Si Manusia Biasa ini masih mahasiswa, tetapi bisa berinvestasi sebesar lima belas juta dolar. Ini gila!Kasak-kusuk terjadi di asrama putri.“Ngomong-ngomong, kamu ingat nggak mobil Lamborghini yang harganya dua juta enam ratus dolar yang pernah parkir di gerbang kampus? Apa jangan-jangan itu milik Manusia Biasa?”“Ah, benar! Pasti itu mobil miliknya!“Waktu itu semua orang sibuk menebak pemilik mobil itu. Ah, ketahuan sekarang pemiliknya sangat mungkin dari Jurusan Bahasa dan Sastra dan sepertinya milik mahasiwa tahun ketiga.” “Waduh, siapa, ya kira-kira?”Para mahasiswi yang bergosip itu berasal dari Jurusan Sastra. Mereka tidak menyangka ada jutawan kaya di jurusan mereka. Ditambah lagi, si mahasiswa kaya ini belum diketahui ada di kelas mana. Ini membuat mereka semakin gemas penasaran. Para gadis itu bahkan menenelepon pacar mereka masing-masing dan mulai menginterogasi dengan menanyakan tentang latar belakang keluarga. Mereka curiga jangan-jangan pacar mereka adalah Si Man
Orang yang menamparnya tidak lain adalah Cassandra. Gerald tidak menyadari kehadiran Cassandra karena tadi dia sibuk menatap layar ponselnya. Gerald buru-buru memasukkan HPnya ke dalam saku karena takut ketahuan.“Gerald, kamu tuh makin hari makin nggak berguna, ya! Aku tadi nyuruh kamu bersih-bersih, kan? Malah asyik main HP di sini. Apa karena menang lotre kamu jadi seenaknya sekarang? Dengar, ya, orang yang beneran kaya saja mereka harus tetap bekerja keras. Dan satu hal yang kamu harus selalu ingat, kamu itu nggak punya modal apa-apa untuk bisa dibandingkan sama mahasiswa lain di kampus ini!” Tidak selesai dengan tamparan, Cassandra menambah cercaan dan omelan pada Gerald. Bangsat! Cassandra selalu memperlakukan Gerald seperti sampah di dunia nyata. Tetapi pada Manusia Biasa di akun WeChat, dia benar-benar bersikap berbeda. Kalau tidak ingat sedang mengerjai Cassandra di dunia online, mungkin Gerald sudah benar-benar kehilangan rasa sabar sekarang. Gerald memilih tidak berkata
Lokasinya ada di Kota Rivington!Sejurus kemudian ponsel Gerald berdering. Di layarnya tertulis nama Elena. “Tuan Crawford, Anda sudah menerima tiket masuk yang saya kirim?”“Ya, sudah kuterima. Kamu kan bisa memberinya langsung ke aku kalau ada kesempatan. Nggak perlu repot-repot pakai kurir.”“Ehehehe... jadi begini, Tuan Crawford. Saya sudah di Kota Rivington sejak kemarin untuk mengunjungi Tante saya. Baru kemudian saya ingat tadi malam kalau Anda belum mendapat tiket masuk. Jadi tengah malam tadi saya mengirimnya untuk Anda,” jawab Elena dengan sopan dan hormat.Setelah beberapa kali menghabiskan waktu bersama Gerald, Elena semakin menyadari bahwa Gerald memang memiliki pesona yang tidak biasa. Meski Gerald adalah seorang pewaris yang kaya raya tapi dia sama sekali tidak punya sifat arogan. Gerald justru sangat sederhana dan bersahaja. Hal itu membuat Elena semakin terpikat. Jadi kali ini dia yang sebenarnya menginginkan Gerald untuk datang ke pesta.“Ada tempat-tempat yang
”Apa kamu bercanda, tadi aku lihat kamu masih memegangnya?”Mereka tiba di pintu masuk, seorang pria muda kaya lainya menjawab. “Yeah, tapi bukannya aku tadi sempat kencing? Nah, mobil kita berhenti di jalan dan aku buang air kecil di bawah pohon. Sial, aku ingat sekarang! Sebelum kencing aku masih memegang tiketku, tapi setelah kencing kurasa aku sudah tidak memegangnya lagi. Jadi mungkin tiketku hilang waktu aku kencing tadi!”Sontak semua beramai-ramai mengejeknya, tentu saja ejekan dalam konteks pertemanan.Sejurus kemudian semuanya menjadi cemas.“Ayo, kita coba cari sekali lagi. Tapi kalau memang tidak ada maka kita harus kembali ke tempat tadi kita berhenti…” “Tapi kan itu jauh dari sini!”Mereka lalu mencoba menjelaskan kepada resepsionis bahwa sebenarnya mereka punya tiket, tapi tiketnya hilang dan mereka melobi resepsionis itu supaya bisa masuk tanpa harus menunjukkan tiket.Resepsionis wanita di pintu masuk itu langsung menolak.“Ada masalah apa ini?”Seorang pria paruh ba
Gerald terkejut. Dia berhenti untuk mengetahui yang mereka inginkan dari dirinya. “Kamu! Tunjukkan tiketmu sekarang!”Ted Lopez luar biasa marah.Gerald sama sekali tidak terlihat seperti layaknya pria muda kaya. Awalnya dia masih ragu bahwa ini salah paham, tetapi tidak setelah melihat cara berpakaian Gerald. Bisa dipastikan bahwa itu bukan salah paham!Ted membenci Gerald setengah mati.“Bukannya tadi kamu sudah mengecek tiketku tadi?” Gerald menunjuk resepsionis wanita. “Jika aku tidak mengecek, dari mana aku bisa tahu ada pecundang yang menyelinap masuk!” “Mr Zimmerman, ini orangnya. Aku yakin dia yang menemukan tiket masukmu!” Hadley berteriak pada Gerald dengan kasar. Selesai bicara, resepsionis itu menghampiri Gerald dan merebut tiket masuk dari tangan Gerald.“Geez, dunia ini terlalu luas dan ada banyak jenis manusia di dalamnya. Orang sepertimu berani berpikir untuk ikut pesta kapal pesiar!”Beberapa gadis mencibir dan mata mereka memancarkan penghinaan. Ge
Tanpa berpikir dua kali, Gerald tahu maksud Elena.Elena sedang mencoba meminta Gerald untuk berpura-pura menjadi pacarnya supaya Elena punya senjata untuk berurusan dengan saudara sepupunya.Gerald sudah capek berpura-pura, apalagi pura-pura jadi pacar orang.“Gerald, tolonglah, aku mohon kamu mau berpura-pura jadi pacarku. Kamulah kandidat terbaik menurutku. Aiden dan teman-temanya seperti gerombolan gangster, jauh berbeda denganmu. Jika kamu tidak mau membantuku, maka sepupuku akan menjodohkan aku dengan orang itu dan aku benar-benar tidak ingin bertemu denganya!” Elena terus memohon.Sebenarnya Gerald ingin menolak, tetapi dia tidak bisa menemukan alasan untuk itu. Dan lagi Elena telah membantu Gerald beberapa kali dan sekarang dia sedang butuh bantuannya. Sebuah permintaan yang sederhana, Gerald merasa tidak enak hati untuk menolaknya.“Baiklah!” Gerald mengangguk setuju.Setelah menutup telepon, Gerald tidak kembali naik dan menemui Aiden dan teman-temannya, tetapi Gerald mencar
“Elena, benarkah dia pacarmu?”Begitu masuk ke dalam rumah, sekelompok pria dan wanita yang terlihat seumuran melontarkan pertanyaan bahkan sebelum para orang tua bersuara.Semua orang mulai menilai Gerald.Tidak lama kemudian, beberapa di antara mereka mengungkapkan yang mereka pikirkan.‘Wow, Elena sangat cantik! Tapi mengapa seleranya sangat buruk? Jelas sekali bahwa pacarnya itu bagaikan langit dan bumi!”“Elena, sebenarnya kami ingin mengajakmu ke acara pesta di kapal pesiar, tetapi kamu selalu sibuk. Hmmmm, begini, bagaimana kalau kamu ikut dan kamu bisa sekalian mengajak pacarmu!” Salah seorang gadis berkata.“Yeah, kebetulan sekali… kita bisa pergi sama-sama!” Elena tersenyum sambil terus menggandeng lengan Gerald, tak sedetik pun dia melepaskannya.Tak seorang pun dari sepupu Elena sudi menyapa Gerald.Elena tahu mereka semua memandang rendah Gerald.Namun, Elena tidak berani membuka jatidiri Gerald tanpa seizin Gerald. Elena lega karena tampaknya Gerald baik-baik saja menghad
“Tante, jangan bicara begitu!”Mata Elena membulat menatap tantenya.Elena tidak menyangka kata-kata sekejam itu akan keluar dari mulut tantenya.Tante Elena belum tahu siapa sebenarnya pria yang sedang berdiri di hadapannya. Dialah sang taipan sejati dan sosok dambaan keluarga besar Larson!Elena menjadi sedikit kaget.Gerald semakin terbiasa menghadapi cacian dan hinaan. Dia menjadi kebal dan mati rasa dengan semua kata-kata kasar dan tajam yang ditujukan padanya.Ruby ingin mengingatkan Gerald dengan lebih keras. Dia ingin membuat Gerald paham dan menjauhi Elena.Tiba-tiba, ponsel Ruby berdering dan dia segera menjawab panggilan itu.“Oh? Dickson Wayward? Huh? Bukannya tadi aku sudah bilang supaya kamu datang lain waktu? Apa? Kamu sudah ada di pintu? Okay,okay, aku ke situ sekarang!”Rupanya Dickson Wayward yang menelpon. Ruby sudah melarangnya untuk datang saat itu.Tetapi siapa sangka bahwa Dickson tetap ngotot untuk datang?Mendengar bahwa pacar Elena akan datang, benak Ruby dipe