Hening tidak ada seorangpun yang menjawab."Hei! Siapa yang berada di sana?!" teriak Dewa lebih keras.Dua orang security yang bertugas di pos mendengar Dewa berteriak kemudian berlari mendekat ke arah Dewa. Dia pikir Dewa memanggil mereka."Siap, Pak! Ada apa?" tanya kedua orang tersebut sambil memberikan hormat kepada Dewa.Keduanya memang tidak heran jika melihat Dewa sedang duduk di taman dekat kolam ikan tersebut, karena hal itu sering sekali dilakukan Dewa dalam menikmati malam bersama rokoknya. Karena Dewa tidak pernah merokok di dalam rumah, walaupun Kalila juga merokok. Namun, Dewa tidak akan pernah membuat rumah mereka dipenuhi dengan asap.Hal itulah yang membuat Dewa selalu pergi menjauh saat dia ingin merokok, pergi ke balkon ataupun di taman tersebut itu merupakan dua tempat yang benar-benar menjadi favorit Dewa.Seperti malam ini, Dewa memilih taman dekat kolam pastinya agar bisa sambil menikmati embusan angin malam yang segar."Kalian tidur?" tanya Dewa dengan menyeli
Keesokan harinya….Dewa berusaha untuk tidak menceritakan apa yang dia alami itu kepada ibunya. Dia tidak ingin membuat ibunya merasa ketakutan dengan semua itu. Rasti akan dengan mudah terpengaruh dengan keadaan yang menakutkan, apalagi setelah kedatangan William dan Dilara."Ari, apakah kau tahu di mana rekomendasi tempat pemasangan CCTV yang bisa dipercaya?" tanya Dewa kepada Ari ketika dia sudah sampai di kantor.Hari ini pikiran Dewa rasanya benar-benar bercabang, dia tidak bisa memikirkan mengenai urusan kantor, dia masih memikirkan keamanan di rumahnya."Bapak mau pasang CCTV? Dimana? Di kantor yang baru?" tanya Ari kemudian.Dewa hanya mengangguk sambil tersenyum, dan mengatakan dia rencana akan memasangnya di rumahnya."Semalam, rumahku mengalami teror yang tidak terduga. Seseorang melemparkan batu sebesar ini kepadaku dan beruntungnya tidak mengenai apapun di sana. Namun, aku masih penasaran ada orang yang masih mengirimkan teror-teror seperti itu. Jadi, aku ingin memasangka
"Apa yang aku pikirkan? Jangan gila, Kalila," ujar Kalila kepada dirinya sendiri.Kalila sedang menyangkal dirinya kalau dia mengharapkan perhatian dari Dewa. Namun, seberapapun usaha Kalila menyangkal tentang perasaannya kepada Dewa, itu tidak bisa dibohongi karena Kalila merasa dia merindukan dan mengharapkan perhatian Dewa seperti biasanya. Sementara itu Dewa memilih duduk di balkon sambil menghabiskan satu batang rokok yang berada di tangannya. Dewa juga kemudian melihat CCTV yang sudah dipasangkan oleh temannya Ari itu, dan benar-benar mengagumkan hasilnya, seseorang tidak akan menyangka jika di rumah mewah bisa lebih dari sepuluh titik kamera tersembunyi yang sudah terpasang.Bahkan Dewa bisa mengontrol CCTV tersebut dari ponsel yang berada di tangannya, Dewa tidak ingin terjadi hal apapun kepada keluarganya, lebih baik dia memasang proteksi yang begitu banyak sejak awal."Semoga dengan CCTV ini bisa mengungkapkan siapa pelaku yang selama ini selalu mengganggu keluarga ini," u
“Kepalaku pusing kalau memikirkannya,” gumam Dewa yang sepertinya mulai tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Kalila tersebut."Semua orang berpotensi melakukan hal itu. Dan juga kau jangan lupakan begitu saja, kalau kau saat ini sudah menjadi orang yang sangat sangat terkenal. Jadi, ada kemungkinan orang yang merasa tersaingi dengan kau melakukan hal itu,” jawab Kalila."Dunia bisnis itu begitu kejam, Dewa. Orang yang bahkan terlihat baik di depanmu, bisa jadi itulah pengkhianat," ujar Kalila kemudian mengambil segelas kopi yang terletak di atas meja. Dewa menatap Kalila dengan pandangan yang menyelidik setelah mendengar kata-kara dari Kalila itu."Jangan kau pandang aku seperti itu, jika aku ingin melakukan hal itu kepadamu, aku tidak perlu menyiapkan teror. Aku hanya perlu menyiapkan satu buah kawat di dalam kamar kita dan aku akan membunuhmu secara langsung, jika aku ingin melakukan itu," kekeh Kalila yang membuat Dewa tergelak."Aku hanya menatap kagum kepadamu, bukan aku me
“Ah, apa?”Zaki tampak terkejut ketika mendengar pertanyaan dari Dewa, dan segera menyimpan foto tersebut ke dalam tasnya.“Tidak. Dari mana aku mengenal orang ini, tapi aku hanya ingin melihat wajahnya dan memperhatikannya agar bisa terekam di dalam otakku. Siapa tahu nanti dengan cukup mudah mencarinya,” jawab Zaki tersenyum.“Sepertinya usia ku dengan orang ini juga tidak terlalu jauh. Kemungkinan tidak terlalu susah untuk mencarinya,” ujar Zaki lagi.Dewa hanya menganggukkan kepalanya. Dia hanya berharap yang terbaik, selama ini sesulit apapun Zaki mencari seseorang pasti akan menemukannya. Begitu pun kali ini harapan Dewa kepada Zaki, kalau Zaki akan menemukan Farheen."Baiklah,
“Hahaha, pak Dewa bisa aja. Tapi, benar sih. Sepertinya bapak harus tertarik,” ujar Ari.“Udah, cepat katakan,” desak Dewatidak sabar."Ada sebuah perusahaan yang berada di bawah naungan Nurmanegara group saat ini sedang mengalami goncangan. Ada beberapa karyawan yang sedang mengalami masalah, mereka melakukan korupsi dan juga dengan jumlah yang begitu banyak. Jadi, perusahaan itu saat ini sedang oleng, dan kabarnya bakal keluar dari group,” cerita Ari dengan semangat yang berapi-api.Benar saja. Dewa begitu tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Ari tersebut, dia pikir selama ini keadaan grup Nurmanegara baik-baik saja, dia tidak menyangka kalau ada salah satu perusahaan yang sedang mengalami permasalahan yang rumit seperti itu.Da
“Kau?” tanya Dewa heran.Dewa benar-benar penasaran kenapa Kalila mendatangi kantornya, ini adalah pertama kalinya Kalila mendatangi kantor Daraka yang sempit itu."Kalila, ada apa?" tanya Dewa dengan begitu khawatir, apalagi melihat wajah Kalila yang tidak seperti biasanya."Dewa bantu aku," ujar Kalila kemudian dengan wajah panik."Kalila, kau duduk dulu," ujar Dewa yang segera membimbing Kalila untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya. Sementara itu Ari segera permisi dari ruangan Dewa untuk memberikan privasi kepada pasangan suami istri tersebut menjelaskan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Kalila."Ari, minta tolong Chika antarkan teh hangat ke dalam ruanganku untuk bu Kalila ya," ujar Dewa meminta tolong kepada Ari, sebelum Ari benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.Ari hanya menganggukkan kepalanya, karena dia tidak akan banyak menjawab atau banyak bertanya. Saat ini sepertinya memang kondisi Kalila sedang tidak baik-baik saja, terlihat raut kecemasan dan juga ketak
“Iya melakukan hal seperti ini?” tanya Kalila sambil menunjuk kue di tangannya.“Maksudnya?” jawab Dewa yang balik bertanya."Apakah kalian sudah terbiasa, semua karyawan Daraka di kantor ini terbiasa dengan membeli makanan orang kecil seperti tadi. Apakah memang pedagang-pedagang seperti itu bebas masuk ke area lobby Daraka ini?" tanya Kalila penasaran.Bahkan Kalila lupa kalau tujuannya untuk datang ke kantor Dewa bukan untuk menanyakan hal itu. Namun, karena sesuatu yang sangat berharga yang baru saja dia lihat, akhirnya Kalila memilih untuk bertanya mengenai kebiasaan dari Daraka tersebut.Dewa tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan Kalila. Sebagai anak orang kaya yang bahkan dari lahir pun sudah memiliki harta dan kekayaan yang sangat berlimpah, wajar jika Kalila memiliki pertanyaan yang semacam itu. Kemungkinan saja lokasi tempat tinggal Kalila pun tidak pernah dia melihat adanya penjual yang semacam itu, sehingga dia begitu penasaran kepada penjual kecil yang dibeli oleh C