagu.

"Terencana lebih jelasnya," jelasku kepada inspektur james.

"Dia hanya ada paspor turis, mungkin tak ada sanak familinya di sini," tambah inspektur James sambil menunjukan barang buktinya kepadaku.

"Kalau begitu tugas kita tambah berat. Siapa orang yang memungkinkan sangat dekat dengannya di negara ini?" jawabku, otakku langsung menerka-nerka

"Itu yang harus kita cari," suara tegas inspektur James menyambung ucapanku seakan bukan hanya ditujukan padaku tapi juga pada pada seorang asisten yang dari tadi berada di sampingnya.

Aku langkahkan kaki  untuk lebih mendekat ke mayat tersebut sambil memasang sarung tangan, lalu kembali kuamati jasad yang ada di depanku dengan seksama, dimulai dari baju yang dikenakannya. Jasad itu memakai celana jeans dan kaos oblong warna putih, kudekatkan indra penciumanku ke bagian dada jasad,  walau  samar kucium aroma dari sebuah parfum yang menempel di kaosnya, meskipun hujan mengguyur jasad itu.

Wangi dari sebuah Parfum wanita yang sangat khas. Unik, bahkan mungkin istriku tidak pernah mencium bau seperti ini. Bau yang menusuk, namun lembut dan menggoda, saat dihirup tadi pikiranku seolah-olah menjadi sangat rileks.

"Dugaanku si pembunuh adalah seorang  wanita," ungkapku, sambil tetap berjongkok disisi jasad laki-laki itu.

"Terlalu cepat menduga," tanggap inspektur James, lalu ikut berjongkok di sampingku.

"Tidak, aku temukan bau parfum wanita di kaosnya. Walaupun sudah samar aku masih bisa menciumnya," kataku tetap mempertahankan dugaanku.

"Mana mungkin?" reaksi tidak percaya terpancar dari matanya. Inspektur James mendekat pada jasad laki-laki itu, Ia melakukan hal yang sama yang tadi aku lakukan.

"Ahh.., kamu cuma membual. Tak ada bau parfum yang tercium olehku," kata inspektur James lalu berdiri dan mundur beberapa langkah menjauh dari jasad, begitu pun denganku. Memberikan ruang pada bagian forensik untuk segera mengurusnya lebih lanjut.

Aku masih berdiri mengamati jasad itu, mungkin cuma perasaanku, tapi aku yakin sekali baunya tadi masih ada. Dan tak mungkin pria ini memakai parfum wanita. Kecuali memang dia punya kelainan seksual. Otakku bekerja keras untuk menjabarkan apa yang aku lihat di hadapanku, segala dugaan yang muncul dan aku coba merefleksikan dalam pikiranku.

"Lapor Inspektur," Salah seorang petugas patroli menghampiri inspektur James.

"Ya, ada laporan apa?" tanya Inspektur James kepada petugas itu.

"Seseorang telah meninggalkan seorang bayi baru lahir di depan panti asuhan. Kemungkinan telah dibuang oleh orang tuanya," lapor petugas itu.

"Apa?" kagetku ketika mendengar informasi lainnya tentang ditemukannya bayi.

Saat itu, aku sama sekali tak menduga bila kedua kasus ini saling berhubungan. Pembunuhan Seorang turis dan penemuan seorang bayi yang dibuang. Kurangnya informasi, bukti dan saksi atas kasus tersebut membuatku tak menghiraukan kasusnya. Kini setelah tujuh belas tahun berlalu, kedua kasus itu kembali menyelimuti mimpi-mimpiku.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuniar Tantri
hot tapi gak meresahkan
goodnovel comment avatar
Azriel Hermansyah
awal yang menggairahkan
goodnovel comment avatar
Janesse
opening yang wow.. abis pikiran ngefly, eh malah disuruh mikir sama kasus, hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Lentera Kegelapan   Chapter 1 – Sang Detektif

    POV DETEKTIF JOHAN Hari ini seluruh media sosial dan televisi dihebohkan dengan pernikahan Ezra Natapradja, anak laki-laki dari pemilik perusahaan Wihardja Group dengan seorang artis penyanyi ternama Avanti. Maria anak pertamaku adalah salah satu penggemar lagu-lagu dari Avanti. Sejak awal Ezra Natapradja dan Avanti berpacaran, Maria tidak pernah mau ketinggalan mengikuti beritanya di infotainment. Menurut anakku, perjalanan kisah cinta pasangan Ezra Natapradja dan Avanti benar-benar romantis. "Entahlah nak, ayahmu ini tidak tertarik untuk mengikuti berita semacam itu. Ayah hanya tertarik menerima dan memecahkan kasus, karena dengan hal itulah kamu bisa sekolah sekarang ini." Beberapa waktu lalu ada siaran LIVE di salah satu stasiun televisi swasta, aku dan istriku sempat menonton siarannya, acara di mana Ezra melamar Avanti. Aku ikut terharu menonton acara tersebut, terlebih istriku, bahkan dia sampai meneteskan air mata. sampai

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Lentera Kegelapan   Chapter 2 – Birthday

    POV MARIA Namaku Maria, anak pertama dari seorang detektif ternama bernama Johan Maheswara. Hari ini usiaku genap 17 tahun. Pagi tadi Ayah, Bunda dan adikku Justin memberikan kejutan yang bagiku luar biasa. Ayah memberiku hadiah sebuah arloji kinetik yang memang sudah lama sekali aku ngebet untuk memilikinya, namun harganya selangit bagiku, ibaratnya uang jajanku selama dua tahunpun belum tentu bisa kebeli. Ehh..., siapa sangka ayahku yang membelikanku sebagai hadiah ulang tahun. Arloji yang sangat cantik, karena ada untaian seperti kristal di angka 12, 3, 6 dan 9. Lagipula jam ini tak memerlukan batteray. Itulah yang aku suka, jadi langsung kupasang manis di pergelangan tangan kiriku. Berangkat sekolah Aku terbiasa naik monorail dan disambung dengan jalan kaki. Sekolahku tak jauh sih dari pemberhentian monorail portable. Hingga Aku bisa sempatkaan menyapa teman-teman yang juga memang naik monorail. "M

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Lentera Kegelapan   Chapter 3 - Permintaan Teman

    POV Maria Hari ini terasa terasa begitu panjaang karena kehebohan yang menimpa padaku, apalagi saat bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini alias bel waktu pulang sekolah. Aku pasrah jadi objek bulan-bulanan teman-temanku. Kejadian bermula saat aku keluar dari kelas, tiba-tiba beberapa teman cewek mengajakku untuk pulang bareng, namun ketika baru melewati pintu kelas, mereka menutup kepala dan wajahku hingga menyeretku kembali duduk dikursi dan diikat dengan selotif. Dalam keadaan tangan dan kaki terikat juga mulut yang dibekap lakban, aku dilempari tepung dan telor hingga diguyur air. Haduuuuhhh...ini tradisi macam gini siapa sih yang mulai. Aku hanya bisa menggerutu saat baju seragamku menjadi kotor banget. Setelah mereka puas mengerjaiku, aku diperlakukan seperti layaknya putri raja pokoknya. Sungguh mengasyikan. Memang agak gila sih..., apalagi saat aku harus pulang dengan baju sekotor ini?? Huhuhuhu....tega ih mereka. Sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Lentera Kegelapan   Chapter 4 - Sebuah Tanda yang Ditinggalkan

    POV Ray Aku cukup di panggil dengan nama Ray, sejak kecil aku tinggal di panti asuhan Kasih Ibu. Setiap orang mengenalku sebagai anak yang hidup sebatangkara atau yatim piatu, tapi sejak beberapa waktu lalu aku yakin kalau keberadaan kedua orang tuaku masih ada dan mengawasiku dari jauh. Saat aku masih bayi, seseorang meninggalkanku di depan panti asuhan KASIH IBU. Saat ini usiaku sudah tujuh belas tahu dan aku harus tahu dimana keberadaan kedua orang tuaku, meskipun hanya sebuah sapu tangan yang merupakan satu-satunya petunjuk yang kumiliki. Kehidupanku di panti, cukup membuatku merasakan kasih sayang walau terkadang rasa sepi menjalar di dalam hatiku. Kami anak-anak panti tak pernah kekurangan apa pun, semua kebutuhan kami terpenuhi oleh pemilik panti. Itu sebelum ibu pemilik panti bercerita padaku. Sejak keberadaanku di panti, pemilik panti selalu mendapat kiriman sejumlah dana yang langsung masuk ke rekening pribadinya. &n

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Lentera Kegelapan   Chapter 5 – Klien Detektif

    POV Ray Sampai di sebuah rumah yang terbilang cukup sederhana namun terawat apik. Aku dipersilahkan untuk masuk ke kantor detektif Johan yang berada disebelah pintu masuk utama di rumahnya. Sebuah ruangan kantor yang tak begitu besar, begitu masuk terdapat sebuah sofa besar dan 2 kursi yang berada di depan meja kerja besar, disampingnya jajaran rak buku berisi buku-buku dari berbagai penulis yang melekat ke dinding. Sebuah ruangan kantor yang nyaman namun lebih mirip dengan ruang konsultasi klien. Terdapat juga sebuah mesin pembuat kopi yang di atasnya terdapat tulisan 'Gratis untuk klien'. Aku duduk di sofa, menunggu detektif Johan yang punya kantor jasa ini masuk ke ruangan. Rasa deg-degan membuatku tak bisa berhenti untuk mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Di meja yang berlapis kaca, terdapat sebuah asbak bersih ditengahnya, berarti belum banyak klien yang datang ke kantor ini atau mungkin sebuah keberuntungan bahwa semua klien detektif in

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Lentera Kegelapan   Chapter 6 – Piere Zangief

    POV DETEKTIF JOHAN Pagi ini suasana rumah seperti biasa hiruk pikuk dengan kedua buah hati kami yang saling menggoda satu sama lain sehingga timbul keributan kecil yang ujung-ujung selalu memanggilku untuk melerai keduanya. Maria yang senang sekali mengerjai Justin, begitupun dengan Justin yang sering merasa kesepian bila tak mendengar omelan kakaknya. seperti saat ini, Maria membuat Justin harus berputar-putar untuk menemukan sebelah sepatunya yang disembunyikan."Ayaaahhh!" suara teriakan Justin seakan memekakkan telingaku. "Maria, apa lagi yang kamu lakukan pada adikmu?" tanyaku sambil keluar dari ruang kerja. "Tak ada kok, Yah. itu dasar Justin saja yang cari perhatian Ayah," jawab Maria sambil tetap duduk di sofa pura-pura membaca buku. Biasanya bila sudah seperti itu, aku akan memanggil keduanya dan mengajak mereka untuk bicara. seperti saat ini, aku sudah duduk di antara kedua anakku, Maria dan Justin. Seb

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Lentera Kegelapan   Chapter 7 – Petunjuk

    POV Detektif Johan Tiba di kantor catatan sipil, aku langsung menemui Bram, orang biasa membantuku dalam urusan di sini. Kami berdua mulai mencari tahu berkas-berkas yang mungkin ada hubungannya dengan kasus Ray. Seperti yang dicerita Ray kemarin, dia terdaftar lahir pada tanggal 15 Desember, hari di mana dia ditemukan di depan pintu Panti Asuhan. Dari berkas yang aku temukan, aku bisa melihat beberapa data mengenai Ray. Dia mempunyai darah A RH-. Artinya orang yang mempunyai darah itu pasti bukan orang asli Indonesia. Mungkin ini semua ada hubungannya dengan Sapu tangan 8 Miles yang dia punya. Tak banyak data yang aku dapat tentang Ray di catatan sipil, hanya data standar saja yang tercatat di sana. Sesuai jadwal aku langsung menuju ke kantor Inspektur James. Aku sudah terbiasa keluar masuk gedung kepolisian, para petugas sudah mengenal siapa aku, karena sebagian rekan-rekan di kesatuanku masih banyak yang bertugas dan menjadi peting

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Lentera Kegelapan   Chapter 8 - Kesal

    POV MARIA Pagi ini aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya, kejadian kemarin membuatku menyisakan rasa kesal yang sangat menganjal di hatiku. Ya semua gara-gara kejadian kemarin, Andre meninggalkan aku begitu saja di hari ultahku. Andre tanpa pamit, pergi entah ke mana. Begitu tiba di sekolah aku langsung mencari Andre di kelas. "Andreee!" panggilku ketika sampai di kelas dan aku langsung mendatangi mejanya. "Ada apa sayang?" tanya Andre sambil tersenyum dan wajah tanpa dosa. "Kenapa kemarin kamu tega banget ninggalin aku?" kataku sambil menahan rasa kesal di hati. Mendengar pertanyaanku, Andre mengerjapkan matanya. Seakan dia baru mengingat apa yang sudah dilakukannya. "Aduuhh Maaf sayang, kemarin darurat banget. Aku harus pergi, ada urusan yang sangat penting, jadi sekali lagi maaf ya," jawab Andre dengan wajah yang memohon sambil merapatkan kedua telapak tangan d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07

Bab terbaru

  • Lentera Kegelapan   Chapter 114  –  Kemenangan

    POV RAYAku berlari menghampiri Azazel yang masih berlutut di depan kursi kebesarannya. Tanpa banyak berkata lagi aku menerjang dengan pukuran dan tendangan yang yang bertubi-tubi. Dia sekarang tak lebih dari seorang manusia pengguna elemen, kekuatan yang ada pada tubuh Thomas hanya kekuatan milik Thomas saja.DUESH!Azazel beberapakalu terpelanting, walau begitu dia masih bisa bertahan dengan kekuatan elemen milik Thomas. Azazel pun berusaha untuk balik menyerangku dengan mengeluarkan elemen tanah dan membentuk sebuah palu besar, lalu diayunkan palu itu ke arahku sambil melompat. Aku bersiap menunggunya dengan membentuk palu yang lebih besar dari milik Azazel. Begitu serangan palu Azazel mendekat, dengan kekuatan palu yang aku buat, aku hancurkan dengan sekali hantaman paluku.Azazel bergerak secepat kilat dengan elemen petir, melontarkan panah-panah petir yang dengan mudah aku tangkis. Dia pun berusaha untuk lari, tapi aku tak akan melepas

  • Lentera Kegelapan   Chapter 113 –  Gerhana Palsu!

    POV RAY Ruangan sekarang menjadi terang lagi. Dengan susah payah aku berdiri sambil memegangi dadaku yang terluka. Mataku mulai berkunang-kunang. Darah sudah banyak yang keluar sepertinya. Tapi aku masih harus berdiri. "Creator?" kata Thomas. Tidak. Ia bukan Thomas. Dia Azrael yang telah mengambil alih tubuh Thomas. "Azrael?! Kenapa kamu tidak menjadi tubuhmu saja yang besar itu?" tanyaku. "Justru wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna menurutku. Aku cukup menjadikan tubuhnya sebagai vesel untuk kebangkitanku. Segar sekali rasanya setelah lama terkurung di kegelapan oleh lima creator terkutuk itu selama ribuan tahun. Dan aku tak perlu membunuh mereka karena mereka sudah mati. Hahahahahah," kata Azrael. "Ugh!" rasa sakit didadaku. Ah...darah. Darah itu elemen air bukan? Aku terpaksa melakukannya. Obati lukaku siapa namamu? Dia tidak bernama. Tolonglah. Ahh...aku tertolong. Lukaku mulai tertutup.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 112–  Puri, Bertahanlah!

    POV ANDRE Pertarunganku dan Puri melawan laki-laki bernama Hund semakin seru, kami berusaha keras mengalahkan dia, walau beberapa kali kami harus berusaha menghindari semua serangan Hund yang tentu saja pengalaman bertarungnya jauh diatas kami berdua. Sering kali aku kewalahan dan hampir terkena sabetan-sabetan pedang besinya yang super tajam. Tapi beruntung aku terlindungi dengan kayu-kayu yang muncul dari penggabungan jolt yang aku pakai. Namun pertarungan kami mendadak terhenti, perlahan tapi pasti suasana menjadi gelap. Aku dan Puri saling pandang. Begitupun Alex dan teman-teman lainnya. Ada rasa panik yang aku rasakan dan mungkin juga Alex dan yang lainnya juga merasakan. "Puri, apa ini sudah saatnya terjadi gerhana?" Tanyaku sambil mendekati Puri. Puri yang terlihat kelelahan hanya menatapku sendu, lalu mengangguk pelan. "Puri, kita masih belum kalah, kita harus terus bertarung" bisikku sambil

  • Lentera Kegelapan   Chapter 111 –  Kebangkitan Sang Iblis 2

    POV BALANCER Aku kembali berhadapan dengan Robert. lelaki yang telah membunuh adikku satu-satunya. Aku tak dapat melupakan kejadian itu walau sesaatpun, jasad William yang dilemparkannya ke bawah jembatan. William yang berusaha melindungiku dan anakku dari orang-orang biadab ini. Dia tak dapat mengimbangi serangan-serangan yang diterimanya dari para agen SDI yang mengeroyoknya. Sedangkan aku, Ketika itu baru saja melahirkan. Dalam kondisi yang masih lemah Thomas yang sudah mengetahui keberadaanku, memerintahkan untuk membunuh ku juga William. "Balancer, akhirnya kita selesaikan pertarungan kita yang tertunda," kata Robert. Aku yang malas meladeni ucapannya, lalu memanggil kekuatan elemenku, besi. Seperti biasa, aku dengan kuku-kuku besiku sudah siap mencabik-cabik Robert. Aku langsung menerjangnya, melancarkan serangan-serangan untuk bisa cepat mencabik dan membunuhnya. Robert dengan memakai kekuatan joltnya, dia pun m

  • Lentera Kegelapan   Chapter 110 –  Kebangkitan Sang Iblis

    POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup

  • Lentera Kegelapan   Chapter 109 –  Pertempuran Akhir 3

    POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu

  • Lentera Kegelapan   Chapter 108 –  Pertempuran Akhir 2

    Pov RayAku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 107 – Pertempuran Akhir Part 1

    POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter

  • Lentera Kegelapan   Chapter 106 – Paman?

    POV MariaLelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih

DMCA.com Protection Status