Keheningan terjadi di antara Emilio dan juga Earnest. Emilio berada tepat di depan jendela kaca besar. Pandangannya tertuju ke arah luar di mana langit tampak sedikit mendung. Emilio berdiri sembari menyematkan satu tangannya pada saku celana. “Jadi apa yang membawa ayah datang ke sini?” Emilio bertanya dengan nada suara yang dingin.
“Aku dengar kau sudah memutuskan untuk menikahi wanita itu?”
“Ya, aku akan menikahinya.”
“Emilio, tak bisakah kau mengurungkan niatmu? Itu tidak benar, kau tahu itu.”
Emilio berbalik ia menatap Earnest tajam, semirk Emilio mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Emilio kembali memand
Hari telah berganti malam Emilio kembali ke rumah dengan wajah yang kusut. Luka lebam di sudut bibirnya semakin terlihat. Ia juga masih merasakan sakitnya. Joseph datang menghampiri dia terkejut saat mendapati keadaan Emilio yang cukup berantakan ditambah sedikit luka. “Apa yang terjadi dengan Anda Tuan muda?” “Ah ini, hanya luka kecil tidak perlu risau,” Emilio menyentuh sudut bibirnya dan sedikit mengernyitkan alisnya. “Di mana Elijah? biasanya dia turun saat mendengar suara mesin mobil. Kenapa sekarang tidak ada?” Emilio mencari sekeliling tapi tidak menemukan sosok Elijah, wanita yang membuatnya selalu merindu. “Tuan, nyonya sedari tadi siang belum kembali,” joseph merasa khawa
Keesokan paginya Emilio terbangun, kepalanya yang masih pusing membuatnya masih setengah sadar, bau antiseptik dan obat-obatan tercium kuat oleh hidungnya. Perlahan Emilio matanya yang telihat pertama kali adalah langit-langit putih. Ia merasakan sedikit berat di bagian bawah tubuhnya. Yang dilihatnya adalah Elijah. ia tertidur sembari terus menggenggam tangan Emilio. sudut bibirnya tersungging sedikit senyuman lembut. Emilio mengingat kembali kejadian kemarin malam, dia berlari seperti orang gila saat mencari Elijah di seluruh kota. Hingga akhirnya dia menemukannya di taman dekat gedung apartemen tempatnya tinggal. Ada rasa lega di hatinya ternyata ayahnya tidak melakukan sesuatu yang sangat mengerikan pada Elijah. Emilio perlahan turun dari ranjang. Elijah begitu nyenyak hingga tidak merasakan getaran s
Di dalam ruang tamu di mansion utama keluarga Xavier telah berkumpul keluarga inti. Mereka tengah membicarakan bagaimana kelanjutan nasib Emilio ke depannya. Sebagian keluarga inti sangat senang ketika hubungan Emilio renggang dengan ayahnya karena mereka sangat ingin menjatuhkan Emilio dan merebut kekuasaannya. Lincoln Xavier sebagai tetua di keluarga Xavier dan juga sebagai kakek kandung Emilio. hanya mengamati apa yang terjadi pada Emilio. Setelah dia mendapat penjelasan dari sumber terpercaya Lincoln benar-benar tidak habis pikir dengan Earnest yang menutupi kebejatan putra sulungnya. Raut wajah nya begitu mara. “Lihat itu!” Lincoln membanting tablet yang menunjukkan jika Eito kembali terlibat kasus lainnya. Earnest meraih tabletnya dan ternyata di sana tertulis jika Eito terlibat kasus. Earnest
Setelah pembicaraan yang panjang lebar, keduanya meninggalkan rumah sakit. Di lobi keduanya menjadi perbincangan hangat, karena sikap romantis Emilio sudah tersebar seantero rumah sakit. Mereka menatap iri pada Elijah yang senantiasa berada di sampingnya. Emilio yang selalu bersikap dingin itu tidak berlaku saat dia bersama dengan Elijah. dia begitu hangat, perhatian, dan peduli Elijah. Emilio memperlakukan Elijah bak ratu segala urusan dan keinginannya akan dipenuhi selagi bisa dibeli. Langit sedikit mendung, awan keabu-abuan mengelilingi kota pertanda akan turun hujan yang cukup deras. Jalanan yang macet menghentikan laju mobil yang ditumpangi oleh Emilo. Elijah yang sedikit mengantuk pun setengah tertidur dengan kepala yang bergerak-gerak. Emilio memerhatikannya Elijah belakangan ini Emilio merasa jika wajah Elijah semakin cantik kala dipandang. Emilio mengarahkan kepala Elijah agar bisa bersandar di bahunya yang leba
Hari-hari berlalu dengan begitu cepat hari pernikahan pun semakin dekat. Elijah sudah tidak sering ke luar rumah. Emilio masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor dia bahkan selalu pulang ke rumah tengah malam. Keduanya tidak sering bertemu karena saat Elijah masih tertidur di pagi hari Emilio sudah berangkat ke kantor. Sedangkan saat dia pulang Elijah sduah tertidur keduanya melewati hari seperti itu selama satu minggu penuh. Hari ini cuaca sangat cerah langit biru memenuhi langit serta burung-burung yang beterbangan bebas di atas sana. Kehamilan Elijah sudah menginjak usia 3 bulan, dia sudah tidak merasakan lagi morning sick pada umumnya. Elijah turun ke lantai bawah dengan melewati anak tangga yang memutar. Di sana terlihat kepala pelayan Joseph yang sedang menyiapkan makanan untukku di meja makan. Saat Joseph balik aku pun menyapanya dengan sopan, “
Hari sudah beranjak sore, tetapi Elijah masih tertidur dengan kepala yang masih menempel di paha Emilio. sejak tadi Emilio tidak bergerak banyak dia terus menerus menyelesaikan pekerjaannya, satu-persatu. Sesekali satu tangannya terus mengusap lembut puncak kepala Elijah sembari matanya fokus pada lembar dokumen yang sedang dipegangnya. “Tuan muda, Tuan besar datang,” Joseph berbisik pada Emilio. Terdengar suara langkah laki yang menggema diiringi dengan ketukan tongkat yang berirama senada. Lincoln tiba di ruang tamu ia dikejutkan dengan pemandangan yang tidak pernah dilihatnya dari Emilio. sisi hangat dan lembutnya yang nyaris tidak pernah ditunjukkannya kini terpampang dengan jelas di depan kedua matanya. Lincoln mematung ia benar-benar tidak menyangka akan hal ini. “Kakek datang,” Sapa Emilio.
Di sebuah bar di pinggiran kota Sebastian duduk di depan meja bartender yang sedang meracik minuman. Datang seorang wanita yang cukup Familer. Wanita yang memiliki tato bunga daisy yang melambangkan kemurnian, kesetiaan, kesabaran dan juga kesederhanaan. Sama seperti penggunanya wanita yang ditemui oleh Sebastian begitu sederhana hanya mengenakan dress warna mint selutut dengan tas tangan yang tidak mahal. Wanita itu duduk di samping Sebastian ia menoleh dan menyapanya dengan sopan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sebastian hanya menatapnya heran tanpa berkedip sama sekali. “Tolong berikan aku segelas tequila,” pintanya. Suaranya terdengar sangat lembut. Entah kenapa Sebastian tertarik pada wanita seperti dirinya. Gerakan tangannya begitu lincah dan mahir setiap kali dia memegang gelasnya. &nbs
Sebastian terbangun, sesaat menatap langit-langit ruangan berwarna serba putih. Sementara dia tergeletak di atas ranjang. Detik kemudian logikanya kembali bekerja. “Aku berada di rumah sakit.” “Sebastian?” terdengar suara lirih dari sisi ranjang. Sebastian menoleh. Wanita itu duduk dengan wajah menunduk sama sekali tak berani menatap mata Sebastian. Ingatan kembali ke pristiwa terakhir yang diingatnya. Sebastian yang dipukuli tanpa alasan hanya karena bersama dengan wanita yang kini berada di sebelahnya. “Maafkan aku.” Wanita