Setelah memarkir mobil, Gerald dan yang lainnya segera menuju ke loket tiket untuk masuk ke Gunung Dakriont. Satu tiket berharga enam puluh dolar yang dibayar oleh Tye. Jadi Gerald dan rombongannya tidak perlu khawatir soal biaya masuk. Setelah masuk, alih-alih langsung ke tujuan, hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari tempat untuk bersantai. Setelah memakan bekal yang mereka bawa, Tye berdehem dan berkata, “Baik, dengarkan, semuanya. Kita akan bermalam di sini dan berangkat besok saat fajar menyingsing, paham?” Mendengar itu, semua orang mengangguk setuju. Lagi pula, malam akan segera tiba dan bepergian dalam kegelapan bukanlah ide yang bagus. Selain jelas lebih berbahaya, mereka juga bisa tersesat. Jadi pilihan terbaik adalah berangkat besok pagi. Tye kemudian memerintahkan salah satu anak buahnya untuk memesankan sebuah kabin bagi mereka untuk bermalam. Tentu saja penginapan di tempat seperti itu tidak ada yang murah. Apalagi kabin kayu—yang akhirnya mereka tempati —tampa
“Sudah biarkan saja, Gerald. Aku paham keinginannya karena pemandangan di sini memang sangat indah," kata Yann. Setelah mendengar itu, Gerald hanya bisa menghela napas paham. Apalagi masih butuh sekitar dua jam untuk menempuh jarak lima mil dan tiba di Dek Pengamatan Petugas. Gerald harus mengakui bahwa sifat kekanak-kanakan Ray setidaknya akan membuat perjalanan tetap menyenangkan.Hampir tengah hari, rombongan itu tiba di Dek Pengamatan Petugas. Dek itu terletak cukup tinggi di Gunung Dakriont. Diduga dinamai begitu karena ada seorang perwira biasa datang ke sini untuk menikmati pemandangan, berabad-abad yang lalu.Selain karena sebagai dek pengamatan, tempat itu juga dikenal sebagai lokasi untuk memantau awan.Sesuai namanya, segala macam awan bisa dilihat dari atas sini. Setelah tiba, Tye menoleh pada yang lain dan berkata, “Baik, semuanya. Kita sudah sampai! Kita istirahat sebentar dan makan. Setelah itu kita akan mulai memasuki jalan pegunungan yang kasar dan terjal." Yang l
“Hei, sini! Coba lihat ini!" panggil salah satu anak buah Tye yang sebelumnya sudah memeriksa ke dalam. Setelah mendengar itu, semua orang mengikuti sumber suara. Tak lama kemudian, mereka semua melebarkan mata karena takjub. Sedikit masuk ke dalam gua, ada cahaya terang berkilauan dengan indah. Ditambah lagi segala jenis batu giok alam tumbuh di mana-mana! “Woww!” gumam Ray sambil mengucek matanya tak percaya. Dia belum pernah melihat batu giok murni dan asli seindah itu selama hidupnya!Rasa takjub itu tentu saja juga dirasakan oleh semua orang di sana. Tak disangka tempat yang begitu menakjubkan ada di sini. Sungguh ajaib! Setelah tersadar, semua orang segera melihat-lihat sekeliling gua.Tak lama setelah itu, Gerald menyadari bahwa salah satu anak buah Tye telah mengeluarkan palu! Tahu yang akan dilakukan pria itu, Gerald segera berteriak, "Stop!" Mendengar suara Gerald—dan menyadari bahwa perintah itu ditujukan padanya—pria itu kemudian mengangkat alisnya sambil memelototi
Setelah berpikir sebentar, Gerald kemudian menatap Tye dan menjawab, “Baik. Kalau kau ingin meninggalkan tempat ini dengan aman, katakan pada anak buahmu untuk lebih patuh. Tidak boleh ada lagi yang sembarangan menyentuh benda-benda di sini! Satu lagi tindakan gegabah akan membuat kita terjebak di sini selamanya!” Gerald memberi peringatan tegas kali ini. Setelah itu ia berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apakah Tye mau mendengarkan atau tidak itu terserah dia.Setelah menatap punggung Gerald—yang kemudian mencari jalan keluar lain—Tye menolah ke arah pria yang menyebabkan semua ini dengan tatapan tajam. Seandainya dia tidak serakah, mereka tidak akan terjebak di sini! Pria itu langsung menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangan. Ia tidak berani menatap mata Tye.Tye mendengus kesal kemudian menatap semua anak buahnya dan berkata, “Semuanya, dengarkan! Kalau ada di antara kalian yang berani menyentuh benda-benda di sini sembarangan, aku sendiri yang akan memotong tangan
Setelah mendengar perkataan Gerald, Ray dan Yann langsung menarik napas.“A-apakah maksudmu kita akan berakhir seperti mereka, Tuan Crawford? Apakah kita akan mati di sini?” gumam Ray yang terlihat sangat cemas.“Hei, jangan membuat kami sial lagi! Percaya saja pada Gerald! Aku yakin dia akan memikirkan cara untuk mengeluarkan kita dari sini!” balas Yann.“Entah, tapi dari pengamatanku, dengan berat harus kukatakan bahwa ada kemungkinan kita benar-benar akan mati terjebak di sini!” jawab Gerald. Mendengar itu, mata Ray dan Yann langsung melebar.Meskipun Ray sempat mengatakan hal seperti itu, ketika Gerald yang mengatakannya, itu hanya membuat mereka semakin frustrasi. Setelah mengatakan itu, Gerald kemudian melanjutkan berjalan lebih dalam ke dalam gua. Melihat besarnya ukuran gua, masih ada kemungkinan ada jalan keluar lain. Tentu saja Ray dan Yann mengikutinya. Tidak lama kemudian ketiganya mulai mendengar suara-suara yang gemericik yang menenangkan. Ada air menetes di bagian dal
Sekitar sepuluh menit kemudian, Gerald menemukan sebuah kolam di bagian terdalam gua. Tampak di sana ada semacam dermaga batu di tengah kolam dan di dermaga itu tergeletak papan yang terbuat dari batu giok. Gerald mengangkat alis dan menyaksikan setetes air jatuh dari ujung stalaktit tepat ke papan giok yang kemudian menghasilkan suara aneh. Tetesan-tetesan air itu bersahutan dan menggema dinding gua. Pantas saja mereka bisa mendengar suara itu meski dari jarak yang cukup jauh.Sambil menyipitkan mata mengamati papan giok, Gerald merasa bahwa menghancurkannya hanya akan memunculkan jebakan lain. Akhirnya setelah menimbang-nimbang, Gerald memutuskan untuk mengeluarkan kemeja dari ranselnya. Setelah itu, dia membidik papan giok dengan hati-hati. Dengan satu lemparan, kemeja Gerald menutupi batu itu dengan tepat! Karena dia tidak bisa menghancurkan batu itu, bukan berarti dia tidak bisa menghentikan suara yang menetes, atau setidaknya, itu yang dia harapkan.Menatap cemas saat tetes ai
Yann berbalik melihat Gerald dengan ekspresi bingung lalu bertanya, "Ada apa, Gerald?" “Ya, Tuan Crawford! Bukankah kita harus segera pergi dari sini?” tambah Ray dengan nada bingung. "Diam dulu. Ray beri aku pisau kecil!” ucap Gerald. Tanpa membantah, Ray mengambil pisau kecil dari ikat pinggangnya dan menyerahkannya pada Gerald.Dengan pisau kecil di tangannya, Gerald kemudian berjalan mendekati batu giok hijau zamrud sebening kristal—seukuran telur ayam—yang tertanam di dinding gua.Setelah itu, Ray dan Yann terbelalak saat mereka melihat Gerald dengan terampil menggunakan pisau untuk mencungkil batu giok dari dinding!“H-hah? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kita tidak boleh menyentuh batu giok apa pun di sini, Tuan Crawford?” seru Ray kaget.Setelah memasukkan batu giok ke dalam sakunya, Gerald menjawab, "Benar, tapi perlu diingat bahwa biasanya tidak ada jebakan di dekat pintu keluar!" Berikutnya Gerald lanjut berjalan keluar dari gua. Kedua pria yang masih tercengang
"Ya, Tuhan! Kamu benar-benar berbeda dari yang lain, Gerald!” seru Yann kagum. Ternyata Gerald masih sempat berpikir untuk mengambil peta Tye sebelumnya meskipun berada dalam situasi yang menegangkan!Terlepas dari itu, betapa melegakan! Jika Tye dan yang lainnya tidak lagi memiliki peta, mereka pasti tidak dapat melanjutkan pencarian mereka!“Apa pun itu, Tye dan anak buahnya mungkin datang ke sini untuk mencari harta karun, tapi kita berbeda. Apa yang kita anggap berharga berbeda dari mereka. Jadi, aku ingin kalian berdua mendengarkanku dengan saksama. Setelah kita mencapai yang menjadi tujuan kita, kalian tidak boleh menyentuh atau mengambil apa pun tanpa terlebih dahulu meminta izin dariku! Apakah perkataanku ini cukup jelas bagi kalian?” kata Gerald."Mengerti, Tuan Crawford!" jawab Ray."Tapi... jika kita tidak mengambil apa pun untuk dibawa pulang, maka perjalanan ini akan sedikit sia-sia, bukan begitu, Tuan Crawford?" gumam Yann dengan sedikit enggan.“Meskipun aku tidak akan