Beranda / Fantasi / Lentera Kegelapan / Chapter 8 - Kesal

Share

Chapter 8 - Kesal

Penulis: Jiebon Swadjiwa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 17:05:48

POV MARIA

Pagi ini aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya, kejadian kemarin membuatku menyisakan rasa kesal yang sangat menganjal di hatiku. Ya semua gara-gara kejadian kemarin, Andre meninggalkan aku begitu saja di hari ultahku. Andre tanpa pamit, pergi entah ke mana.

Begitu tiba di sekolah aku langsung mencari Andre di kelas.

 "Andreee!" panggilku ketika sampai di kelas dan aku langsung mendatangi mejanya.

 "Ada apa sayang?" tanya Andre sambil tersenyum dan wajah tanpa dosa.

 "Kenapa kemarin kamu tega banget ninggalin aku?" kataku sambil menahan rasa kesal di hati.

Mendengar pertanyaanku, Andre mengerjapkan matanya. Seakan dia baru mengingat apa yang sudah dilakukannya.

 "Aduuhh Maaf sayang, kemarin darurat banget. Aku harus pergi, ada urusan yang sangat penting, jadi sekali lagi maaf ya," jawab Andre dengan wajah yang memohon sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dadanya.

 "Huh, apakah sampai segitu pentingnya hingga tak ingat untuk pamit padaku, apa susahnya sih untuk bilang," kataku sambil menatap tajam ke arah Andre. Kalau tak ingat dia adalah pacarku, ingin rasanya aku langsung menamparnya.

 "Iya sayang, maafin aku ya," kata Andre yang berdiri meraih dan mengenggam kedua tanganku.

"Gampang banget kamu minta maaf, padahal kemarin aku sangat membutuhkanmu Dre," jawabku sedikit menurunkan suara, ketika menyadari teman-teman sekelasku sudah mulai memperhatikan kami. Ditambah oleh hatiku yang seakan mulai luruh dengan pandangan sedih mata Andre.

 "Ahhh... sudahlah. Benci aku! Lain kali kalau kamu lakukan lagi, aku tak akan memaafkanmu!" kataku sambil menepiskan genggaman tangannya, lalu aku pun berbali menuju mejaku sendiri. Melihat aku yang berbalik, Andre langsung bangkit dari kursinya dan mengikutiku.

"Sayang..., please jangan marah ya," rajuknya sambil mengikutiku lalu duduk di kursi sampingku. Setelah sebelumnya meminta teman sebangkuku untuk pindah.

Teman sebangkuku yang bernama Ranti, hanya tersenyum tipis oleh kelakuan Andre. walaupun begitu, Ranti langsung bangkit dan melemparkan senyum yang penuh arti padaku. namun sayang aku tak mengerti arti senyuman dia.

 "Aku janji sayang, sudah ya jangan marah lagi dong," kata Andre sambil kembali mencoba memegang tanganku, yang langsung aku tepiskan begitu saja.

 "Sayang...., maafin ya?!" kata Andre dengan nada yang menyesal. Hubungan kami yang belum lama dan aku begitu menyukai Andre, melihat wajahnya yang terus memasang ekspresi seperti itu hatiku luluh juga.

"Hmm..., kamu janji gak akan mengulangi lagi?" tanyaku dengan tandas.

"Iya sayangku Maria..., di jamin aku tak akan mengulanginya," jawab Andre.

 "Ok aku maafkan, tapi jangan pernah di ulangi lagi," jawabku sambil menatap wajah Andre dan mencari kesungguhan dari matanya. Andre mengangguk dengan pasti.

"Kamu gak tahu sih.., gimana kemarin aku. sudah bajuku kotor, lupa gak bawa ganti. nyari kamu, gak ketemu. ehh kamu malah sudah tak ada di sekolah, ninggalin aku," gerutuku menumpahkan kekesalan pada Andre.

 "Iya aku tahu, maaf ya sayang, kemarin beneran darurat, orang tuaku membutuhkan aku secepatnya dan aku gak mungkin tak menuruti mereka, saat mau pamit, aku melihat kamu sangat menikmati suasana, jadi aku tak tega untuk menggangumu," kata Andre memberi alasan.

"Kamu kan bisa chat aku, jadi aku tahu kamu pergi," sanggahku lagi.

"Iya sayang, aku tak berpikir ke satu," jawab Andre pelang.

Aku jadi tak tega untuk meneruskan marahku padanya, dan aku pun tak mau memperpanjang masalah.

 "Hmmm..., kalau gitu sebagai permintaan maafmu, besok ajak aku nonton,"jawabku dengan nada yang seakan memaksanya.

 "Oke sayang..., dengan senang hati, besok aku jemput ya," kata Andre, senyum manisnya kembali menghiasi wajah tampannya.

Melihat ekspresi Andre yang seperti itu, jadi teringat saat dia nembak aku. Cara nembak Andre bikin aku ngerasa tak bisa nolak dengan alasan apapun, saking manisnya. ketika hari valentine, Andre memberikan aku coklat satu kardus dengan hiasan I Love You di atasnya. Saat itu, Andre mengundangku untuk datang ke restoran bakso, awalnya dia mentraktirku makan Bakso lalu dengan gaya seorang gentlemen, dia menghampiri mejaku dan menyodorkan coklat. Terus dia bilang, " kalau kamu ambil coklat itu berarti kamu terima aku, kalau tidak maka kamu nggak nolak aku." huh gimana aku bisa bilang tidak, pilihan yang dia kasih kan sama saja. Hahahaha...., dasar Andre.

 Melihat senyuman Andre, aku pun membalasnya dan memintanya untuk kembali ke mejanya, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai. Andre bergegas beranjak dari sampingku untuk kembali ke mejanya, tanpa sadar mataku mengikuti kepergian Andre, dan saat itu aku melihat Ray yang sedang menunduk dengan sebuah buku tebal di tangannya. Apa sih yang dibacanya, majalahkah, tapi kok tebel banget. Pikirku penasaran.

 Guru Fisika memasuki kelas, semua murid langsung merapihkan duduknya. Aku menoleh ke arah Ray, dia langsung menutup buku tebalnya dan menyimpannya ke dalam tas, mungkin aku kelamaan melihatnya hingga Ray menoleh padaku. Sesaat tatapan kami beradu, namun aku pura-pura melihat ke arah lain. Wajah Ray lumayan ganteng, cool dan tak banyak bicara, setelah kemarin dia menemui Ayah, dan aku tahu ceritanya , sekarang aku jadi ingin menyapanya, atau mungkin ingin dekat. Benar-benar deh aku, padahal aku sekelas terus dari  kelas satu, tapi tak pernah kepikiran untuk menyapanya.

Kadang saat melihat Ray, ada sesuatu yang aku ingin ungkapkan. Namun Ray sangat beda dengan cowok-cowok lain di sekolahku, mereka biasanya selalu ingin mencari perhatianku walau tahu aku sudah jadian dengan Andre. Ray, dari pertama aku kenal dia hanya menyapaku seperlunya. Sikapnya itu bukan padaku saja, ternyata pada yang lain juga seperti itu bahkan lebih parah.

Ini benar-benar Gila, sepanjang pelajaran Fisika, beberapa kali tanpa sadar aku menoleh ke arah Ray. Hingga aku sama sekali tak menyimak apa yang diterangkan oleh guru di depan sana.

"Mar, lihat apa sih?" bisik teman sebangkuku sambil melihat ke arah mana pandanganku.

"Ehh..., apaan aku gak lihat apa-apa kok," jawabku agak tergagap.

"Yeee..., dari tadi kayak gak tenang gitu deh, jangan-jangan kamu masih khawatir ya sama Andre," tanyanya kepo.

"Hehehe..., gak lah, aku sudah baikan kok," jawabku santai.

"Maria...," teriak ibu Guru memanggil namaku, aku sontak terkejut dan terdiam.

"Kalau kalian masih mau ngobrol, lebih baik kalian keluar kelas saja," lanjut bu guru dengan dingin.

"Ohhh..., tidak Bu, Maafkan kami," kataku dan Ranti sambil menunduk.

"Baik, kita lanjutkan pelajaran."

Duhh..., gara-gara Ray aku jadi malu. Belum lagi tatapan teman-temanku yang sebagian terlihat sambil senyum-senyum menatap ke arahku. Andre saja terlihat seperti itu, mungkin dia ngerasa kalau aku sebentar-sebentar melihat ke arahnya. Padahal mataku mengarah pada Ray yang duduk disebah bangkunya.

Bab terkait

  • Lentera Kegelapan   Chapter 9 – Buku Pilihannya

    POV Maria Bel jam istirahat sudah berbunyi, Andre menghampiriku untuk mengajakku ke kantin sekolah. Namun aku menolaknya secara halus. "Kenapa sayang, kamu masih marah ya?" tanya Andre. "Nggak kok, Aku hanya mau ke perpustakaan sebentar," jawabku sambil tersenyum pada Andre. "Ohh Ok, mau aku temanin?" Tanya Andre. Aku hanya mengelengkan kepala menjawabnya, karena tahu Andre bukan type cowok yang mau sempatkan waktu mengunjungi perpustakaan, kecuali sangat mendesak. "Ok sayang..., aku ke kantin ya," kata Andre sambil keluar dari kelas bersama beberapa tema. Setelah Andre keluar aku pun segera mengambil jaket milik Ray yang ada di tas ranselku. Kemudian aku menghampiri Ray dan memberikan jaketnya. "Makasih ya Ray," kataku sambil menatap Ray yang masih asyik dengan buku tebal yang tadi aku lihat. Ray menegadahkan wajahnya dan menatap aku sekilas, lalu meneri

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 10 – Kunjungan ke Panti

    POV Maria Kurang lebih setengah jam kemudian setelah terlibat kemacetan kami pun sampai di panti asuhan KASIH IBU. Bangunannya lumayan tua. Terlihat ada patung Bunda Maria berdiri di depan gedung. Setelah mobil di parkir di tempat parkir, kami pun keluar. Seorang suster menyambut kami. "Ray, kamu bersama siapa?" tanyanya sambil menatap ke arahku dan Ayah. "Suster Elizabeth, kenalkan ini Detektif Johan dan putrinya," jawab Ray langsung memperkenalkan kami. "Oh, Tuhan Memberkati kalian. Ada keperluan apa detektif sampai datang ke tempat ini?" tanya Suster Elizabeth keheranan. "Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan tentang Ray, kalau boleh," jawab ayahku, sambil melirik Ray. "Hmm.. baiklah, mari ikut!" kata Suster Elizabeth yang sebelum menjawab, melihat ke arah Ray. Ray mengangguk seperti meng-iyakan, dan Kamipun langsung menuju ke dalam panti. "Maaf Saya pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 11 -  Kencan

    POV MARIA Sesuai janji Andre, sore ini kami berrencana pergi nonton ke bioskop pusat kota. Satu syarat yang aku ajukan untuk memaafkan Andre karena sudah meninggalkanku di hari ulang tahunku. Aku berdandan dengan make up natural, rambut aku biarkan tergerai, “cantik...” gumamku sambil tersenyum sendiri. Semuanya untuk Andre. Aku perhatikan kembali penampilanku di cermin, malam ini aku mengenakan celana pendek sepaha, kaos lengan edung yang dilapisi lagi dengan jaket jeans lalu melilitkan syal tenun dileher untuk menjagaku tetap hangat bila kena angin malam. Kaos kaki edung yang menutupi lutut hingga sepatu boots kesayanganku. Berjalan santai keluar dari kamarku, Sesaat melirik ke arah meja belajarku dan memperlambat jalanku. Pandanganku tertuju pada hadiah pemberian Ray. Entah kenapa aku tersenyum melihatnya. Seolah-olah boneka salju itu berbicara kepadaku menuruni tangga menuju ke ruang keluarga, di mana kedua orang tuaku sedang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 12 – The Gifted

    POV RAY Malam ini perasaan suntuk membuat langkahku sampai di gedung bioskop pusat kota, sejak kepergian Alex dan Troya, tak ada lagi yang bisa menemaniku saat-saat seperti ini. Berkeliaran sendiri membuatku bebas memilih film yang akan kutonton. Ternyata walau malam minggu, bioskop tak sepenuh biasanya, aku masih bebas memilih kursi. Film sudah diputar dari sepuluh menit yang lalu, dengan diatar petugas aku masuk dan menuju kursi yang ditunjuk petugas sesuai nomor yang ada di tiket. Begitu mau duduk aku malah dikejutkan dengan orang yang aku temui dam duduk disamping. kebetulan yang membuatku merasa senang namun sekaligus menyesakkan. Maria duduk di sebelahku, tapi ada Andre juga di sampingnya. Sepanjang pemutaran film, aku hanya bisa terdiam, hanya sepatah kata yang keluar dari mulut, itupun hanya untuk say hello saja pada mereka berdua. Hatiku sesak melihat cewek yang aku suka sedang berkencan dengan pacarnya. Ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 13 – Fakta Sejarah

    POV DETEKTIF JOHAN Hujan gerimis masih membasahi bumi malam ini, Aku masih duduk di belakng mejaku dan memandang ke arah luar jendela. Jam di dinding sudah menujukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit, namun putri kesayanganku belum juga pulang. Masih terbayang dimataku cara putriku berpakaian, dia memakai baju yang menurutku dapat memancing lawan jenis untuk berpikir yang tak senonoh apalagi saat hujan gerimis seperti malam ini. Andre, memang cukup tampan, wajahnya cukup dia jadikan modal untuk menarik perhatian para gadis dan aku mempunyai dugaan kalau Andre itu seorang playboy. Putriku yang berparas cantik rasanya tak rela bila harus jalan bersama Andre. Ya wajah cantik putriku berasal dari perpaduan serasi antara wajah istriku dan aku. Begitupun dengan Justin, mereka berdua mewarisi semua kebaikan yang ada pada kami berdua. Setiap menit berlalu, Aku makin gelisah menunggu kedatangan Maria. Mungkin aku terlalu berlebihan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 14 – Kabar

    POV RAY "Aww... ampun!" seruku sambil meringis saat ibu asuh menjewer telingku. Beliau sudah menungguku di pintu. "Ray, lihat Ini sudah jam berapa?" kata ibu Asuh sambil tangan kanannya masih menjewer telingaku. "Ibu sudah beberapa kali bilang, jangan keluyuran malam-malam. Anak-anak lain saja tidak ibu ijinkan untuk pergi sampai selarut ini! Kamu malah pergi begitu saja selesai kebaktian," kata Matron mengomeliku. "Iya maafkan Ray, matron," kataku sambil memegangi tangannya minta Matron melepaskan jewerannya. "Ray, ibu sangat khawatir kepadamu. Apa tadi Kamu bertemu orang-orang aneh?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar, mungkin karena rasa khawatirnya, tapi apa yang beliau dengan maksudn orang-orang aneh? "Orang Aneh? Tidak Matron, tadi saya Cuma bertemu preman-preman yang ingin memalak," jawabku. "Preman, di mana, kamu tidak terluka kan?" tanyanya terlihat panik, lalu dengan mata

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 15 – Dark Lantern

    POV Ray Lembaran itu ternyata berisi artikel yang menjelaskan tentang sebuah sekte yang bernama Dark Lantern. Sekte yang menganggap kelompoknya sebagai pembawa Messenger of Mesiah. Maksudnya apa? Sambil meneruskan membaca artikel-artikel itu, aku coba memikirkan apa sebenarnya hubungannya denganku dan orang tuaku. Namun ketika membaca kalau sekte itu memburu orang-orang yang dianggap mempunyai kekuatan iblis, aku baru mengerti. Kekuatan iblis yang di maksud dalam artikel itu adalah kekuatan yang aku dan teman-temanku miliki. Agni pengendali api, Alex pengendali air, Troya pengendali tanah dan kekuatan yang kumiliki, juga berbagai macam kemampuan yang tak dimiliki oleh manusia biasa pada umumnya. Di artikel itu juga Aku melihat gambar sebuah simbol yang sama seperti yang ada pada saputanganku. "Ini cuma cerita bohong kan, mana ada kekuatan iblis?" tanyaku, setelah membaca semua isi artikel yang diberikan detektif Johan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Lentera Kegelapan   Chapter 16 – Menyerahkan Diri

    POV DETEKTIF JOHAN Menyelidiki Dark Lantern, membuatku tenggelam dalam sebuah kenyataan yang bertentangan dengan logikaku sendiri. Semakin banyak aku menggali informasi, aku seperti menapaki jalan menuju kegelapan. Kadang merasa kalau saat ini aku terbawa pada sebuah kisah fiksi dan sedang berusaha untuk memahami apa yang terjadi di sekelilingku, semakin aku meragukan keberadaan sekte ini, semakin banyak bukti yang aku dapatkan. Aku membaca sebuah nama yang ada dalam artikel itu. Nama itu mengantarkan aku pada sebuah ingatan dalam kasus tujuh belas tahun yang lalu, Thomas van Bosch. Apa hubungannya dengan William van Bosch, jasad yang dulu kami temukan? Banyak pertanyaan yang ingin segera terjawab, aku pun menuju ke kantor Inspektur James, rupanya dia sudah menunggu-nunggu kedatanganku. "Hai Piere. Bagaimana kabarmu?" sapa inspektur James yang menyambutku di kantornya. "Aku baik-baik saja. Aku bu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07

Bab terbaru

  • Lentera Kegelapan   Chapter 114  –  Kemenangan

    POV RAYAku berlari menghampiri Azazel yang masih berlutut di depan kursi kebesarannya. Tanpa banyak berkata lagi aku menerjang dengan pukuran dan tendangan yang yang bertubi-tubi. Dia sekarang tak lebih dari seorang manusia pengguna elemen, kekuatan yang ada pada tubuh Thomas hanya kekuatan milik Thomas saja.DUESH!Azazel beberapakalu terpelanting, walau begitu dia masih bisa bertahan dengan kekuatan elemen milik Thomas. Azazel pun berusaha untuk balik menyerangku dengan mengeluarkan elemen tanah dan membentuk sebuah palu besar, lalu diayunkan palu itu ke arahku sambil melompat. Aku bersiap menunggunya dengan membentuk palu yang lebih besar dari milik Azazel. Begitu serangan palu Azazel mendekat, dengan kekuatan palu yang aku buat, aku hancurkan dengan sekali hantaman paluku.Azazel bergerak secepat kilat dengan elemen petir, melontarkan panah-panah petir yang dengan mudah aku tangkis. Dia pun berusaha untuk lari, tapi aku tak akan melepas

  • Lentera Kegelapan   Chapter 113 –  Gerhana Palsu!

    POV RAY Ruangan sekarang menjadi terang lagi. Dengan susah payah aku berdiri sambil memegangi dadaku yang terluka. Mataku mulai berkunang-kunang. Darah sudah banyak yang keluar sepertinya. Tapi aku masih harus berdiri. "Creator?" kata Thomas. Tidak. Ia bukan Thomas. Dia Azrael yang telah mengambil alih tubuh Thomas. "Azrael?! Kenapa kamu tidak menjadi tubuhmu saja yang besar itu?" tanyaku. "Justru wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna menurutku. Aku cukup menjadikan tubuhnya sebagai vesel untuk kebangkitanku. Segar sekali rasanya setelah lama terkurung di kegelapan oleh lima creator terkutuk itu selama ribuan tahun. Dan aku tak perlu membunuh mereka karena mereka sudah mati. Hahahahahah," kata Azrael. "Ugh!" rasa sakit didadaku. Ah...darah. Darah itu elemen air bukan? Aku terpaksa melakukannya. Obati lukaku siapa namamu? Dia tidak bernama. Tolonglah. Ahh...aku tertolong. Lukaku mulai tertutup.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 112–  Puri, Bertahanlah!

    POV ANDRE Pertarunganku dan Puri melawan laki-laki bernama Hund semakin seru, kami berusaha keras mengalahkan dia, walau beberapa kali kami harus berusaha menghindari semua serangan Hund yang tentu saja pengalaman bertarungnya jauh diatas kami berdua. Sering kali aku kewalahan dan hampir terkena sabetan-sabetan pedang besinya yang super tajam. Tapi beruntung aku terlindungi dengan kayu-kayu yang muncul dari penggabungan jolt yang aku pakai. Namun pertarungan kami mendadak terhenti, perlahan tapi pasti suasana menjadi gelap. Aku dan Puri saling pandang. Begitupun Alex dan teman-teman lainnya. Ada rasa panik yang aku rasakan dan mungkin juga Alex dan yang lainnya juga merasakan. "Puri, apa ini sudah saatnya terjadi gerhana?" Tanyaku sambil mendekati Puri. Puri yang terlihat kelelahan hanya menatapku sendu, lalu mengangguk pelan. "Puri, kita masih belum kalah, kita harus terus bertarung" bisikku sambil

  • Lentera Kegelapan   Chapter 111 –  Kebangkitan Sang Iblis 2

    POV BALANCER Aku kembali berhadapan dengan Robert. lelaki yang telah membunuh adikku satu-satunya. Aku tak dapat melupakan kejadian itu walau sesaatpun, jasad William yang dilemparkannya ke bawah jembatan. William yang berusaha melindungiku dan anakku dari orang-orang biadab ini. Dia tak dapat mengimbangi serangan-serangan yang diterimanya dari para agen SDI yang mengeroyoknya. Sedangkan aku, Ketika itu baru saja melahirkan. Dalam kondisi yang masih lemah Thomas yang sudah mengetahui keberadaanku, memerintahkan untuk membunuh ku juga William. "Balancer, akhirnya kita selesaikan pertarungan kita yang tertunda," kata Robert. Aku yang malas meladeni ucapannya, lalu memanggil kekuatan elemenku, besi. Seperti biasa, aku dengan kuku-kuku besiku sudah siap mencabik-cabik Robert. Aku langsung menerjangnya, melancarkan serangan-serangan untuk bisa cepat mencabik dan membunuhnya. Robert dengan memakai kekuatan joltnya, dia pun m

  • Lentera Kegelapan   Chapter 110 –  Kebangkitan Sang Iblis

    POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup

  • Lentera Kegelapan   Chapter 109 –  Pertempuran Akhir 3

    POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu

  • Lentera Kegelapan   Chapter 108 –  Pertempuran Akhir 2

    Pov RayAku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.

  • Lentera Kegelapan   Chapter 107 – Pertempuran Akhir Part 1

    POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter

  • Lentera Kegelapan   Chapter 106 – Paman?

    POV MariaLelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih

DMCA.com Protection Status