"Ada apa, Bu?" tanya Dewa heran melihat ekspresi Rasti."Gapapa, ibu hanya heran saja kau mau makan siang bersama Mami Dania," jawab Rasti pelan."Aku ada kepentingan sama beliau," jawab Dewa lagi menegaskan. Dan wajah Rasti semakin memucat mendengar apa yang Dewa sampaikan.Dewa semakin curiga kalau sebenarnya selama ini Rasti sudah tahu kalau Mami Dania-lah orang yang menerornya, namun Rasti takut jika Dewa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap Mami Dania.Dewa hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk dia memproses Mami Dania, dan sementara itu dia akan mengajak Mami Dania bertemu membahaskan hal itu secara kekeluargaan. Dia ingin tahu dan mendengar langsung dari Mami Dania, apa tujuan Mami Dania meneror Rasti, padahal Dewa sudah membayar mahal saat mengajak Rasti pindah dari lokasi itu.Dewa masih berbaik hati ingin menemui Mami Dania, karena Dewa juga merasa perempuan paruh baya itu memiliki jasa dalam kehidupan mereka. Jadi, untuk urusan Mami Dania, Dewa tidak in
"Mami, di sini aku masih menghargai Mami yang anggap saja pernah berjasa kepada kami. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkan orang yang terus mengganggu kehidupan Ibu.""Bukannya tadi sudah aku katakan, kalau aku sudah mendapatkan bukti-bukti setiap perbuatan yang mami lakukan kepada Ibu. Mami melakukan peneroran terhadap ibu agar ibu memberikan Mami uang dalam jumlah yang besar setiap bulannya," ujar Dewa yang kemudian melemparkan sebuah amplop coklat ke atas meja dengan kasar."Dasar anak jalang memang tidak tahu sopan santun, dia tidak pernah tahu berterima kasih kepada orang yang sudah dengan susah payah membantu membesarkannya!" ujar Mami Dania kesal.Dewa menyunggingkan senyumnya mendengar apa yang disampaikan oleh Mami Dania, orang yang katanya begitu berjasa terhadap kehidupannya hanya karena dia membantu menjaga Dewa ketika Rasti melayani klien. Dan dari hasil Rasti melayani pria-pria hidung belang tersebut uangnya sebagian besar masuk ke kantor Mami Dania. Sedangkan Rasti h
Ciit!Suara decitan rem terdengar begitu nyaring dari mobil yang dikemudikan oleh Jojo. Beruntungnya Jojo berhasil untuk mengerem laju mobil tersebut. Namun, hal itu membuat mereka menabrak trotoar."Apakah dia tertabrak?" tanya Rasti yang masih pucat dengan bibir yang bergetar.Rasti benar-benar ketakutan melihat hal itu terjadi di depan matanya. Sementara Dewa takut terjadi apa-apa kepada ibunya, dia memegang tangan Rasti dengan erat."Tidak, kita hanya menabrak trotoar. Sepertinya bumper depan kita aja yang sedikit penyok karena kejadian ini. Tapi, orang tersebut memang sudah dengan matang sepertinya dengan laju seperti ini dan dengan kecepatan dia seperti tadi dia bisa menghindar dengan tepat. Tujuan dia melakukan itu ingin membuat kita kecelakaan," ujar Jojo kemudian.Dewa hanya menghela nafas berat dan kemudian meminta Jojo untuk melanjutkan perjalanan saja, dan nanti mobil akan dikirimkan saja ke bengkel. Dewa akan ganti dengan mobil yang lain untuk meneruskan ke kantor."Apa
"Hei, Rigo! Jawab, ada apa?" tanya Dewa lagi yang mulai panik melihat ekspresi Rigo yang terkejut.Rigo masih belum menjawab, karena dia fokus dengan ponsel di tangannya itu."Kalian di mana sekarang?" tanya Rigo lagi yang sudah mulai menguasai dirinya sehingga dia sempat menanyakan posisi Roy, Zay dan juga Kalila di mana. Padahal sebenarnya tadi Rigo sudah mendengar mereka dimana, namun saking paniknya dia bahkan lupa dengan apa yang dia katakan sebelumnya."Saat ini kami menuju rumah sakit Surya Sehat untuk membawa Roy ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan."Tut!Sambungan telepon langsung diputuskan oleh Zay yang tampaknya sekarang dalam kondisi panik."Rigo…," panggil Dewa pelan.Rigo tersadar dan segera melaporkan kepada Dewa apa yang terjadi kalau Roy diserang oleh orang yang tidak dikenal dan saat ini mengalami luka.Dewa menghela nafas berat, entah ada apa dengan semuanya, kenapa semua seperti datang secara bersamaan, sehingga untuk bernafas saja rasanya sangat sulit.T
“Dokter, tolong!” Dewa benar-benar panik ketika melihat Kalila malah pingsan. Dewa segera berteriak meminta pertolongan kepada dokter yang berada disana. Dewa mengangkat tubuh Kalila ke atas ranjang untuk segera mendapatkan pertolongan.Dewa benar-benar panik melihat kondisi Kalila seperti itu. Mungkin Kalila terlalu lemah karena kejadian itu, sehingga dia tidak mampu lagi untuk menahan kekuatannya.Wajah Kalila sangat pucat, Dewa takut terjadi apa-apa dengan sang istri."Tolong istriku dokter,” ujar Dewa kepada dokter yang akan segera menangani Kalila. Dokter hanya menganggukkan kepalanya, dan Dewa diminta untuk menunggu di luar sementara dokter menangani Kalila. Dewa tidak menyangka kalau Kalila begitu lemah seperti itu malah jadi pingsan. Selama ini Kalila selalu terlihat kuat dan seolah-olah tidak terkalahkan."Siapa teman yang bertemu dengan Kalila?" tanya Dewa kepada Zay. Dewa penasaran Kalila bertemu dengan siapa, karena Kalila tidak izin untuk bertemu temannya, dan juga sel
Beberapa hari setelah perawatan di rumah sakit, Roy sudah diperbolehkan pulang dan adanya kemajuan, yaitu polisi sudah berhasil menangkap pelaku penusukan terhadap Roy. Setelah melakukan pengejaran berhari-hari, pelaku berhasil diamankan saat dia sedang berusaha kabur dari kota tersebut. Dan sepertinya memang ada dalang di belakangnya, karena pelaku sudah sangat matang bersiap meninggalkan kota itu dengan membawa sebuah mobil. "Apa motif dari orang tersebut melakukan penusukan terhadap Roy?" tanya Dewa kepada Jojo yang melaporkan kalau polisi baru saja menangkap pelaku penusukan Roy.Jojo memang ditugaskan oleh Dewa untuk melakukan pemantauan terhadap kinerja polisi yang sedang mengejar pelaku tersebut. Walaupun Zaki juga sedang melakukan penyelidikan, karena tidak mungkin orang itu ingin membunuh Roy sebab Roy tidak memiliki masalah dengan orang lain. Bahkan walaupun dulunya Roy juga adalah pengawal dari seorang gembong obat-obatan terlarang. Tapi sebagai pengawal dia tidak pern
"Bangsat!!" teriak Dewa dengan sangat marah.Dewa mencoba menghubungi nomor tersebut, namun nomor itu sudah tidak bisa lagi dihubungi.Seperti biasa jika ada nomor yang mengirimkan teror-teror kepadanya, selalu saja tidak bisa jika dia ingin menghubungi kembali."Aahhh…, dasar! Selalu begini, membuat emosi!" kesal Dewa.Hingga kemudian Dewa mengangkat gagang telepon dan memanggil sang sekretaris."Ari, panggil Agnes kemari!" teriak Dewa kepada sang sekretaris untuk memanggil salah satu staff IT senior di kantor Daraka tersebut.Dewa ingin Agnes melacak nomor tersebut, dan Dewa berjanji akan mendapatkan orang itu segera. Karena Dewa tahu saat ini kalau penusukan terhadap Roy itu adalah orang yang ingin bermain-main dengannya. Orang tersebut memang benar tidak memiliki masalah kepada Roy ataupun kepada Kalila namun orang itu pastinya ingin membuat Dewa merasa berang dan marah.Orang itu sengaja memancing Dewa dengan menggunakan Roy."Dasar orang yang penakut dan pecundang! Tahunya mem
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka."Maaf Pak mengganggu, tapi di bawah ada Pak William yang ingin bertemu Pak Dewa," ujar Ari yang membuka pintu ruangan Dewa secara tiba-tiba, sehingga membuat Zaki menghentikan pembicaraannya.Saat mendengar nama William disebutkan, raut wajah Zaki tampak langsung berubah. Dan perubahan itu disadari oleh Dewa, namun Dewa belum sempat untuk bertanya lebih lanjut karena ada hal yang lebih penting, dia harus menemui William.Kenapa William tiba-tiba datang ke kantor Daraka, dan apakah dia akan melakukan seperti yang dulu dia lakukan, menghina dan meminta Dewa meninggalkan Kalila ataukah dia akan melakukan hal yang lainnya?"Biar aku yang akan temui dia di bawah," ujar Dewa kemudian."Ari, kau temani Pak Zaki dulu di ruangan ini. Karena aku harus menyelesaikan urusan dengan William terlebih dahulu," lanjut Dewa berpesan kepada Ari.Karena Dewa sudah tidak sabar mendengar alasan mertuanya itu datang ke kantornya."Biar aku ikut turun ke bawah, aku akan meng