Pintu ruangan tiba-tiba terbuka."Maaf Pak mengganggu, tapi di bawah ada Pak William yang ingin bertemu Pak Dewa," ujar Ari yang membuka pintu ruangan Dewa secara tiba-tiba, sehingga membuat Zaki menghentikan pembicaraannya.Saat mendengar nama William disebutkan, raut wajah Zaki tampak langsung berubah. Dan perubahan itu disadari oleh Dewa, namun Dewa belum sempat untuk bertanya lebih lanjut karena ada hal yang lebih penting, dia harus menemui William.Kenapa William tiba-tiba datang ke kantor Daraka, dan apakah dia akan melakukan seperti yang dulu dia lakukan, menghina dan meminta Dewa meninggalkan Kalila ataukah dia akan melakukan hal yang lainnya?"Biar aku yang akan temui dia di bawah," ujar Dewa kemudian."Ari, kau temani Pak Zaki dulu di ruangan ini. Karena aku harus menyelesaikan urusan dengan William terlebih dahulu," lanjut Dewa berpesan kepada Ari.Karena Dewa sudah tidak sabar mendengar alasan mertuanya itu datang ke kantornya."Biar aku ikut turun ke bawah, aku akan meng
Ceklek!"Maaf!" ujar Zaki berjalan mendekat ke arah Dewa."Kau berani melawan?" tanya William mendekat ke arah Dewa, dan tiba-tiba sang pengawal William sudah berada di belakang Dewa.Itulah yang membuat Zaki langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.Dewa tahu dia saat ini dalam bahaya, karena jaraknya dengan pengawal William itu hanyalah beberapa senti saja. Dan jika memang pengawal itu adalah penembak profesional, maka sudah bisa dipastikan hidup Dewa akan selesai pada hari itu.Dewa bersyukur karena ternyata Zaki begitu cekatan dan cepat masuk ke ruangan tersebut, sehingga pengawal Itu tampak mundur beberapa langkah ketika Zaki membuka pintu dengan keras dan buru-buru."Apakah kau tidak ada sopan santun? Masuk ke dalam ruangan ini tanpa ketuk pintu dan tanpa salam? Apakah kau tidak melihat kalau di dalam sini kami sedang ada keperluan?" tanya William dengan geram menatap tajam ke arah Zaki."Oh sorry, pak. Karena ini sangat urgent. Ada salah satu karyawan kami yang di lantai atas
"Apa maksudnya? Siapa orang tersebut yang melakukan hal itu? Apa maunya?" tanya Dewa dengan pertanyaan yang beruntun kepada Zaki.Dewa bahkan tidak tahu harus merespon seperti apa dengan apa yang disampaikan oleh Zaki, bahkan di kepalanya berkelebat bayangan orang-orang yang selama ini dekat dengannya termasuk Zaki.Bahkan Dewa sempat berpikir, apakah Zaki yang menantangnya? Namun, tidak mungkin Zaki melakukan itu karena Zaki tadi melakukan perlindungan kepadanya.Dewa menggelengkan kepalanya."Dia adalah orang yang baru saja pergi dari kantor ini," ujar Zaki kemudian sambil menunduk, karena merasa tidak enak menyampaikan hal tersebut kepada Dewa, sebab siapa orang yang dimaksud oleh Zaki.Dewa tampak membeku mendengar jawaban Zaki."Maksud Pak Zaki dia adalah Pak William?" tanya Dewa seolah tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Zaki.Dan Dewa juga berharap apa yang dia dengarnya itu salah, dia tidak ingin menerima kenyataan kalau yang melakukan itu adalah mertuanya sendiri.
"Kalau Bapak mau menuntutnya, kita juga sedang mengumpulkan beberapa bukti yang membuat Tuan William tidak bisa mengelak," ujar Zaki kepada Dewa.Dewa terdiam beberapa saat mendengar apa yang disampaikan oleh Zaki. Kalau menurut hatinya, dia sangat ingin menuntut William dan memenjarakan lelaki tua tersebut. Tapi, ada hal yang harus dijaga oleh Dewa, yaitu perasaan Kalila.Jika Dewa menuntut William, dan William di penjara sudah pastinya hubungannya dengan Kalila pun berantakan. Pemberitaan pasti sangat banyak dan itu adalah yang diinginkan oleh wartawan di mana pebisnis seperti Dewa dan William bersitegang itu merupakan ladang uang bagi para wartawan."Kalau menurut hati ku benar-benar ingin menuntutnya, karena apa yang telah dia lakukan itu merugikan kita semua kasihan Roy yang menjadi korban kejahatannya. Sedangkan Roy tidak melakukan apapun. Beruntungnya Roy bisa kita selamatkan," ujar Dewa sambil menerawang. “Namun, di samping itu ada hal yang sedang aku pikirkan bagaimana nanti
Wajah Dewa mendekat ke arah wajah Agnes. Hingga embusan nafasnya begitu terasa oleh Agnes. Bau tubuh Agnes yang lembut, membuat Dewa merasa hasratnya semakin bergejolak, sementara itu Agnes memejamkan matanya."Apa yang pak Dewa lakukan?" tanya Agnes lirih, karena wajah Dewa hanya tinggal beberapa senti saja dari wajahnya.Dewa tersentak mendengar pertanyaan Agnes, dan segera menjauh dari tubuh Agnes yang sudah pasrah diatas meja itu."Maaf, Nes. Silakan tinggalkan ruangan ini," ujar Dewa memalingkan wajahnya dan berjalan menuju kulkas, mengambil satu kaleng soda dan meminumnya. "Permisi, Pak," ujar Agnes yang segera merapikan baju dan rambutnya yang sedikit berantakan itu, dan meninggalkan ruangan Dewa.Dewa menyugar kasar rambutnya sembari duduk di sofa."Apa yang aku lakukan? Ya Tuhan, kenapa bisa seperti ini?" tanya Dewa kesal. Dewa merasa sangat malu dengan apa yang dilakukannya kepada Agnes, dan juga merasa bersalah."Aarrght!" teriak Dewa saking stressnya.Tiba-tiba, pintu r
“Maaf….”Dewa menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh, karena Dewa merasa tabrakan mereka begitu keras.“Tidak apa-a…,” ujar wanita itu dan kemudian menatap ke arah Dewa dengan penuh selidik, bahkan dia tidak menyelesaikan ucapannya.“Kau Dewa?” tanya wanita itu lagi, mungkin karena merasa tidak percaya dengan orang yang ada di hadapannya saat ini. Dewa mengangguk pelan, dan melihat wanita itu dengan penuh tanda tanya. Karena Dewa sedikitpun tidak mengenalnya. Dan herannya dia malah mengenal Dewa, hal itulah yang membuat Dewa tampak terheran-heran, karena di tempat seperti ini ada orang yang mengenalnya.“Iya, maaf kau siapa?” tanya Dewa penasaran.Dewa benar-benar tidak tahu siapa perempuan itu, karena memang selama ini Dewa tidak pernah bergaul dengan orang lain. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan juga dia tidak pernah memiliki kepercayaan diri untuk bergaul dengan orang yang seusianya, dia pastinya akan menjadi bahan hinaan dan bullyan. Makanya akhirnya Dewa memilih
“Eh gak usah, Dewa,” tolak Saskia yang merasa tidak enak kalau harus merepotkan Dewa untuk mengantarkannya pulang, padahal mereka baru saja bertemu kembali.“Gak masalah. Nanti malah lama dan kau pulangnya kemalaman. Aku juga sudah pulang kerja kok,” ujar Dewa kepada Saskia.Lama Saskia terdiam dan tampak berpikir sejenak, hingga akhirnya dia menganggukkan kepalanya setelah dia menelepon sopirnya itu. Dan ternyata memang masalah pada mobil mereka cukup serius, sehingga harus lama di bengkel. Karena kalau tidak diselesaikan, mereka akan berada dalam masalah.Dengan canggung akhirnya Saskia masuk ke dalam mobil Dewa, dalam hatinya berucap; “Si anak terbully saat sekolah dulu sudah benar-benar sukses. Dan ini adalah definisi kalau hidup itu memang berputar.”Saskia melihat Dewa mengendarai mobil super mewah dengan gaya yang sangat berkelas, dan juga mendengar cerita Dewa kalau dia bekerja di Daraka sebuah perusahaan yang saat ini terkenal sedang dalam masa emas-nya. Padahal tanpa Saskia
“Pak Dewa….”Dua orang pengawal tampak gugup saat melihat kedatangan Dewa di belakang mereka. Keduanya tidak menyangka kalau ternyata aksi mereka diketahui oleh Dewa.“Maaf, Pak. Tapi, kami harus melakukan tugas kami,” jawab Jojo yang tampaknya sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang mereka berdua lakukan.Dewa hanya mengangguk, walaupun sebenarnya dalam hatinya sangat marah kepada kedua pengawalnya ini. Namun, ada juga rasa bangga atas kesetiaan keduanya kepadanya.Jojo dan Rigo melakukan apa saja untuk tetap mengawal Dewa, meskipun dengan sembunyi-sembunyi dan menggunakan sepeda motor.“Motor siapa yang kalian pakai?” tanya Dewa lagi.“Salah satu karyawan Daraka, Pak. Dan pak Ari yang bertanggung jawab,” jawab Jojo sambil menunduk.Dewa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan apa yang dilakukan oleh Ari dan pengawalnya ini.“Baiklah, kalian tetap pakai motor. Dan jangan sampai Saskia menyadari kehadiran kalian, karena dia merasa tidak nyaman seolah-olah ada yang mem