"Maaf, Pak. Akan segera diperbaiki," ujar Ari yang segera membawa laporan tersebut keluar dan untuk segera diperbaikinya.Berkali-kali Dewa melirik ke atas sofa tersebut, di mana disana ada seorang perempuan yang sedang menunggunya bekerja. Dan di dalam hati Dewa tersenyum, baru kali ini dia bekerja didampingi oleh sang istri. Dia merasa begitu senang.Mungkin suatu saat nanti Dewa dan Kalila harus berpisah sesuai perjanjian mereka. Maka, ini merupakan kenangan termanis bagi Dewa, dimana Kalila pernah menemaninya bekerja hingga membuat Kalila tertidur pulas di sofa.Dewa tersenyum ketika melihat Kalila yang semula duduk di atas sofa saat ini sudah merebahkan tubuhnya dan tertidur pulas dengan ponsel berada di tangannya. Dewa tersenyum dan juga merasa kasihan, karena ruangannya yang sempit itu membuat Kalila harus tidur di sofa.Dewa kemudian memikirkan, jika nanti di gedung yang baru Deka Group, ruangannya akan memiliki ruangan untuk beristirahat."Kalila, ayo kita pulang. Sekarang s
"Paket?" tanya Dewa heran.Kemudian Dewa kembali menetap Kalila, seolah-olah Dewa bertanya kepada Kalila apakah memang paket itu bukan untuk Kalila.“Yakin?” tanya Dewa memastikan kepada Kalila.“Iya!”Kalila menggelengkan kepalanya untuk menegaskan kalau itu bukanlah paketnya, karena dia tidak pernah memesankan paket apapun untuk dikirim ke rumah.Dan Kalila bukanlah tipe orang yang suka berbelanja online, jadi jika memang Kalila ingin berbelanja, Kalila pastinya akan datang langsung ke tempat yang ingin dia tuju. Kalila tidak suka berbelanja online karena takut barang yang dibeli tidak sesuai dengan keinginannya, karena hanya melihat gambar."Apa kau memesan barang?" tanya Dewa lagi kepada Kalila untuk memastikan."Tidak, aku tidak memesan barang apapun dan mungkin ini adalah paket nyasar," jawab Kalila kemudian, karena Kalila benar-benar merasa dia tidak memiliki pesanan dan tidak pernah merasakan memesan paket apapun."Jasa kurir mana yang mengantarkan paket tersebut?" tanya Dewa
"Ya sudah, terserah kau saja. Aku hanya ikut, yang penting aku sudah menjelaskan pengalaman apa yang pernah aku dapatkan dari paket-paket gelap seperti ini," ujar Kalila mengingatkan Dewa.Dewa hanya menganggukkan kepalanya. Dan Dewa kembali mengguncang kardus tersebut karena jika memang itu adalah ular kobra atau ular berbisa kemungkinan ular tersebut akan mendesis. Namun, Dewa tidak mendengar hal apapun dari dalam kardus itu. Sehingga Dewa merasakan kalau kardus tersebut tidak berisi binatang berbisa seperti yang diceritakan oleh Kalila.Namun, ada satu ketakutan juga jika memang kardus itu berisi sebuah bom.Dewa kemudian memanggil seluruh pengawal. Dan meletakkan kardus di tempat halaman depan rumahnya setelah mereka turun dari mobil, membuat Rasti tampak heran melihat apa yang dilakukan oleh Dewa."Ada apa, Dewa?" tanya Rasti heran.Rasti yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka pun turut keluar ketika mendengar Dewa memanggil semua pengawal agar berkumpul di halaman rumah
“Amis?" tanya Dewa kemudian.Dewa merasa tidak biasanya menerima paket berbau amis dan mereka juga tidak menemukan darah yang tercecer kalau misalnya amis tersebut bau darah.Jojo menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewa, karena memang bau amis tersebut semakin dia membuka lapisan-lapisan dari paket itu bau amis itu semakin terasa menyengat.Sehingga Jojo sedikit curiga jika pakai tersebut berisi sebuah bangkai atau berisi sesuatu yang mengandung darah."Apakah karena tadi kita pukul-pukul sehingga yang berada di dalam sana mati dan mengeluarkan darah, ya?" tanya Dewa kemudian terus berasumsi.“Bisa jadi, Pak. Kemungkinan itu sangat masuk akal," jawab Jojo yang kemudian bernafas lega karena akhirnya mereka sudah sampai di bagian lapisan terakhir dari paket itu."Oh…!” teriak Rasti dan Kalila bersamaan juga menutup hidung mereka. Kalila langsung memeluk Dewa dan yang sangat erat, sehingga membuat Dewa tampak membeku.Bahkan darah Dewa berdesir ketika dua buah dada Kalila
Tidak ada penolakan dari Kalila, bahkan Kalila memberikan balasan pelukan kepada tubuh Dewa sehingga membuat Dewa benar-benar merasa ini adalah saatnya untuk menikmati tubuh Kalila.Dan Dewa sebenarnya pelan-pelan dia merasakan ada perubahan pada Kalila, ketika dia menatap Dewa.Dewa memimpin tubuh Kalila ke atas tempat tidur dan melakukan sentuhan demi sentuhan pada kulit mulus tersebut. Handuk yang tadi digunakan Kalila untuk menutupi tubuhnya sudah dilempar sembarangan oleh Dewa.Dewa sangat berusaha agar setiap sentuhannya menggetarkan hati Kalila. Namun, ternyata usaha Dewa belumlah berhasil. Kalila belumlah sembuh seutuhnya, hanya saja dia mulai memberikan respon positif kepada Dewa ketika Dewa mulai memainkan titik-titik sensitif tubuhnya.Dewa yang merasakan sambutan dari Kalila tersebut berusaha untuk melepaskan apa yang selama ini tertahan. Dewa pikir Kalila sudah siap menerimanya, namun ternyata Dewa salah.Lagi-lagi Kalila mengakhiri permainan mereka dengan tanpa alasan se
Kalila tampak menghela nafas berat untuk menjawab pertanyaan dari Dewa karena ini sebenarnya baru sebuah asumsi yang sedang ada di pikirannya. Entah kenapa tiba-tiba dia terpikirkan kalau itu adalah pengirimnya Desti."Kalila…," panggil Dewa yang kembali memanggil sang istri.Sementara itu Rasti yang merasa dia tidak harus mengetahui hal itu, pergi untuk menonton seperti biasanya menonton acara favoritnya sebagai seorang ibu-ibu, yaitu sinetron.“Karena aku melihat dari apa yang dia lukai di kucing tersebut. Dia melukai bagian-bagian sensitif pada seorang perempuan. Itu aku langsung terpikirkan kalau itu adalah Desti yang merasa sakit hati karena hubungan kami harus berakhir, dan dia harus dipecat dari pekerjaannya. Bagaimana menurutmu?" tanya Kalila kepada Dewa.Dewa kemudian tampak terdiam beberapa saat, dia sedang mencoba untuk mencerna apa yang disampaikan oleh Kalila tersebut. Apakah hal itu masuk akal ataukah tidak? Apakah memang yang disampaikan oleh Kalila benar kalau Desti
"Ada apa, Bu?" tanya Dewa heran melihat ekspresi Rasti."Gapapa, ibu hanya heran saja kau mau makan siang bersama Mami Dania," jawab Rasti pelan."Aku ada kepentingan sama beliau," jawab Dewa lagi menegaskan. Dan wajah Rasti semakin memucat mendengar apa yang Dewa sampaikan.Dewa semakin curiga kalau sebenarnya selama ini Rasti sudah tahu kalau Mami Dania-lah orang yang menerornya, namun Rasti takut jika Dewa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap Mami Dania.Dewa hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk dia memproses Mami Dania, dan sementara itu dia akan mengajak Mami Dania bertemu membahaskan hal itu secara kekeluargaan. Dia ingin tahu dan mendengar langsung dari Mami Dania, apa tujuan Mami Dania meneror Rasti, padahal Dewa sudah membayar mahal saat mengajak Rasti pindah dari lokasi itu.Dewa masih berbaik hati ingin menemui Mami Dania, karena Dewa juga merasa perempuan paruh baya itu memiliki jasa dalam kehidupan mereka. Jadi, untuk urusan Mami Dania, Dewa tidak in
"Mami, di sini aku masih menghargai Mami yang anggap saja pernah berjasa kepada kami. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkan orang yang terus mengganggu kehidupan Ibu.""Bukannya tadi sudah aku katakan, kalau aku sudah mendapatkan bukti-bukti setiap perbuatan yang mami lakukan kepada Ibu. Mami melakukan peneroran terhadap ibu agar ibu memberikan Mami uang dalam jumlah yang besar setiap bulannya," ujar Dewa yang kemudian melemparkan sebuah amplop coklat ke atas meja dengan kasar."Dasar anak jalang memang tidak tahu sopan santun, dia tidak pernah tahu berterima kasih kepada orang yang sudah dengan susah payah membantu membesarkannya!" ujar Mami Dania kesal.Dewa menyunggingkan senyumnya mendengar apa yang disampaikan oleh Mami Dania, orang yang katanya begitu berjasa terhadap kehidupannya hanya karena dia membantu menjaga Dewa ketika Rasti melayani klien. Dan dari hasil Rasti melayani pria-pria hidung belang tersebut uangnya sebagian besar masuk ke kantor Mami Dania. Sedangkan Rasti h