Lelaki dengan Seribu TahajudBab 11-Ditemui Santa dan Menjemput Fatya-Alqi jadi penasaran, beberapa kali Nida menyebut wanita yang sellau memasang fotonya di facebook. siapa sebenarnya?“Bang Alqi!” Seseorang menyebut namanya di depan pintu. Terlihat Sri dibelakangnya.--Alqi terpegun, di depannya sudah ada Santa. Santa terpaku menatap Alqi, ada kilatan bening di matanya. “Santa …?” Al terbangun, kaget. Ia segera keluar kamar. Meminta asistennya melanjutkan sisa pekerjaanya pada laptop yang sedikit lagi selesai.Alqi melangkah mengajak Santa menuju teras rumah. Ia mempersilahkan Santa duduk. “Kemana saja kamu selama ini, Bang?” tanya Santa to the point setelah ia duduk. Alqi tak langsung menjawab. Tatapannya tertuju pada bunga-bunga taman di hadapannya.“Maaf, ya, Santa. Saya sudah lama nggak menghubungi kamu.”“Bukan cuma nggak menghubungi, Bang. Tapi juga nggak pernah menjawab WA-WA dari saya, panggilan telepon dari saya!”Santa nampak emosional.“Apa susahnya, sih, Bang, se
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 12-Dua Hati yang Menjaga-“Subhanallah.” Itu saja yang keluar dari bibir Alqi.Nida menunggu jawaban selanjutnya abangnya.“Bang? Kok diem, bisa nggak?”“Ihh, Abang, nih, nanti Kak Fatya keburu disamber orang jahat. Eh Astaghfirullahaladzim. Aduh, Bang buruan jawab bisa nggak. Kasihan dianya.”Alqi menatap jam, pukul setengah delapan malam. Ia ragu karena belum pernah menjemput perempuan, terlebih yang bukan muhrim, dan Fatya tidak memintanya langsung. Alqi sangat sungkan. Kemudian ia mengingat kembali banyak kebaikan Fatya untuk keluarganya. Alqi hanya bingung bagaimana jika nanti hanya bergoncengan berdua ditambah motornya adalah motor butut.“Dek, dia beneran minta dijemput? Gimana kalau dia nggak mau dijemput Abang. Dia ‘kan sangat menjaga diri. Gimana kalau sekarang sudah ada temannya yang jemput?“Bang, orang dia aja bikin status, nyari-nyari kendaraan atau orang yang mau ngjemput dia nggak ada.”“Sama sekali nggak ada kendaraan di sana, Nida?”
-Kebaikan Hati Wanita Pualam- 12Alqi memasuki gerbang rumah megah Lilyana kembali. Tapi sekilas matanya melihat sebuah mobil yang tadi ia kenal. di seberang jalan itu, ternyata mobil Santa terparkir. ‘Ada apa dengan gadis itu? Kenapa semalam ini dia belum pulang?’---Alqi terdiam mematung, tak berusaha mendekat, tapi benaknya berpikir, apa yang harus dilakukan. Kemudian dia melangkah masuk ke dalam rumah, menuju ke dalam kamarnya. Mungkin memang lebih baik membiarkannya saja, tak perlu menemuinya. Ini sudah larut. Seharusnya dia sudah pulang. Bukankah tadi sudah pamit pada simbok. Seharusnya sebagai wanita, dia tahu diri tak baik malam-malam di jalanan, terlebih dia sekarang sudah berjilbab. Atau ini bentuk kecewa dan protesnya karena tadi diabaikan Alqi?Alqi membersihkan diri, mandi dengan air hangat sebentar. Kepalanya terasa agak sedikit pusing, mungkin efek terkena sedikit hujan dan angin di jalanan tadi.Setelah mandi, ia ke dapur, membuat rebusan air hangat yang diberi jahe,
Lelaki dengan Seribu TahajudNisa Ingin Bisa Kuliah, Bang (13)... Fatya ingin lebih bermanfaat. Gimana kalau Fatya ingin uang itu digunakan untuk biaya kuliah nisa dulu, sisanya mungin bisa Abang gunakan untuk yang lain.""Iya, Nida setuju. Kak Nisa sangat pengen kuliah, Bang," timpal Annida.Alqi terpegun ... diam, lama ....----Berbagai rasa berkecamuk dalam benaknya. Ada rasa malu, karena lagi-lagi wanita ini bagai malaikat selalu datang menolong di saat yang benar-benar dibutuhkan. Tak enak hati, karena lagi-lagi dia yang menawarkan bantuan, bahkan di saat semua belum meminta. Sedih, karena sebagai lelaki, Alqi merasa tak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, impian keluarganya, justru selalu ada orang yang menolongnya."Bang, maafkan Fatya. Fatya tak berniat lain." Fatya merasa ucapannya barusan khawatir akan menyinggung Alqi. Ia menyadari seperti mengatur hidup seseorang karena memiliki uang.Alqi menghela napas dalam. Bahu bidangnya ikut bergerak naik mengikuti gerakan paru-p
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 14-Ujian Untuk Alqi-(Sabar Alqi)Pada obrolannya yang panjang, hingga akhirnya Alqi beranikan bertanya, kemana orang tua dan suaminya.“Sudah meninggal, akibat kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan mereka semuanya,” jawabnya dengan tatapan kosong, seakan menerawang jauh mengingat semua kejadian kala itu.----“Kami sedang akan pergi ke Turki untuk berlibur. Hanya saja, ternyata saya tidak bisa satu pesawat dengan mereka. Mereka berangkat lebih dulu. Saya tidak tahu kalau dalam penerbangan itu, kecelakaan pesawat menewaskan mereka. Saya sampai di Bandara dan mendengar kabar itu. Seperti orang gila saya menangis di Bandara, berjam-jam mencari penerbangan untuk pulang.”Lilyana menghembuskan napas dalam. Raut wajahnya sedih.“Rupanya kebersamaan di Bandara lima tahun lalu, adalah saat-saat terakhir saya bersama mereka, orang-orang yang teramat sangat saya jaga kebahagiaannya dan perasaannya dalam hidup.” Air muka wanita di hadapan Alqi ini beru
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 15Ketulusan Dua Hati-Wanita berjilbab lebar dan bergamis panjang ....---Annisa menoleh.“Fatya! Sini-sini masuk ….” Nisa segera menghampiri dan mengajak gadis anggun itu masuk. Fatya mengucap salam lalu meletakkan bingkisan yang nampaknya berisi buah-buahan itu di meja. “Bang Alqi, semoga lekas sembuh, ya. Fatya turut prihatin atas musibah yang menimpa,” ucapnya sembari menelangkupkan kedua tangan memberi salam. “Terima kasih, Fatya,” jawab Alqi sembari mempersilahkan duduk.Fatya menyalami Rosmina dan Achmad kemudian memilih duduk di Sofa tamu tak jauh dari bed pasien, dimana keluarga Alqi duduk melingkarinya, termasuk Fatya.Annida tak antusias seperti biasa melihat kehadiran Fatya, ia masih menangis sesenggukan bersahutan dengan suara Rosmina. “Abang cepet sembuh, ya. Kalau mau pergi-pergi suruh orang aja, jangan pergi sendiri …” ucap Nida sembari tergugu menatapi wajah abangnya yang penuh perban.Alqi mengangguk-angguk sembari membelai kepala
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 16-Ada Cahaya Terang Setelah Ujian-Matanya sempat bertemu pandang dengan Fatya.---Usai banyak mengobrol dengan Rosmina, Annisa dan Nida, karena mereka sudah lama tak bersua setelah Fatya menempuh pendidikan di Depok, Fatya ijin pamit.“Bang, Fatya ijin pamit, ya. Semoga Abang lekas sembuh.”“Terima kasih, Fatya sudah jenguk.”“Ya, Bang.”“Sebaiknya pesan taksi online saja, jangan taksi pinggi jalan?” Ada rasa khawatir dalam benak Alqi.“Iya, Bang. Sudah ada supir Fatya. Terima kasih, Bang. Assalamualaikum.” Fatya gegas berlalu.“Wa’alaikumussalam.”Fatya berpamitan kepada keluarga Alqi, kemudian berlalu.“Tunggu Fatya, aku antar kedepan.” Nisa menggamit lengan Fatya.“Nida ikut.”***Tiga hari di rumah sakit. Alqi diperbolehkan pulang. Karena masih berobat jalan, mereka tinggal di penginapan yang mereka sewa. Begitu Alqi bisa jalan. Rosmina tak tega membiarkan Alqi sendiri dalam proses pemulihan. Rosmina bersikeras membawa Alqi pulang kampung.Santa
Bab 17Pamit dan Pertolongan Tak DimintaSemoga buah kesabaran menghadapi ujian-ujian berat dalam hidupnya membuahkan hasil. Dalam benaknya sesungguhnya ingin sekali tak merepotkan banyak orang, kewajiban membayar hutang masih dimana-mana. Alqi merasa, ini adalah tanggung jawabnya, meski banyak permakluman dari mereka. Entah kenapa, Allah seperti menolongnya melalui mereka yang berhati lembut terhadapnya sang penghutang. Alqi sama sekali tak pernah membicarakan soal uang kepada ayah atau ibunya, khawatir membebani. Alqi tahu sebenarnya kedua orang tuanya juga ingin melunasi. Hanya karena ketakmampuan mereka saat ini, membuat mereka hanya bungkam, mungkin juga khawatir membebani pikiran Alqi. Kedua orng tua ini saling menjaga hati, juga sebenarnya saling berusaha untuk melunasi tanpa minta bantuan satu sama lain.Alqi sebenarnya ingin melanjutkan kuliah seperti janjinya pada kedua orang tuanya, pasti mereka senang, tapi semua ternyata tak mudah. Alqi memilih membangun bisnis sembari
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 42 Ending.-Akhir yang Bahagia-Jika tak ia turuti, khawatir akan mengecewakannya. Dituruti, maka akan semakin timbul rasa bersalah dalam benaknya.Alqi kembali merenung. Lama keduanya terduduk dalam diam."Maksud Fatya, Abang masih bisa membayarnya dengan cara lain."Alqi yang duduk menatap lantai, mendongakkan wajah."Cara lain?" Kedua alis lebat itu hampir menyatu."Maksudnya Fatya …." lanjutnya karena tak kunjung ada jawaban."Emm …. Bagaimana kalau gantinya …. Fatya minta Abang datang kepada Ayah Ibu untuk melamar Fatya?"Deg! Suara itu lirih, sangat lirih. tapi berhasil membuat Alqi tersentak hebat. Kedua bola matanya membulat. Fatya telah menegakkan kepalanya. Kini mata jeli itu menatap mata elang di hadapannya. Dengan ribuan debar yang hadir dalam dada, ia berusaha kuat menatap mata itu. Berusaha menunjukkan bahwa ia sedang tak main-main dengan permintaannya. Secepat kilat Alqi membuang pandang ke arah lain. Wajah pualam, kedua mata menyejukk
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 41-Permintaan Fatya untuk Alqi-"Masya Allah, ini indah sekali Fatya. Terima kasih, ya." "Sama-sama, Bang." Fatya mengangguk. Ada semu merah di pipinya.---"Abang doakan juga, semoga Fatya lekas wisudanya, ya ....""Amiiin, semoga lekas Sarjana Kedokteran dan jadi Dokter," timpal Nida menggelendot ke bahu Fatya."Doakan, ya, Nida, Bang.""Insyaallah …."Kemudian Fatya menyalami Rosmina dan Lilyana. Rosmina memeluk Fatya erat. "Nak Fatya, terima kasih sudah menyempatkan datang ke wisuda Alqi. Masyaallah Ibu senang sekali. Nak Fatya seorang wanita yang pasti selalu ada tepat ketika kami benar-benar membutuhkan pertolongan. Terima kasih, Nak. Terima kasih … Ibu sangat terharu Nak Fatya datang. Pasti ini di antara kesibukan kuliah Nak Fatya, menyempatkan waktu untuk datang." "Nggak, Bu. Fatya pasti menyempatkan datang. Akan sangat rugi kalau Fatya nggak ikut hadir merasakan kebahagiaan ini."Fatya mengusap-usap punggung Rosmina dalam pelukannya. Har
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 40Semu Merah di Pipi Fatya"Selamat, Bang, sudah menjadi sarjana yang membanggakan keluarga." Suara seorang wanita yang Alqi sangat kenali terdengar dari balik punggungnya.---Alqi berbalik.Seorang wanita berjilbab biru berdiri bersama dua orang pria."Santa.""Ya, Bang. Santa turut senang akhirnya Abang bisa menuntaskan pendidikan Abang. Sekali lagi selamat, ya."Santa memberikan sebuah box berpita yang sepertinya berisi kue, kepada Alqi."Terima kasih, Santa. Terima kasih juga bingkisannya. Kamu datang saja sudah membuat saya senang.""Tentu Santa datang, ini 'kan hari bahagia Abang. Abang banyak memberi pelajaran berharga dalam hidup Santa. Abang banyak membuat Santa semakin dekat dengan Allah. Semakin paham arti syukur yang sebenarnya."Wanita yang semakin mengulurkan jilbabnya lebih panjang itu sumringah."Santa juga turut senang, mendengar cerita dari Nida, Abang berkumpul kembali dengan Bu Lilyana. Santa takjub mendengar kisah Abang. Abang le
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 39-Wisuda dan Cumlaude-Dari balik pintu, dua orang Dokter sahabat Lilyana itu mengusap pipi yang basah, ikut bahagia.---Hari-hari selanjutnya Alqi banyak berdiskusi dengan para dokter yang menangani Rosmina dan Lilyana. Dua cinta terbaiknya kini yang sedang benar-benar ia usahakan kesembuhannya.Alqi telah memutuskan untuk tak akan banyak mempertanyakan tentang masa lalunya lagi kepada dua orang wanita itu. Sejatinya mereka berdua sangat menyayanginya. Rosmina yang begitu tulus membesarkannya dalam kekurangan. Lilyana yang sudah melahirkannya dan membuatnya ada di dunia ini.Itu anugerah terbesar dalam hidupnya yang sengaja Allah rancang seperti itu. Segala yang sudah terjadi mengandung ketetapan Allah. Ketetapan Allah tidak melulu sama seperti apa yang kita ingini. Terkadang kita perlu merenung lebih dalam untuk menangkap maksud Sang Pemberi Hidup. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyuka
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 38-Pelukan Penerimaan-"Assalamualaikum." Alqi mengucap salam. Tatapannya tepat bertemu dengan seorang wanita berjilbab yang sedang terbaring lemah itu. Ada iba menjalari hatinya. Melihat tubuh lemah dengan infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.Ia melangkah masuk perlahan dan duduk disebelah wanita itu. Hilang sudah kekecewaan yang bersemayam selama ini melihat Lilyana terbaring lemah. Lelaki yang hatinya selalu dekat kepada Allah dan dekat kepada kebaikan ini seakan mendapat petunjuk-Nya untuk segera meluaskan maaf dan melangitkan doa kepada wanita yang telah pernah berjuang melahirkannya ke dunia ini."Semoga lekas sembuh, ya, Bu," ucap Alqi.Lilyana hanya diam. Kemudian matanya sedikit memejam. Alqi mendapat informasi bahwa Lilyana sudah tak bicara sejak kemarin sore. Hanya matanya yang sesekali terbuka saat terjaga dan akan memejam kembali untuk tidur.Lama Alqi menunggunya membuka mata kembali, namun Lilyana tetap terpejam."Ibu m
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 37-Berdamai dengan Ego Diri'Lihatlah Al, bukan cuma kamu yang sakit, bahkan mereka juga sama terguncangnya. Mereka begitu menyayangimu.'Alqi lekas bangkit mengambil handuk untuk mandi. Membersihkan diri. Shalat sunnah dua rakaat mencoba mencari tenang. Menyandarkan diri pada Sang Pemilik Jiwa. Setelah itu ia meluncur dengan motor tuanya.Ia ingin segera bertemu Rosmina, wanita sederhana yang dalam ketakberpunyaannya sejak dulu selalu bersahaja. Tak pernah merasa kurang dengan apapun yang ia punya. Yang sudah sedemikian baiknya merawatnya yang bukan anak kandungnya tapi tak sedikitpun terasa ada yang berbeda. Bahkan sedemikian baiknya menjaga rahasia tentang siapa dirinya selama bertahun-tahun lamanua. Bahkan Alqi bisa merasakan bagaimana sebegitu kuatnya mimpi Rosmina untuk bisa menguliahkannya di Institut terkemuka di negeri ini. Tetap meyakini mampu menguliahkannya meski dengan segala keterbatasan. Hingga pada akhirnya garis nasib membuatnya ter
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 36-Hati yang Terguncang Membawa Sakit- Kami memang akan bergerak cepat kalau sudah ada laporan pengaduan seperti ini. Akan saya ajak diskusi Kapolsek setempat untuk menangani daerah Galanghani," jelas Sandi antusias.Kemudian AKBP Sandi Nugraha mengajak Alqi dan Ustadz Hamdani untuk makan siang di restaurant dekat Polres. Ramah sambutannya karena teringat jasa Alqi ketika di Jakarta pernah membantu mencarikan rumah sakit untuk ibunya yang patah tulang. Alqi cukup dikenal baik juga karena adik kandung AKBP Sandi, Rendi adalah teman akrab juga satu angkatannya di ITB.Usai berbincang, Alqi dan Ustadz memutuskan untuk pulang.Esoknya, Sarmi masih terus melakukan penagihan dengan penyitaan paksa. Rupanya ini jadi agenda rutin Sarmi bulan ini. Sudah banyak debiturnya yang menumpuk pembayaran di masa paceklik ini rupanya. Teguran Ustadz Hamdani kemarin tak berpengaruh apa-apa baginya. Ia tetap dengan agenda penagihan. Dengan mudah itu dijadikan alasan pena
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 35-Jalan Allah Untuk Alqi-Berkali ia pergi meninggalkan Lilyana yang sudah menunggu di ruang tamu kantornya berjam-jam. Ia bukan tak suka. Hanya merasa butuh waktu, untuk bisa menatap wajah Lilyana kembali sebagai ibu kandungnya.--*Alqi berjalan kaki melewati hutan dan sawah-sawah tempat dimana dulu ia bermain dengan teman-teman kecilnya. Menelusuri gang demi gang di kampungnya. Shalat dari masjid ke masjid seperti halnya dulu ia selalu berpindah masjid, mencari masjid yang lebih jauh dari rumah demi bisa mendapat pahala ibadah shalat berjamaan yang lebih besar. Setelah hampir dua tahun ia datang ke desa ini kembali. Desa Galanghani. Alqi memutuskan untuk datang. Ia ingin ziarah ke makam Almarhum Achmad. Ingin mendoakan lebih dekat, ingin melepas rindu dan melepas penat yang belakangan menghimpitnya. Berziarah ke makam Acmad, Alqi rasa itu adalah pilihan yang tepat."Assalamualaikum ya ahli kubur, ya ayahandaku, lelaki tauladan nan shalih yang kes
-Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan-Assalamualaikum." Suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Alqi mengejutkannya.Rosmina yang sedang duduk segera bangkit. Matanya menatap nanar kepada seseorang di hadapannya.----Dua orang itu beku saling memindai satu sama lain untuk beberapa saat. Kemudian tatapan Rosmina menjadi penuh kaca-kaca. "Bu Lilyanaaa …." Sapanya penuh getar.Lilyana melangkah maju memeluk Rosmina seketika.Yang terjadi seperti yang sudah bisa diperkirakan. Dua orang wanita matang usia yang sudah lama tak pernah bersua. Mereka bertangisan satu sama lain. Untuk beberapa lama saling tergugu.Rosmina memegangi lengan Lilyana, menuntunnya masuk ke dalam rumah. Tinggalah Alqi yang terbengong berdiri mematung melihat mereka berdua seakan sahabat lama yang saling rindu karena telah lama tak bersua.Ia merapikan peralatan mandi motornya, membersihkan kaki, cuci tangan lalu duduk di sebuah kursi pada teras rumahnya."Saya buatkan teh hangat dulu, ya, Bu.