“Hahaha, pak Dewa bisa aja. Tapi, benar sih. Sepertinya bapak harus tertarik,” ujar Ari.
“Udah, cepat katakan,” desak Dewatidak sabar.
"Ada sebuah perusahaan yang berada di bawah naungan Nurmanegara group saat ini sedang mengalami goncangan. Ada beberapa karyawan yang sedang mengalami masalah, mereka melakukan korupsi dan juga dengan jumlah yang begitu banyak. Jadi, perusahaan itu saat ini sedang oleng, dan kabarnya bakal keluar dari group,” cerita Ari dengan semangat yang berapi-api.
Benar saja. Dewa begitu tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Ari tersebut, dia pikir selama ini keadaan grup Nurmanegara baik-baik saja, dia tidak menyangka kalau ada salah satu perusahaan yang sedang mengalami permasalahan yang rumit seperti itu.
Da
“Kau?” tanya Dewa heran.Dewa benar-benar penasaran kenapa Kalila mendatangi kantornya, ini adalah pertama kalinya Kalila mendatangi kantor Daraka yang sempit itu."Kalila, ada apa?" tanya Dewa dengan begitu khawatir, apalagi melihat wajah Kalila yang tidak seperti biasanya."Dewa bantu aku," ujar Kalila kemudian dengan wajah panik."Kalila, kau duduk dulu," ujar Dewa yang segera membimbing Kalila untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya. Sementara itu Ari segera permisi dari ruangan Dewa untuk memberikan privasi kepada pasangan suami istri tersebut menjelaskan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Kalila."Ari, minta tolong Chika antarkan teh hangat ke dalam ruanganku untuk bu Kalila ya," ujar Dewa meminta tolong kepada Ari, sebelum Ari benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.Ari hanya menganggukkan kepalanya, karena dia tidak akan banyak menjawab atau banyak bertanya. Saat ini sepertinya memang kondisi Kalila sedang tidak baik-baik saja, terlihat raut kecemasan dan juga ketak
“Iya melakukan hal seperti ini?” tanya Kalila sambil menunjuk kue di tangannya.“Maksudnya?” jawab Dewa yang balik bertanya."Apakah kalian sudah terbiasa, semua karyawan Daraka di kantor ini terbiasa dengan membeli makanan orang kecil seperti tadi. Apakah memang pedagang-pedagang seperti itu bebas masuk ke area lobby Daraka ini?" tanya Kalila penasaran.Bahkan Kalila lupa kalau tujuannya untuk datang ke kantor Dewa bukan untuk menanyakan hal itu. Namun, karena sesuatu yang sangat berharga yang baru saja dia lihat, akhirnya Kalila memilih untuk bertanya mengenai kebiasaan dari Daraka tersebut.Dewa tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan Kalila. Sebagai anak orang kaya yang bahkan dari lahir pun sudah memiliki harta dan kekayaan yang sangat berlimpah, wajar jika Kalila memiliki pertanyaan yang semacam itu. Kemungkinan saja lokasi tempat tinggal Kalila pun tidak pernah dia melihat adanya penjual yang semacam itu, sehingga dia begitu penasaran kepada penjual kecil yang dibeli oleh C
“Dia berada di kantormu?” tanya Dewa terkejut.Kalila menggeleng. “Bukan di kantir, di dekat kantor,” jawab Kalila."Apa yang dia inginkan darimuu?" tanya Dewa kepada Kalila karena Dewa benar-benar tidak menyangka jika ada seorang mantan suami yang akan menghancurkan mantan istrinya. Padahal Kalila tidak pernah mengganggu kehidupan Dito Shares. Dan kenapa saat ini Dito Shares berusaha untuk menghancurkan Kalila, itu yang membuat Dewa benar-benar tidak habis pikir."Dia memang dalam satu tahun terakhir sering mengajakku untuk balikan, namun aku tidak pernah mau. Aku tidak akan menghabiskan hidupku di tangan orang gila seperti itu. Jadi, sekarang dia memanfaatkan situasi perusahaan yang beberapa mengalami gangguan itu, dan dia ikut masuk ke sana untuk mengganggu semuanya," jelas Kalila kemudian.Dewa benar-benar terkejut ketika mendengar penjelasan dari Kalila, kalau ternyata Dito itu dalam setahun terakhir mengganggu Kalila. Dan yang menyakitkan Kalila tidak menceritakan hal itu kepa
"Maaf, Pak. Akan segera diperbaiki," ujar Ari yang segera membawa laporan tersebut keluar dan untuk segera diperbaikinya.Berkali-kali Dewa melirik ke atas sofa tersebut, di mana disana ada seorang perempuan yang sedang menunggunya bekerja. Dan di dalam hati Dewa tersenyum, baru kali ini dia bekerja didampingi oleh sang istri. Dia merasa begitu senang.Mungkin suatu saat nanti Dewa dan Kalila harus berpisah sesuai perjanjian mereka. Maka, ini merupakan kenangan termanis bagi Dewa, dimana Kalila pernah menemaninya bekerja hingga membuat Kalila tertidur pulas di sofa.Dewa tersenyum ketika melihat Kalila yang semula duduk di atas sofa saat ini sudah merebahkan tubuhnya dan tertidur pulas dengan ponsel berada di tangannya. Dewa tersenyum dan juga merasa kasihan, karena ruangannya yang sempit itu membuat Kalila harus tidur di sofa.Dewa kemudian memikirkan, jika nanti di gedung yang baru Deka Group, ruangannya akan memiliki ruangan untuk beristirahat."Kalila, ayo kita pulang. Sekarang s
"Paket?" tanya Dewa heran.Kemudian Dewa kembali menetap Kalila, seolah-olah Dewa bertanya kepada Kalila apakah memang paket itu bukan untuk Kalila.“Yakin?” tanya Dewa memastikan kepada Kalila.“Iya!”Kalila menggelengkan kepalanya untuk menegaskan kalau itu bukanlah paketnya, karena dia tidak pernah memesankan paket apapun untuk dikirim ke rumah.Dan Kalila bukanlah tipe orang yang suka berbelanja online, jadi jika memang Kalila ingin berbelanja, Kalila pastinya akan datang langsung ke tempat yang ingin dia tuju. Kalila tidak suka berbelanja online karena takut barang yang dibeli tidak sesuai dengan keinginannya, karena hanya melihat gambar."Apa kau memesan barang?" tanya Dewa lagi kepada Kalila untuk memastikan."Tidak, aku tidak memesan barang apapun dan mungkin ini adalah paket nyasar," jawab Kalila kemudian, karena Kalila benar-benar merasa dia tidak memiliki pesanan dan tidak pernah merasakan memesan paket apapun."Jasa kurir mana yang mengantarkan paket tersebut?" tanya Dewa
"Ya sudah, terserah kau saja. Aku hanya ikut, yang penting aku sudah menjelaskan pengalaman apa yang pernah aku dapatkan dari paket-paket gelap seperti ini," ujar Kalila mengingatkan Dewa.Dewa hanya menganggukkan kepalanya. Dan Dewa kembali mengguncang kardus tersebut karena jika memang itu adalah ular kobra atau ular berbisa kemungkinan ular tersebut akan mendesis. Namun, Dewa tidak mendengar hal apapun dari dalam kardus itu. Sehingga Dewa merasakan kalau kardus tersebut tidak berisi binatang berbisa seperti yang diceritakan oleh Kalila.Namun, ada satu ketakutan juga jika memang kardus itu berisi sebuah bom.Dewa kemudian memanggil seluruh pengawal. Dan meletakkan kardus di tempat halaman depan rumahnya setelah mereka turun dari mobil, membuat Rasti tampak heran melihat apa yang dilakukan oleh Dewa."Ada apa, Dewa?" tanya Rasti heran.Rasti yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka pun turut keluar ketika mendengar Dewa memanggil semua pengawal agar berkumpul di halaman rumah
“Amis?" tanya Dewa kemudian.Dewa merasa tidak biasanya menerima paket berbau amis dan mereka juga tidak menemukan darah yang tercecer kalau misalnya amis tersebut bau darah.Jojo menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewa, karena memang bau amis tersebut semakin dia membuka lapisan-lapisan dari paket itu bau amis itu semakin terasa menyengat.Sehingga Jojo sedikit curiga jika pakai tersebut berisi sebuah bangkai atau berisi sesuatu yang mengandung darah."Apakah karena tadi kita pukul-pukul sehingga yang berada di dalam sana mati dan mengeluarkan darah, ya?" tanya Dewa kemudian terus berasumsi.“Bisa jadi, Pak. Kemungkinan itu sangat masuk akal," jawab Jojo yang kemudian bernafas lega karena akhirnya mereka sudah sampai di bagian lapisan terakhir dari paket itu."Oh…!” teriak Rasti dan Kalila bersamaan juga menutup hidung mereka. Kalila langsung memeluk Dewa dan yang sangat erat, sehingga membuat Dewa tampak membeku.Bahkan darah Dewa berdesir ketika dua buah dada Kalila
Tidak ada penolakan dari Kalila, bahkan Kalila memberikan balasan pelukan kepada tubuh Dewa sehingga membuat Dewa benar-benar merasa ini adalah saatnya untuk menikmati tubuh Kalila.Dan Dewa sebenarnya pelan-pelan dia merasakan ada perubahan pada Kalila, ketika dia menatap Dewa.Dewa memimpin tubuh Kalila ke atas tempat tidur dan melakukan sentuhan demi sentuhan pada kulit mulus tersebut. Handuk yang tadi digunakan Kalila untuk menutupi tubuhnya sudah dilempar sembarangan oleh Dewa.Dewa sangat berusaha agar setiap sentuhannya menggetarkan hati Kalila. Namun, ternyata usaha Dewa belumlah berhasil. Kalila belumlah sembuh seutuhnya, hanya saja dia mulai memberikan respon positif kepada Dewa ketika Dewa mulai memainkan titik-titik sensitif tubuhnya.Dewa yang merasakan sambutan dari Kalila tersebut berusaha untuk melepaskan apa yang selama ini tertahan. Dewa pikir Kalila sudah siap menerimanya, namun ternyata Dewa salah.Lagi-lagi Kalila mengakhiri permainan mereka dengan tanpa alasan se