“Dokter, tolong!” Dewa benar-benar panik ketika melihat Kalila malah pingsan. Dewa segera berteriak meminta pertolongan kepada dokter yang berada disana. Dewa mengangkat tubuh Kalila ke atas ranjang untuk segera mendapatkan pertolongan.Dewa benar-benar panik melihat kondisi Kalila seperti itu. Mungkin Kalila terlalu lemah karena kejadian itu, sehingga dia tidak mampu lagi untuk menahan kekuatannya.Wajah Kalila sangat pucat, Dewa takut terjadi apa-apa dengan sang istri."Tolong istriku dokter,” ujar Dewa kepada dokter yang akan segera menangani Kalila. Dokter hanya menganggukkan kepalanya, dan Dewa diminta untuk menunggu di luar sementara dokter menangani Kalila. Dewa tidak menyangka kalau Kalila begitu lemah seperti itu malah jadi pingsan. Selama ini Kalila selalu terlihat kuat dan seolah-olah tidak terkalahkan."Siapa teman yang bertemu dengan Kalila?" tanya Dewa kepada Zay. Dewa penasaran Kalila bertemu dengan siapa, karena Kalila tidak izin untuk bertemu temannya, dan juga sel
Beberapa hari setelah perawatan di rumah sakit, Roy sudah diperbolehkan pulang dan adanya kemajuan, yaitu polisi sudah berhasil menangkap pelaku penusukan terhadap Roy. Setelah melakukan pengejaran berhari-hari, pelaku berhasil diamankan saat dia sedang berusaha kabur dari kota tersebut. Dan sepertinya memang ada dalang di belakangnya, karena pelaku sudah sangat matang bersiap meninggalkan kota itu dengan membawa sebuah mobil. "Apa motif dari orang tersebut melakukan penusukan terhadap Roy?" tanya Dewa kepada Jojo yang melaporkan kalau polisi baru saja menangkap pelaku penusukan Roy.Jojo memang ditugaskan oleh Dewa untuk melakukan pemantauan terhadap kinerja polisi yang sedang mengejar pelaku tersebut. Walaupun Zaki juga sedang melakukan penyelidikan, karena tidak mungkin orang itu ingin membunuh Roy sebab Roy tidak memiliki masalah dengan orang lain. Bahkan walaupun dulunya Roy juga adalah pengawal dari seorang gembong obat-obatan terlarang. Tapi sebagai pengawal dia tidak pern
"Bangsat!!" teriak Dewa dengan sangat marah.Dewa mencoba menghubungi nomor tersebut, namun nomor itu sudah tidak bisa lagi dihubungi.Seperti biasa jika ada nomor yang mengirimkan teror-teror kepadanya, selalu saja tidak bisa jika dia ingin menghubungi kembali."Aahhh…, dasar! Selalu begini, membuat emosi!" kesal Dewa.Hingga kemudian Dewa mengangkat gagang telepon dan memanggil sang sekretaris."Ari, panggil Agnes kemari!" teriak Dewa kepada sang sekretaris untuk memanggil salah satu staff IT senior di kantor Daraka tersebut.Dewa ingin Agnes melacak nomor tersebut, dan Dewa berjanji akan mendapatkan orang itu segera. Karena Dewa tahu saat ini kalau penusukan terhadap Roy itu adalah orang yang ingin bermain-main dengannya. Orang tersebut memang benar tidak memiliki masalah kepada Roy ataupun kepada Kalila namun orang itu pastinya ingin membuat Dewa merasa berang dan marah.Orang itu sengaja memancing Dewa dengan menggunakan Roy."Dasar orang yang penakut dan pecundang! Tahunya mem
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka."Maaf Pak mengganggu, tapi di bawah ada Pak William yang ingin bertemu Pak Dewa," ujar Ari yang membuka pintu ruangan Dewa secara tiba-tiba, sehingga membuat Zaki menghentikan pembicaraannya.Saat mendengar nama William disebutkan, raut wajah Zaki tampak langsung berubah. Dan perubahan itu disadari oleh Dewa, namun Dewa belum sempat untuk bertanya lebih lanjut karena ada hal yang lebih penting, dia harus menemui William.Kenapa William tiba-tiba datang ke kantor Daraka, dan apakah dia akan melakukan seperti yang dulu dia lakukan, menghina dan meminta Dewa meninggalkan Kalila ataukah dia akan melakukan hal yang lainnya?"Biar aku yang akan temui dia di bawah," ujar Dewa kemudian."Ari, kau temani Pak Zaki dulu di ruangan ini. Karena aku harus menyelesaikan urusan dengan William terlebih dahulu," lanjut Dewa berpesan kepada Ari.Karena Dewa sudah tidak sabar mendengar alasan mertuanya itu datang ke kantornya."Biar aku ikut turun ke bawah, aku akan meng
Ceklek!"Maaf!" ujar Zaki berjalan mendekat ke arah Dewa."Kau berani melawan?" tanya William mendekat ke arah Dewa, dan tiba-tiba sang pengawal William sudah berada di belakang Dewa.Itulah yang membuat Zaki langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.Dewa tahu dia saat ini dalam bahaya, karena jaraknya dengan pengawal William itu hanyalah beberapa senti saja. Dan jika memang pengawal itu adalah penembak profesional, maka sudah bisa dipastikan hidup Dewa akan selesai pada hari itu.Dewa bersyukur karena ternyata Zaki begitu cekatan dan cepat masuk ke ruangan tersebut, sehingga pengawal Itu tampak mundur beberapa langkah ketika Zaki membuka pintu dengan keras dan buru-buru."Apakah kau tidak ada sopan santun? Masuk ke dalam ruangan ini tanpa ketuk pintu dan tanpa salam? Apakah kau tidak melihat kalau di dalam sini kami sedang ada keperluan?" tanya William dengan geram menatap tajam ke arah Zaki."Oh sorry, pak. Karena ini sangat urgent. Ada salah satu karyawan kami yang di lantai atas
"Apa maksudnya? Siapa orang tersebut yang melakukan hal itu? Apa maunya?" tanya Dewa dengan pertanyaan yang beruntun kepada Zaki.Dewa bahkan tidak tahu harus merespon seperti apa dengan apa yang disampaikan oleh Zaki, bahkan di kepalanya berkelebat bayangan orang-orang yang selama ini dekat dengannya termasuk Zaki.Bahkan Dewa sempat berpikir, apakah Zaki yang menantangnya? Namun, tidak mungkin Zaki melakukan itu karena Zaki tadi melakukan perlindungan kepadanya.Dewa menggelengkan kepalanya."Dia adalah orang yang baru saja pergi dari kantor ini," ujar Zaki kemudian sambil menunduk, karena merasa tidak enak menyampaikan hal tersebut kepada Dewa, sebab siapa orang yang dimaksud oleh Zaki.Dewa tampak membeku mendengar jawaban Zaki."Maksud Pak Zaki dia adalah Pak William?" tanya Dewa seolah tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Zaki.Dan Dewa juga berharap apa yang dia dengarnya itu salah, dia tidak ingin menerima kenyataan kalau yang melakukan itu adalah mertuanya sendiri.
"Kalau Bapak mau menuntutnya, kita juga sedang mengumpulkan beberapa bukti yang membuat Tuan William tidak bisa mengelak," ujar Zaki kepada Dewa.Dewa terdiam beberapa saat mendengar apa yang disampaikan oleh Zaki. Kalau menurut hatinya, dia sangat ingin menuntut William dan memenjarakan lelaki tua tersebut. Tapi, ada hal yang harus dijaga oleh Dewa, yaitu perasaan Kalila.Jika Dewa menuntut William, dan William di penjara sudah pastinya hubungannya dengan Kalila pun berantakan. Pemberitaan pasti sangat banyak dan itu adalah yang diinginkan oleh wartawan di mana pebisnis seperti Dewa dan William bersitegang itu merupakan ladang uang bagi para wartawan."Kalau menurut hati ku benar-benar ingin menuntutnya, karena apa yang telah dia lakukan itu merugikan kita semua kasihan Roy yang menjadi korban kejahatannya. Sedangkan Roy tidak melakukan apapun. Beruntungnya Roy bisa kita selamatkan," ujar Dewa sambil menerawang. “Namun, di samping itu ada hal yang sedang aku pikirkan bagaimana nanti
Wajah Dewa mendekat ke arah wajah Agnes. Hingga embusan nafasnya begitu terasa oleh Agnes. Bau tubuh Agnes yang lembut, membuat Dewa merasa hasratnya semakin bergejolak, sementara itu Agnes memejamkan matanya."Apa yang pak Dewa lakukan?" tanya Agnes lirih, karena wajah Dewa hanya tinggal beberapa senti saja dari wajahnya.Dewa tersentak mendengar pertanyaan Agnes, dan segera menjauh dari tubuh Agnes yang sudah pasrah diatas meja itu."Maaf, Nes. Silakan tinggalkan ruangan ini," ujar Dewa memalingkan wajahnya dan berjalan menuju kulkas, mengambil satu kaleng soda dan meminumnya. "Permisi, Pak," ujar Agnes yang segera merapikan baju dan rambutnya yang sedikit berantakan itu, dan meninggalkan ruangan Dewa.Dewa menyugar kasar rambutnya sembari duduk di sofa."Apa yang aku lakukan? Ya Tuhan, kenapa bisa seperti ini?" tanya Dewa kesal. Dewa merasa sangat malu dengan apa yang dilakukannya kepada Agnes, dan juga merasa bersalah."Aarrght!" teriak Dewa saking stressnya.Tiba-tiba, pintu r
"Kok bisa seperti ini?" tanya Dewa pelan."Surat apa?" tanya Rasti yang heran melihat perubahan ekspresi di wajah Dewa. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat.Dewa memberikan selembar surat tersebut kepada Rasti. Dan dari membaca kop nya saja Rasti tahu kalau surat itu adalah dari pengadilan."Gugatan dari Kalila?" tanya Rasti lagi."Bukan.""Terus?""Ini surat putusan perceraian. Kalila begitu pintar, entah kapan dia memasukkan gugatan dan sidang tahu-tahu sudah ada keputusan seperti ini," ujar Dewa lagi sambil menggeleng.Bahkan Dewa sendiri sangat heran saat mendapati surat itu dikirimkan ke rumahnya, karena seharusnya yang bersangkutan harus mengambil sendiri."Betapa matangnya persiapan kamu, Kalila. Sehingga aku tidak sadar apa yang kamu lakukan," gumam Dewa lagi sembari berlalu menuju kamarnya."Dewa, suratnya kamu simpan. Dan lebih baik seperti ini. Kamu tidak pernah mengkhianatinya, dan ini adalah keputusan Kalila sendiri," ujar Rasti, dan dalam hatinya Rasti ter
“Terserah papa mau percaya atau tidak, yang pasti saya memiliki semua buktinya. Dan dibawa ke jalur hukum pun semua akan percuma. Karena saya memang memiliki bukti yang kuat, dan juga penjual perusahaan itu juga adalah pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Dewa pelan.“Kau pikir aku akan percaya!” teriak William.Dewa hanya bisa menghela nafas berat mendengar semua apa yang William katakan.“Kau tunggu saja, Dewa! Kau pasti akan hancur! Kembalikan KL Group biar aku maafkan engkau!” teriak William.“Akan aku kembalikan jika Kalila yang minta!” Tut!Setelah mengatakan demikian Dewa mematikan sambungan telepon kepada William. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan kepada William. Karena dia tahu William tidak akan pernah percaya dengan apapun yang dia katakan. Dan William pastinya akan tetap menyalahkannya.“Dia baru tahu, dan ini artinya babak baru pasti akan di mulai,” gumam Dewa pelan.“Pekerjaan selanjutnya akan lebih berat, baik Deka maupun Kalilagara pastinya akan menjadi target
“Kenapa? Apa ibu salah? Ibu rasa semua yang ibu katakan itu benar, dan kamu juga sudah mengetahuinya. Tapi, kamu selalu menepisnya dan seolah-olah kamu tidak tahu!”Ternyata Rasti semakin menjadi, bukannya dia berhenti saat mendengar Dewa mulai emosi malah Rasti semakin meninggikan suaranya.“Untuk apa kamu sedih dengan kepergian mereka, seharusnya ini adalah awal yang baik untuk kamu! Kamu bisa menjadi seperti kamu yang seharusnya!”“Ibu, tolong berhenti. Biarkan Dewa berpikir untuk semua ini,” ujar Dewa pelan dengan pandangan Dewa yang memelas meminta Rasti untuk tidak lagi melanjutkan perkataannya.Dewa tahu kalau Rasti memang tidak merestui dengan Kalila, namun selama ini Rasti tidak pernah mengungkapkan keberatannya secara langsung. Mungkin saat ini Rasti merasa takut karena sumber kekayaan mereka berasal dari Kalila.“Ibu sudah mencoba untuk menerima Kalila dalam beberapa tahun ini, ibu sudah mencoba untuk mengerti perasaan kamu. Namun, belakangan ibu tahu kalau dia adalah penyu
"Aku tidak bisa menahanmu lagi," ujar Dewa pelan sembari memegang tangan Kalila dengan erat. Dia tidak menyangka kalau ternyata hubungannya dengan Kalila akan seperti ini."Jangan lupa hidup bahagia," ujar Kalila dengan suara yang serak.Sebenarnya dalam hati Kalila terasa begitu berat meninggalkan Dewa. Karena jujur dalam hatinya dia sudah jatuh cinta kepada Dewa. Namun, Kalila terus berusaha menyangkalnya.Dia jatuh cinta bersamaan dengan Danaya juga jatuh cinta kepada lelaki yang sama. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain pergi meninggalkan Dewa. Dia tidak ingin Danaya semakin menjadi-jadi mengharapkan Dewa karena dia juga tidak ikhlas meskipun Danaya adalah anaknya sendiri.Disamping menjauhkan Danaya dari Dewa, kepergian Kalila juga untuk menjauhkan Danaya dari ambisi William. Kalila tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban keserakahan keluarganya."Jangan lupa hubungi aku dimanapun kamu berada. Aku butuh kabar dari kamu yang akan membuat aku tenang," ujar Dewa sambil me
"Aku harus menyusulnya" teriak Kalila marah dan segera berbalik arah.Bahkan Kalila lupa kalau dia ingin berganti pakaian tujuannya pulang.Hap!Dewa menahan tangan Kalila dan kemudian menggeleng, dia tidak ingin Kalila menyelesaikan masalah dalam keadaan emosi."Biarkan saja dulu," ujar Dewa pelan.Kalila menepis tangan Dewa dengan erat."Biarkan gimana? Kamu dengar sendiri kan apa yang akan papa lakukan kepada Danaya? Bagaimana kamu akan membiarkannya? Atau kamu memang setuju dan mendukung papa agar aku tidak pergi?" tanya Kalila yang meluapkan amarah yang tidak terbendung itu.Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada anaknya itu? Dia tidak mau anaknya yang tidak mengerti apapun menjadi korban kakeknya. Dia tidak ingin Danaya dimanfaatkan oleh William.Dewa membimbing Kalila untuk duduk di sofa depan televisi, dengan menggenggam tangan Kalila, Dewa mulai berbicara secara lembut dan pelan."Tidak mungkin papa akan memaksa Danaya sekarang. Papa pas
“Aku tidak gila, cobalah kamu lihat video itu. Mungkin itu tidak dengan kualitas bagus, tapi cukup puas sebagai kenang-kenangan,” jawab Dewa dengan kembali menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.Kalila tidak menjawab, dia sedang mengunduh video yang dikirimkan oleh Dewa. Walaupun dia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Dewa memvideokan aktivitas mereka bercinta, namun Kalila sangat penasaran apakah memang dia berhasil melakukannya. Kalila merasa tidak percaya kalau dia akhirnya bisa mengatasi segala ketakutannya, dan bisa menghilangkan traumanya saat berhubungan badan dengan lelaki.Akhirnya video yang dikirimkan oleh Dewa sudah selesai terdownload, dan Kalila melihat video yang berdurasi beberapa menit itu membuatnya tercengang. Dia melihat bagaimana liarnya dia saat bermain bersama Dewa, bahkan terlihat kalau Kalila yang lebih banyak mendominasi permainan.Suara desahan dan erangannya terdengar jelas di dalam video tersebut, membuat wajah Kalila memerah. Dia merasa
“Maksudnya?” tanya Kalila bingung.“Kita harus menyelesaikan semua yang tertunda,” jawab Dewa.“Jangan gila! Aku sedang tidak mau melakukan apapun selain minum! Jangan membuat aku marah!” bentak Kalila kepada Dewa.Dewa hanya menghela nafas berat dan tetap memarkirkan mobil yang dikendarainya.“Ini adalah hotel bintang lima dilengkapi dengan bar dan club terbaik. Ada ruang VIP yang akan menjaga privasi kita agar tidak terganggu oleh orang lain,” ujar Dewa sembari mematikan mesin kendaraannya.Kalila terdiam, dia tidak menyangka kalau ternyata Dewa tahu tempat seperti ini yang berada di tempat yang sangat sejuk dan nyaman. “Selain itu juga pemandangan kebun teh yang menghijau dan tiupan angin dari perkebunan ini membuat minum kamu semakin nikmat. Sudah aku katakan aku akan memberikan kenangan yang terbaik buat kamu,” lanjut Dewa yang kemudian mengajak Kalila untuk segera turun.“Darimana kamu tahu tempat seperti ini?” tanya Kalila penasaran.“Internet. Aku pernah mencari di internet t
Tap!Dewa segera menangkap tangan tua William yang akan menampar Kalila. Sedangkan Kalila sudah memejamkan matanya, karena dia tahu tangan itu pasti mendarat di wajahnya. Meskipun sudah keriput, tapi tenaga William masih cukup kuat untuk menampar anaknya."Jangan main kekerasan, Pa," ujar Dewa yang kemudian melepaskan tangan William sambil menatap tajam lelaki yang sudah berumur itu."Jangan ikut campur!" teriak William marah."Tidak bisa! Dia adalah istriku, tidak ada seorangpun yang boleh menyakitinya. Sekalipun ayah kandungnya sendiri!" teriak Dewa dengan emosi yang meledak-ledak.Kalila yang mendapat perhatian seperti itu dari Dewa merasa begitu senang. Dia benar-benar mendapatkan perlindungan dari seorang suami. Hatinya menghangat, namun dia juga tidak bisa merubah keputusannya. Apalagi melihat tingkah William yang bahkan sudah mengincar Danaya.Wajar kalau saat ini William tidak terlalu mengejar Kalila untuk berpisah dengan Dewa dan menikah dengan temannya, ternyata William sed
Tangan Dewa kemudian bergerak ke bawah diantara kedua paha Kalila, kemudian bermain di sana keluar masuk pada inti Kalila sehingga desahan kembali keluar dari bibir tipis Kalila.Juga sesuatu yang sudah mengeras sejak tadi diantara kedua paha Dewa pun sepertinya sudah mendesak ingin mengambil alih tangan Dewa, dan seolah-olah berkata; “Ini adalah waktunya untuk menuju landasan.”“Baiklah, sudah waktunya kamu beraksi,” gumam Dewa dalam hatinya sambil menatap miliknya yang sudah siap tempur. Dewa membuka kedua paha Kalila, tidak ada penolakan dari Kalila. Bahkan sepertinya Kalila terbius dengan yang dimiliki oleh Dewa. Karena mata Kalila sejak tadi tidak beralih dari pusaka kebanggan Dewa tersebut.Tok! Tok! Tok!Sayup-sayup terdengar pintu ruangan Dewa diketuk dari luar. Dewa tidak peduli, karena dia sudah mengunci pintu itu jadi tidak akan ada orang yang bisa masuk.“Ada yang mengetuk,” ujar Kalila menahan tubuh Dewa yang berada diatas tubuhnya.“Abaikan, dan jangan pedulikan. Seharu