“Oh, tidak! Auranya makin kuat!” Gerald terkejut.“Cepat, Tuan Lee, bawa anak buahmu keluar dari sini. Keluar sekarang! Aura di tubuhmu adalah target para hantu pendendam!” kata Gerald pada Harold."Mundur!" Harold langsung berteriak tanpa berpikir dua kali.Mendengar itu, semua inspektur mundur dari aula bersama Harold dan segera menepi.Begitu berada di luar, Harold dan anak buahnya melihat kabut hitam berhembus menuju aula Geng Hoklux dari langit.Semua orang di tempat kejadian ketakutan. Mereka belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya.Pada saat itu, hanya Gerald dan Ray yang berada di dalam aula. Gerald melirik ke arah Ray yang ada di belakangnya."Apa yang kamu lakukan di sini? Keluar sekarang!" teriak Gerald."Kakak Gerald, aku ingin tetap di sini untuk membantumu!" jawab Ray.“Apa yang bisa kamu bantu? Kamu belum belajar apa pun. Aku bisa menangani ini sendirian! Cepat keluar sebelum terlambat!”Gerald mendorong Ray keluar dari aula.Gerald tidak sedang bercan
“Ray, awas!” Gerald berteriak pada Ray untuk memperingatkannya.Mendengar peringatan Gerald, Ray langsung membuka matanya. Detik berikutnya, pinggang Ray sudah diikat oleh pita merah.Wusshh!Ray terseret ke depan.Melihat itu, Gerald segera memotong pita merah dengan pedangnya.Krakk!Untungnya Gerald bertindak cepat. Dia memotong pita merah dan menyelamatkan Ray.“Rantai Jiwa!”Setelah menyelamatkan Ray, Gerald melemparkan Rantai Jiwanya ke arah hantu itu.Tetapi ternyata hantu perempuan itu cukup gesit. Dia melambaikan pita merahnya lagi untuk menghalau serangan Rantai Jiwa.Tidak mau sampai lengah, Gerald kemudian melompat ke depan dan menerjang ke arah hantu. Gerakan Gerald yang sangat cepat membuat hantu perempuan itu tidak sempat mengelak.Gerald menikam hantu perempuan itu dengan Pedang Astrabyss miliknya."Matilah kau!" teriak Gerald dengan suara penuh amarah.Berikutnya, Pedang Astrabyss memancarkan api biru tua dan menelan hantu wanita itu. Lalu dengan menggunakan
“Oh, tentu saja. Hati-hati di jalan, Tuan Crawford!” Harold mengucapkan selamat tinggal kepada Gerald dengan hormat. Setelah itu, Gerald dan Ray meninggalkan markas Geng Hoklux dengan mobil. "Kak Gerald, sepertinya fakta di balik ini semua tidak akan pernah terkuak," ujar Ray setelah berada di dalam mobil. “Haha, aku tidak menyangka akan ada hantu di aula. Jadi aku menggunakannya sebagai alibi. Ya, bagaimanapun juga, mereka berdua memang pantas mati,” kata Gerald dengan senyum tipis. Sebenarnya, bahkan tanpa adanya hantu itu pun, tak seorang pun akan tahu bahwa Gerald yang telah membunuh Roger dan pria bercodet. Tetapi karena ada kebetulan yang menguntungkan, jadi Gerald menggunakan hantu itu sebagai kambing hitam. “Ray, lain kali kalau aku menyuruh kamu pergi, jangan membantah. Untung saja hantu itu tidak terlalu kuat. Kalau tidak, aku tidak akan bisa menyelamatkanmu!” ujar Gerald mengingatkan Ray. "Oke, aku mengerti, Kak Gerald." Ray mengangguk patuh. Apa yang terjadi hari i
“Ya, sudah. Kalau begitu aku mau pergi menemui Yann. Hubungi aku jika ada apa-apa!” Gerald mengingatkan Juno sekali lagi dan meninggalkan kantor. Setelah meninggalkan kantor, dia pergi ke tempat Yann. Di perjalanan, dia tidak lupa menelepon Yann. Panggilan itu segera dijawab. “Halo, Yan. Kenapa kamu mencariku?” tanya Gerald pada Yann yang ada di ujung telepon dengan rasa ingin tahu. "Gerald, aku punya kabar baik untukmu!" jawab Yann dengan penuh semangat. "Kabar baik? Kabar baik apa?” tanya Gerald ragu. "Ha! Ha! Ha! Nanti kuberi tahu!" Yann membuat Gerald makin penasaran. Bocah itu bersikap misterius lagi. Gerald tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu Yann."Oke. Apa kamu ada di rumah sekarang? Aku sedang dalam perjalanan ke sana. Aku akan sampai sekitar sepuluh menit lagi,” ujar Gerald memberi tahu."Oh, cepat sekali? Ya, aku di rumah," jawab Yann yang sedikit terkejut."Oke. Sampai jumpa. Dah."Gerald menutup telepon. Orang kaya seperti Yann selalu seperti itu. Dari nada sua
Ketika Gerald mendengarnya, dia ragu sejenak dan bertanya-tanya tempat apa yang dimaksud Yann. "Di mana itu?" tanya Gerald. "Hehe. Apa kamu pernah mendengar tentang Gunung Dakriont?” Yann mencoba membuat Gerald makin penasaran. Gerald ragu sejenak dan mengangguk. "Aku tahu. Itu tempat wisata, kan? Kenapa kamu menanyakan itu?” jawab Gerald sambil memandang Yann dengan tatapan curiga. Kenapa Yann tertarik pada tempat wisata?“Nah, ada sesuatu yang tidak kamu tahu, Gerald. Orang-orang mungkin tahunya tempat itu adalah objek wisata, tapi sebenarnya ada sebuah gua yang tersembunyi di dalam gunung dan ada banyak harta karun di sana.” Yann memberi tahu Gerald dengan ekspresi sangat bersemangat di wajahnya."Oh, ya? Tapi, Yann, dari siapa kamu tahu soal ini?” tanya Gerald yang sedikit terkejut. Pasti ada seseorang yang memberitahu Yann tentang rahasia itu. Dan pasti ada kejutan di balik ini.“Um…” Yann ragu-ragu untuk menjawab. “Gerald, jawab dulu kamu mau bergabung denganku atau tidak.
Yann berjalan mendekati Gerald dan mencoba membujuknya sekali lagi. Gerald melirik Yann dan menatap Tye Lamano. "Tuan Lamano, bagaimana Anda tahu tentang gua di Gunung Dakriont? Dan bagaimana Anda tahu bahwa ada harta karun di dalamnya?” tanya Gerald.“Tentang itu, aku tidak bisa menjawab. Aku hanya bisa memberi tahumu bahwa semua yang aku tahu muncul di peta yang diwariskan oleh nenek moyangku. Aku membutuhkan kalian berdua untuk melakukan perjalanan ke gunung itu. Aku tahu Tuan Crawford mampu melakukan hal-hal fisik dan metafisik. Itu sebabnya aku meminta Tuan Williams untuk mencarimu. Aku harap kalian mau membantu kami!” kata Lamano dengan nada serius. Tentu saja Gerald tahu yang dipikirkan Lamano dalam benaknya. Dia menginginkan harta karun itu. "Tuan Crawford, aku tahu kau sedang mencari sesuatu dan menurut catatan nenek moyangku, barang yang kau cari kemungkinan besar ada di Gunung Dakriont. Jadi silakan pertimbangkan ini baik-baik.” Melihat Gerald tidak menunjukkan respons,
Yann merasa senang karena Gerald tidak banyak menyalahkannya. Tadinya dia kira Gerald akan sangat marah padanya. “Ya, sudah kalau begitu, aku pulang dulu. Kamu tetap hubungi Tye Lamano. Beritahu aku kapan kita akan berangkat. Aku akan pulang dan bersiap-siap.” "Oke, tentu saja, Gerald." Yann mengangguk paham.Setelah itu, Gerald meninggalkan rumah Yann dan kembali ke kantornya. Tak lama kemudian, dia sampai di kantor. Saat masuk ke dalam, Ray dan Yrsa sedang belajar di meja dan Juno sedang asyik dengan HP nya di samping mereka."Bagaimana kemajuan latihanmu?" tanya Gerald saat dia masuk. "Hei, Kak Gerald, kamu sudah pulang!" Ketika Ray melihat Gerald, dia berdiri dan tersenyum padanya. “Kak Gerald, Nona Zorn mengajari kami beberapa teori dasar tentang dunia spiritual. Aku belajar banyak tentang dunia spiritual, jiwa, dan hantu.” Ray segera melaporkan kemajuannya ke Gerald. Setelah mendengar itu, Gerald mengangguk puas. "Oke, bagus. Sekarang kita rapat!” jawab Gerald dan segera
“Tidak. Kamu tetap di sini. Aku akan pergi ke sana bersama Yann!” jawab Gerald sambil menatap ketiganya. "Tapi... Tuan Crawford—" "Dengar, aku tahu kamu ingin ikut untuk melihat dan belajar lebih banyak, Ray, tapi tidak kali ini. Apalagi kita tidak tahu bahaya apa yang menanti di Gunung Dakriont. Risikonya terlalu besar! Jadi tolong tetap di sini dan berlatih dengan Nona Zorn,” sahut Gerald sebelum Ray sempat menyelesaikan kalimatnya. Pada akhirnya, Ray tetaplah orang biasa, yang berarti kemampuannya sangat berbeda dibandingkan dengan Gerald.Gerald mengatakan semua itu karena dia benar-benar mengkhawatirkan Ray. Selain itu, tetap tinggal di sini untuk berlatih bersama Juno pasti akan lebih bermanfaat bagi Ray. Dengan menghabiskan waktu untuk berlatih dan belajar dengan benar, nantinya Ray pasti akan bisa mendampingi Gerald menyelesaikan masalah dan bukan hanya menjadi cadangan. Ray yang memahami maksud Gerald hanya bisa pasrah dan menurut. Berikutnya Gerald beralih menghadap Juno