“Kau sudah pulang?” tanya Dewa heran kepada Kalila.“Aku bertanya sama kau! Kenapa kau malah balik bertanya? Kalau aku sudah berdiri disini, bukankah artinya aku sudah pulang? Dan itu hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi,” ujar Kalila kesal dengan bersidekap dada.Kalila merasa ada sesuatu yang terjadi dan itu menyebabkan Jojo dan Rigo mengawal Dewa dengan sepeda motor.Sementara itu kedua pengawal yang baru saja memarkirkan motornya, dengan segera pergi ke paviliun belakang. Karena mereka sudah menduga kalau bakal terjadi hal yang tidak mereka inginkan. Kalila berdiri dengan marah, sehingga mereka tidak ingin terlibat.“Itu motor siapa, Jo?” tanya Kalila santai namun bisa menghentikan kaki Jojo yang sudah melangkah besar itu.Jojo hanya menggeleng dan terpaksa melihat ke arah Kalila yang tampak tersenyum miring, karena dia tahu kedua pengawal ini cepat-cepat berlalu karena ingin menghindarinya.“Itu motor salah satu karyawan Daraka yang aku pinjam untuk mereka berdua hari ini. Kar
Saat ini tubuh Dewa dan juga Kalila sudah polos tanpa mengenakan sehelai benang pun. Dewa kemudian melumat bibir tipis Kalila, walaupun Kalila terlihat tidak membalas, namun Dewa tidak peduli. Sedangkan kedua tangan Dewa mulai menggerayangi dada Kalila. Dewa yakin, Kalila pasti merasakan apa yang dia lakukan itu, namun Kalila masih terlalu malu untuk mengekspresikannya.Bahkan kedua titik di tengah dada Kalila sudah mengeras, dan Dewa menyunggingkan senyumannya karena Kalila mulai sedikit merasa terangsang dengan rangsangan yang diberikan oleh Dewa tersebut. Dan Dewa berharap jika Kalila kali ini tidak menolak apa yang akan dia lakukan."Bersiaplah Kalila, karena setelah ini kau benar-benar akan menjadi istriku yang seutuhnya," bisik Dewa di telinga Kalila.Dewa begitu yakin kalau Kalila tidak akan menolaknya, dan Kalila akan memohon kepada Dewa untuk memuaskannya.Kalila tampak memejamkan matanya ketika Dewa mulai akan melakukan aksinya dan membuka kaki Kalila.Namun tiba-tiba….Br
"Aku pergi Kalila," ujar Dewa kepada sang istri saat mereka baru saja selesai menikmati sarapan.Kalila hanya melirik sekilas dengan ekor matanya, melihat kepergian Dewa sedangkan tangannya masih terus menikmati roti dengan olesan selai kacang di tangannya.Tidak ada jawaban ataupun pesan yang disampaikannya."Kau akan pulang terlambat?" tanya Rasti kepada Dewa saat Dewa baru saja membuka pintu mobilnya.Dewa tersenyum melihat sang ibu yang tampak begitu anggun dan cantik saat ini. Dewa bangga melihat ibunya yang sudah semakin terlihat seperti wanita yang elegan."Iya bu, aku ada meeting hari ini hingga jam delapan malam, karena ini agak mendadak. Aku harus mempersiapkan pembukaan cabang yang baru. Jadi, aku akan makan di kantor malam ini. Ibu tidak usah siapin makan malam ya," jawab Dewa sambil tersenyum."Baiklah kalau begitu. Kau hati-hati dan jangan lupa makan. Jaga kesehatan, semoga pembukaan cabangnya berjalan lancar," pesan Rasti kepada Dewa.Walaupun sebenarnya Rasti merasa sa
“Semua sudah siap, Pak!”“Kau benar-benar hebat, bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu yang singkat. Mau naik berapa?” tanya Dewa.“Maksudnya, Pak?” tanya Ari kebingungan.“Gaji kau.”“Hahaha….”Ari malah tergelak mendengar tawaran yang diberikan oleh Dewa, karena menurut Ari itu tidaklah penting. Sebab, dia mengerjakan semuanya juga karena itu pekerjaannya.“Bapak ada-ada saja, orang kerja memang jobdesk nya gitu. Malah mau di naikkan gaji. Boleh ganti yang lain gak, pak?” tanya Ari sambil tertawa.Hubungan keduanya memang sudah sedekat itu, hal itulah yang membuat keduanya bisa bekerja sama dengan baik. Karena mereka mengerjakan semua pekerjaan bersama-sama.“Ck…. Kirain beneran nolak,” gumam Dewa sambil berdecak.Sementara itu Ari semakin tergelak, karena dia memang sedang bercanda. Begitupun dengan Dewa, dia tahu kalau Ari hanya bercanda. Tapi, Dewa memang berniat untuk memberikan apresiasi untuk Ari. Karena selama bekerja dengan Dewa, Ari tidak pernah mengeluarkan suara mengelu
“Maksud pak Dewa?” tanya Ari heran.“Jangan biarkan penindas orang miskin hidup dengan tenang! Kita harus membalas apa yang telah mereka lakukan pada panti asuhan itu!” jawab Dewa. “Tapi, tidak tahu pemiliknya pak.” Ari menjawab dengan lesu.“Ada nama mall-nya kan? Pasti bisa kita dapatkan informasi mengenai siapa pemiliknya!” jawab Dewa dengan tegas dan pasti.Ari bisa melihat di wajah Dewa menunjukkan keseriusan dan tidak main-main. Ari takut kalau Dewa melakukan hal itu, hidup Dewa akan semakin dalam bahaya. Karena semakin banyak masalah yang akan Dewa hadapi.Apalagi mall yang dimaksud adalah milik William Nurmanegara, Ari tidak akan membiarkan Dewa kembali bermasalah dengan mertuanya itu.Dulu Ari memang begitu dendam dan marah dengan pemilik mall yang telah menggusur mereka, yang membuat mereka kehilangan tempat bernaung dan kehilang juga seorang wanita hebat yang mereka panggil ibu. Namun, lama-lama semakin dewasa Ari, dia semakin menyadari kalau dia tidak akan bisa melawan o
"Siapa sih mengganggu saja!"Dengan sangat kesal Dewa meraih ponsel yang terletak di dekat laptopnya itu. Ternyata Kalila yang menelepon, entah ada keperluan apa wanita angkuh dan sombong itu meneleponnya."Sepertinya dia tidak layak disebut wanita," ujar Dewa didalam hatinya."Halo, ada apa?" tanya Dewa tanpa berbasa-basi saat menjawab panggilan dari istrinya itu."Aku akan keluar kota. Besok baru kembali!" ujar Kalila yang sama seperti Dewa tanpa basa basi langsung ke inti masalahnya."Hati-hati!" jawab Dewa singkat. Dewa tidak ingin terlalu banyak mengatur Kalila, karena nantinya pasti Kalila akan meminta Dewa untuk sadar diri. Jangan pernah mengatur hidupnya. Dewa tidak akan pernah lagi memberikan perhatian kepada Kalila.Dewa pikir, setelah mengatakan demikian Kalila akan mematikan sambungan telepon. Namun, ternyata Kalila malah kembali bertanya."Hanya itu?!" tanya Kalila kesal saat mendengar jawaban singkat Dewa.Kalila pasti merasakan kalau Dewa sedang mempermainkannya. Selam
“Bagaimana?” tanya Dewa kepada Ari.“Kenapa Bapak sangat berambisi dengan mall itu?” Ari balik bertanya.“Hanya ingin memberikan dia pelajaran, agar dia tahu dengan karma.” Dewa menjawab sambil tersenyum.“Karma?” tanya Ari heran.“Hahaha…. Iya, semua yang dia lakukan di masa lalu akan kembali lagi ke dia. Entah kapan waktunya. Dan inilah waktunya,” jawab Dewa.Dewa tersenyum melihat wajah Ari yang tampak sangat tegang, sepertinya Ari belum siap melakukan apapun.“Kalau tidak seperti itu, William tidak akan sadar dengan semua kesalahan nya. Dia bahkan seolah-olah tidak ingat akan umurnya yang semakin menua, namun tetap saja melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Bahkan anaknya sendiri akan dia paksa menikah dengan lelaki tua hanya demi harta,” ujar Dewa lagi.“Jangan lakukan itu, Pak. Karena, nantinya beliau pasti akan tahu, dan bapak yang akan mendapatkan masalahnya. Cukuplah sudah hidup kita seperti saat ini. Dan juga kalau aku melakukan itu, ada satu hal lagi yang aku takutka
“Ah sudah gila tuh orang!”“Apa yang kau lakukan, hei? Turun kalau kau memang berani!”Brruummm!“Hah! Dasar pengecut!”Dewa benar-benar kesal dengan apa yang dilakukan oleh pemilik mobil sedan itu, dia bahkan berani sekali menabrak mobil SUV dari belakang. “Apa sih yang dia mau, apa dia gak sadar siapa yang dia tabrak. Berani sekali!” kesal Dewa dan memukul kemudi dengan marah.Namun, seperti biasanya Dewa tidak akan pernah turun dari mobilnya. Selagi mobilnya masih bisa dikendarai sampai tempat tujuannya Dewa tidak akan terpancing dengan apapun. Apalagi yang kali ini, hanya sebuah mobil sedan menabrak mobilnya. Dan Dewa pikir hanya sebatas penyok atau paling parah kaca lampu belakang yang pecah.“Sepertinya orang itu tidak ada pekerjaan, dan dia bosan hidup. Mending terjun saja dari jembatan ini, biar jadi pusat perhatian,” ujar Dewa yang terus menggerutu.Dewa memilih pergi dari tempat itu, karena sepertinya dimana-mana dia pergi, pasti ada yang mengikuti.“Lumayan, ada pengawal g
"Kok bisa seperti ini?" tanya Dewa pelan."Surat apa?" tanya Rasti yang heran melihat perubahan ekspresi di wajah Dewa. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat.Dewa memberikan selembar surat tersebut kepada Rasti. Dan dari membaca kop nya saja Rasti tahu kalau surat itu adalah dari pengadilan."Gugatan dari Kalila?" tanya Rasti lagi."Bukan.""Terus?""Ini surat putusan perceraian. Kalila begitu pintar, entah kapan dia memasukkan gugatan dan sidang tahu-tahu sudah ada keputusan seperti ini," ujar Dewa lagi sambil menggeleng.Bahkan Dewa sendiri sangat heran saat mendapati surat itu dikirimkan ke rumahnya, karena seharusnya yang bersangkutan harus mengambil sendiri."Betapa matangnya persiapan kamu, Kalila. Sehingga aku tidak sadar apa yang kamu lakukan," gumam Dewa lagi sembari berlalu menuju kamarnya."Dewa, suratnya kamu simpan. Dan lebih baik seperti ini. Kamu tidak pernah mengkhianatinya, dan ini adalah keputusan Kalila sendiri," ujar Rasti, dan dalam hatinya Rasti ter
“Terserah papa mau percaya atau tidak, yang pasti saya memiliki semua buktinya. Dan dibawa ke jalur hukum pun semua akan percuma. Karena saya memang memiliki bukti yang kuat, dan juga penjual perusahaan itu juga adalah pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Dewa pelan.“Kau pikir aku akan percaya!” teriak William.Dewa hanya bisa menghela nafas berat mendengar semua apa yang William katakan.“Kau tunggu saja, Dewa! Kau pasti akan hancur! Kembalikan KL Group biar aku maafkan engkau!” teriak William.“Akan aku kembalikan jika Kalila yang minta!” Tut!Setelah mengatakan demikian Dewa mematikan sambungan telepon kepada William. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan kepada William. Karena dia tahu William tidak akan pernah percaya dengan apapun yang dia katakan. Dan William pastinya akan tetap menyalahkannya.“Dia baru tahu, dan ini artinya babak baru pasti akan di mulai,” gumam Dewa pelan.“Pekerjaan selanjutnya akan lebih berat, baik Deka maupun Kalilagara pastinya akan menjadi target
“Kenapa? Apa ibu salah? Ibu rasa semua yang ibu katakan itu benar, dan kamu juga sudah mengetahuinya. Tapi, kamu selalu menepisnya dan seolah-olah kamu tidak tahu!”Ternyata Rasti semakin menjadi, bukannya dia berhenti saat mendengar Dewa mulai emosi malah Rasti semakin meninggikan suaranya.“Untuk apa kamu sedih dengan kepergian mereka, seharusnya ini adalah awal yang baik untuk kamu! Kamu bisa menjadi seperti kamu yang seharusnya!”“Ibu, tolong berhenti. Biarkan Dewa berpikir untuk semua ini,” ujar Dewa pelan dengan pandangan Dewa yang memelas meminta Rasti untuk tidak lagi melanjutkan perkataannya.Dewa tahu kalau Rasti memang tidak merestui dengan Kalila, namun selama ini Rasti tidak pernah mengungkapkan keberatannya secara langsung. Mungkin saat ini Rasti merasa takut karena sumber kekayaan mereka berasal dari Kalila.“Ibu sudah mencoba untuk menerima Kalila dalam beberapa tahun ini, ibu sudah mencoba untuk mengerti perasaan kamu. Namun, belakangan ibu tahu kalau dia adalah penyu
"Aku tidak bisa menahanmu lagi," ujar Dewa pelan sembari memegang tangan Kalila dengan erat. Dia tidak menyangka kalau ternyata hubungannya dengan Kalila akan seperti ini."Jangan lupa hidup bahagia," ujar Kalila dengan suara yang serak.Sebenarnya dalam hati Kalila terasa begitu berat meninggalkan Dewa. Karena jujur dalam hatinya dia sudah jatuh cinta kepada Dewa. Namun, Kalila terus berusaha menyangkalnya.Dia jatuh cinta bersamaan dengan Danaya juga jatuh cinta kepada lelaki yang sama. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain pergi meninggalkan Dewa. Dia tidak ingin Danaya semakin menjadi-jadi mengharapkan Dewa karena dia juga tidak ikhlas meskipun Danaya adalah anaknya sendiri.Disamping menjauhkan Danaya dari Dewa, kepergian Kalila juga untuk menjauhkan Danaya dari ambisi William. Kalila tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban keserakahan keluarganya."Jangan lupa hubungi aku dimanapun kamu berada. Aku butuh kabar dari kamu yang akan membuat aku tenang," ujar Dewa sambil me
"Aku harus menyusulnya" teriak Kalila marah dan segera berbalik arah.Bahkan Kalila lupa kalau dia ingin berganti pakaian tujuannya pulang.Hap!Dewa menahan tangan Kalila dan kemudian menggeleng, dia tidak ingin Kalila menyelesaikan masalah dalam keadaan emosi."Biarkan saja dulu," ujar Dewa pelan.Kalila menepis tangan Dewa dengan erat."Biarkan gimana? Kamu dengar sendiri kan apa yang akan papa lakukan kepada Danaya? Bagaimana kamu akan membiarkannya? Atau kamu memang setuju dan mendukung papa agar aku tidak pergi?" tanya Kalila yang meluapkan amarah yang tidak terbendung itu.Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada anaknya itu? Dia tidak mau anaknya yang tidak mengerti apapun menjadi korban kakeknya. Dia tidak ingin Danaya dimanfaatkan oleh William.Dewa membimbing Kalila untuk duduk di sofa depan televisi, dengan menggenggam tangan Kalila, Dewa mulai berbicara secara lembut dan pelan."Tidak mungkin papa akan memaksa Danaya sekarang. Papa pas
“Aku tidak gila, cobalah kamu lihat video itu. Mungkin itu tidak dengan kualitas bagus, tapi cukup puas sebagai kenang-kenangan,” jawab Dewa dengan kembali menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.Kalila tidak menjawab, dia sedang mengunduh video yang dikirimkan oleh Dewa. Walaupun dia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Dewa memvideokan aktivitas mereka bercinta, namun Kalila sangat penasaran apakah memang dia berhasil melakukannya. Kalila merasa tidak percaya kalau dia akhirnya bisa mengatasi segala ketakutannya, dan bisa menghilangkan traumanya saat berhubungan badan dengan lelaki.Akhirnya video yang dikirimkan oleh Dewa sudah selesai terdownload, dan Kalila melihat video yang berdurasi beberapa menit itu membuatnya tercengang. Dia melihat bagaimana liarnya dia saat bermain bersama Dewa, bahkan terlihat kalau Kalila yang lebih banyak mendominasi permainan.Suara desahan dan erangannya terdengar jelas di dalam video tersebut, membuat wajah Kalila memerah. Dia merasa
“Maksudnya?” tanya Kalila bingung.“Kita harus menyelesaikan semua yang tertunda,” jawab Dewa.“Jangan gila! Aku sedang tidak mau melakukan apapun selain minum! Jangan membuat aku marah!” bentak Kalila kepada Dewa.Dewa hanya menghela nafas berat dan tetap memarkirkan mobil yang dikendarainya.“Ini adalah hotel bintang lima dilengkapi dengan bar dan club terbaik. Ada ruang VIP yang akan menjaga privasi kita agar tidak terganggu oleh orang lain,” ujar Dewa sembari mematikan mesin kendaraannya.Kalila terdiam, dia tidak menyangka kalau ternyata Dewa tahu tempat seperti ini yang berada di tempat yang sangat sejuk dan nyaman. “Selain itu juga pemandangan kebun teh yang menghijau dan tiupan angin dari perkebunan ini membuat minum kamu semakin nikmat. Sudah aku katakan aku akan memberikan kenangan yang terbaik buat kamu,” lanjut Dewa yang kemudian mengajak Kalila untuk segera turun.“Darimana kamu tahu tempat seperti ini?” tanya Kalila penasaran.“Internet. Aku pernah mencari di internet t
Tap!Dewa segera menangkap tangan tua William yang akan menampar Kalila. Sedangkan Kalila sudah memejamkan matanya, karena dia tahu tangan itu pasti mendarat di wajahnya. Meskipun sudah keriput, tapi tenaga William masih cukup kuat untuk menampar anaknya."Jangan main kekerasan, Pa," ujar Dewa yang kemudian melepaskan tangan William sambil menatap tajam lelaki yang sudah berumur itu."Jangan ikut campur!" teriak William marah."Tidak bisa! Dia adalah istriku, tidak ada seorangpun yang boleh menyakitinya. Sekalipun ayah kandungnya sendiri!" teriak Dewa dengan emosi yang meledak-ledak.Kalila yang mendapat perhatian seperti itu dari Dewa merasa begitu senang. Dia benar-benar mendapatkan perlindungan dari seorang suami. Hatinya menghangat, namun dia juga tidak bisa merubah keputusannya. Apalagi melihat tingkah William yang bahkan sudah mengincar Danaya.Wajar kalau saat ini William tidak terlalu mengejar Kalila untuk berpisah dengan Dewa dan menikah dengan temannya, ternyata William sed
Tangan Dewa kemudian bergerak ke bawah diantara kedua paha Kalila, kemudian bermain di sana keluar masuk pada inti Kalila sehingga desahan kembali keluar dari bibir tipis Kalila.Juga sesuatu yang sudah mengeras sejak tadi diantara kedua paha Dewa pun sepertinya sudah mendesak ingin mengambil alih tangan Dewa, dan seolah-olah berkata; “Ini adalah waktunya untuk menuju landasan.”“Baiklah, sudah waktunya kamu beraksi,” gumam Dewa dalam hatinya sambil menatap miliknya yang sudah siap tempur. Dewa membuka kedua paha Kalila, tidak ada penolakan dari Kalila. Bahkan sepertinya Kalila terbius dengan yang dimiliki oleh Dewa. Karena mata Kalila sejak tadi tidak beralih dari pusaka kebanggan Dewa tersebut.Tok! Tok! Tok!Sayup-sayup terdengar pintu ruangan Dewa diketuk dari luar. Dewa tidak peduli, karena dia sudah mengunci pintu itu jadi tidak akan ada orang yang bisa masuk.“Ada yang mengetuk,” ujar Kalila menahan tubuh Dewa yang berada diatas tubuhnya.“Abaikan, dan jangan pedulikan. Seharu