Ketika Gerald mendengarnya, dia ragu sejenak dan bertanya-tanya tempat apa yang dimaksud Yann. "Di mana itu?" tanya Gerald. "Hehe. Apa kamu pernah mendengar tentang Gunung Dakriont?” Yann mencoba membuat Gerald makin penasaran. Gerald ragu sejenak dan mengangguk. "Aku tahu. Itu tempat wisata, kan? Kenapa kamu menanyakan itu?” jawab Gerald sambil memandang Yann dengan tatapan curiga. Kenapa Yann tertarik pada tempat wisata?“Nah, ada sesuatu yang tidak kamu tahu, Gerald. Orang-orang mungkin tahunya tempat itu adalah objek wisata, tapi sebenarnya ada sebuah gua yang tersembunyi di dalam gunung dan ada banyak harta karun di sana.” Yann memberi tahu Gerald dengan ekspresi sangat bersemangat di wajahnya."Oh, ya? Tapi, Yann, dari siapa kamu tahu soal ini?” tanya Gerald yang sedikit terkejut. Pasti ada seseorang yang memberitahu Yann tentang rahasia itu. Dan pasti ada kejutan di balik ini.“Um…” Yann ragu-ragu untuk menjawab. “Gerald, jawab dulu kamu mau bergabung denganku atau tidak.
Yann berjalan mendekati Gerald dan mencoba membujuknya sekali lagi. Gerald melirik Yann dan menatap Tye Lamano. "Tuan Lamano, bagaimana Anda tahu tentang gua di Gunung Dakriont? Dan bagaimana Anda tahu bahwa ada harta karun di dalamnya?” tanya Gerald.“Tentang itu, aku tidak bisa menjawab. Aku hanya bisa memberi tahumu bahwa semua yang aku tahu muncul di peta yang diwariskan oleh nenek moyangku. Aku membutuhkan kalian berdua untuk melakukan perjalanan ke gunung itu. Aku tahu Tuan Crawford mampu melakukan hal-hal fisik dan metafisik. Itu sebabnya aku meminta Tuan Williams untuk mencarimu. Aku harap kalian mau membantu kami!” kata Lamano dengan nada serius. Tentu saja Gerald tahu yang dipikirkan Lamano dalam benaknya. Dia menginginkan harta karun itu. "Tuan Crawford, aku tahu kau sedang mencari sesuatu dan menurut catatan nenek moyangku, barang yang kau cari kemungkinan besar ada di Gunung Dakriont. Jadi silakan pertimbangkan ini baik-baik.” Melihat Gerald tidak menunjukkan respons,
Yann merasa senang karena Gerald tidak banyak menyalahkannya. Tadinya dia kira Gerald akan sangat marah padanya. “Ya, sudah kalau begitu, aku pulang dulu. Kamu tetap hubungi Tye Lamano. Beritahu aku kapan kita akan berangkat. Aku akan pulang dan bersiap-siap.” "Oke, tentu saja, Gerald." Yann mengangguk paham.Setelah itu, Gerald meninggalkan rumah Yann dan kembali ke kantornya. Tak lama kemudian, dia sampai di kantor. Saat masuk ke dalam, Ray dan Yrsa sedang belajar di meja dan Juno sedang asyik dengan HP nya di samping mereka."Bagaimana kemajuan latihanmu?" tanya Gerald saat dia masuk. "Hei, Kak Gerald, kamu sudah pulang!" Ketika Ray melihat Gerald, dia berdiri dan tersenyum padanya. “Kak Gerald, Nona Zorn mengajari kami beberapa teori dasar tentang dunia spiritual. Aku belajar banyak tentang dunia spiritual, jiwa, dan hantu.” Ray segera melaporkan kemajuannya ke Gerald. Setelah mendengar itu, Gerald mengangguk puas. "Oke, bagus. Sekarang kita rapat!” jawab Gerald dan segera
“Tidak. Kamu tetap di sini. Aku akan pergi ke sana bersama Yann!” jawab Gerald sambil menatap ketiganya. "Tapi... Tuan Crawford—" "Dengar, aku tahu kamu ingin ikut untuk melihat dan belajar lebih banyak, Ray, tapi tidak kali ini. Apalagi kita tidak tahu bahaya apa yang menanti di Gunung Dakriont. Risikonya terlalu besar! Jadi tolong tetap di sini dan berlatih dengan Nona Zorn,” sahut Gerald sebelum Ray sempat menyelesaikan kalimatnya. Pada akhirnya, Ray tetaplah orang biasa, yang berarti kemampuannya sangat berbeda dibandingkan dengan Gerald.Gerald mengatakan semua itu karena dia benar-benar mengkhawatirkan Ray. Selain itu, tetap tinggal di sini untuk berlatih bersama Juno pasti akan lebih bermanfaat bagi Ray. Dengan menghabiskan waktu untuk berlatih dan belajar dengan benar, nantinya Ray pasti akan bisa mendampingi Gerald menyelesaikan masalah dan bukan hanya menjadi cadangan. Ray yang memahami maksud Gerald hanya bisa pasrah dan menurut. Berikutnya Gerald beralih menghadap Juno
Karena Gerald berkemas lebih awal, jadi dia juga bisa tidur lebih awal malam itu. Dengan istirahat yang cukup, dia akan bangun dalam keadaan bugar. Saat itu hari masih pagi ketika Gerald bangun. Setelah menyantap sarapan, Gerald menggendong ranselnya dan mengendarai mobil menuju pintu masuk jalan raya. Tepat pukul sembilan, Gerald akhirnya bertemu dengan Yann, Tye, dan yang lainnya. Baru saja mereka akan saling menyapa, tiba-tiba terdengar suara benturan keras dari bagasi mobil Gerald, disusul dengan pekikan, "Sial!"Gerald mengangkat alisnya, lalu bergegas kembali ke mobil untuk memeriksa. Saat membuka bagasi, Gerald terkejut melihat Ray terbaring di sana dengan lengan melingkari koper.“Sedang apa kamu di sini, Ray?” tanya Gerald yang benar-benar kaget. Ray terkekeh canggung kemudian meringis malu-malu dan menjawab, “Aku... mmm... aku benar-benar ingin ikut! Jadi tolong biarkan aku ikut denganmu!”“Lelucon apa ini? Cepat kembali ke kantor!" bentak Gerald, membuat Ray terdiam seje
Tentu saja itu membuat Juno dan Ray agak terkejut. Juno segera tersentak sadar dan menuruti keputusan Gerald. Ray sendiri juga tidak menyangka Gerald akan membelanya. Setelah Gerald menutup telepon, Ray menatap Gerald sambil bergumam, “Um… Tuan Crawford—” “Tidak perlu mengatakan apa-apa. Kamu sudah ada di sini, jadi mari kita manfaatkan sebaik-baiknya. Tahan lidahmu sebisa mungkin begitu kita sampai di sana dan dengarkan setiap perintahku baik-baik!” kata Gerald, tidak memberi kesempatan pada Ray untuk menyelesaikan kalimatnya.“A-aku mengerti, Tuan Crawford! Jangan khawatir, aku akan patuh!” kata Ray sambil mengangguk cepat. Yann yang masih sibuk mengemudi tidak bisa menahan senyum sambil berkata, “Ternyata kamu punya murid yang sangat baik, Gerald. Dia khawatir padamu sampai-sampai dia menyelinap ikut!" “Hah! Justru dia yang membuatku khawatir sepanjang waktu!” balas Gerald dengan raut kesal.Mendengar nada bicara Gerald, Ray tahu bahwa Gerald tidak lagi marah padanya. Ia pun bis
Setelah memarkir mobil, Gerald dan yang lainnya segera menuju ke loket tiket untuk masuk ke Gunung Dakriont. Satu tiket berharga enam puluh dolar yang dibayar oleh Tye. Jadi Gerald dan rombongannya tidak perlu khawatir soal biaya masuk. Setelah masuk, alih-alih langsung ke tujuan, hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari tempat untuk bersantai. Setelah memakan bekal yang mereka bawa, Tye berdehem dan berkata, “Baik, dengarkan, semuanya. Kita akan bermalam di sini dan berangkat besok saat fajar menyingsing, paham?” Mendengar itu, semua orang mengangguk setuju. Lagi pula, malam akan segera tiba dan bepergian dalam kegelapan bukanlah ide yang bagus. Selain jelas lebih berbahaya, mereka juga bisa tersesat. Jadi pilihan terbaik adalah berangkat besok pagi. Tye kemudian memerintahkan salah satu anak buahnya untuk memesankan sebuah kabin bagi mereka untuk bermalam. Tentu saja penginapan di tempat seperti itu tidak ada yang murah. Apalagi kabin kayu—yang akhirnya mereka tempati —tampa
“Sudah biarkan saja, Gerald. Aku paham keinginannya karena pemandangan di sini memang sangat indah," kata Yann. Setelah mendengar itu, Gerald hanya bisa menghela napas paham. Apalagi masih butuh sekitar dua jam untuk menempuh jarak lima mil dan tiba di Dek Pengamatan Petugas. Gerald harus mengakui bahwa sifat kekanak-kanakan Ray setidaknya akan membuat perjalanan tetap menyenangkan.Hampir tengah hari, rombongan itu tiba di Dek Pengamatan Petugas. Dek itu terletak cukup tinggi di Gunung Dakriont. Diduga dinamai begitu karena ada seorang perwira biasa datang ke sini untuk menikmati pemandangan, berabad-abad yang lalu.Selain karena sebagai dek pengamatan, tempat itu juga dikenal sebagai lokasi untuk memantau awan.Sesuai namanya, segala macam awan bisa dilihat dari atas sini. Setelah tiba, Tye menoleh pada yang lain dan berkata, “Baik, semuanya. Kita sudah sampai! Kita istirahat sebentar dan makan. Setelah itu kita akan mulai memasuki jalan pegunungan yang kasar dan terjal." Yang l