"Kak ..."Lusha mencuri dengar saat menutup sambungan teleponnya, tak tahan untuk mengejek, "Kelihatannya jaringan keluarga Yulianto juga nggak bagus-bagus banget, ya. Meneleponnya sudah lama, tapi nggak ada yang bisa datang."Setelah dia selesai berbicara.Konglomerat di belakangnya juga ikut tergelak."Mendengar nama besar Tuan Lusha dari keluarga Siallagan, siapa lagi yang berani untuk nggak menghormati dan datang membantu keluarga Yulianto?""Teman sebatas verbal saja nggak bisa ditelepon ketika butuh, bahkan teman yang setia hanya menonton saat kamu dapat kesulitan.""Sementara itu, kita datang dengan jumlah sebanyak ini. Walau koneksi keluarga Yulianto itu memilih datang, pasti nggak bisa mengalahkan kita!"Sekelompok orang itu merasa yakin akan kemenangan mereka dan mengejek sesuka hati.Sementara itu, Yoga tampak sangat sedih, tetapi masih berdiri tegap di depan Teguh."Yoga."Lusha melirik Teguh sebentar, lalu menatap tajam Yoga dan berkata, "Aku akan memberikanmu kesempatan t
Di tengah kelompok orang ini ...Ada yang sudah kehilangan lengan, kehilangan kaki, bahkan ada juga yang masih memakai ikatan kain putih di kepala. Jelas terlihat mereka adalah para tentara veteran yang cacat.Mereka juga menggenggam pipa besi, sekop, dan senjata lainnya. Meski terlihat kampungan, tetapi ekspresi wajah mereka tampak tegar beserta sorot mata yang penuh dengan tekad. Semangat mereka tampak menggebu-gebu.Mereka adalah para tentara yang terluka dan mundur dari Menara Jayandara.Teguh sudah melindungi mereka beserta Menara Jayandara, justru dia berakhir diincar oleh keluarga Siallagan.Karena itu, setelah mereka mendengar berita ini, mereka refleks mengorganisir diri masing-masing untuk memberi dukungan kepada Teguh."Pak Teguh, mohon maaf karena kami baru mendengar kabar ini, jadi kami datang agak terlambat. Bapak nggak marah sama kami, 'kan?"Sekelompok tentara yang terluka lekas mendekat ke hadapan Teguh. Pemimpinnya, seorang pria paruh baya, bicara sambil tersenyum leb
Usai mendengar ucapan Teguh.Orang-orang di belakang Lusha tidak bisa menahan tawa mereka. Barandi yang tak kunjung buka suara membuat mereka pun segan untuk tergelak keras. Mereka hanya bisa menahan tawa sambil menutup mulut hingga terlihat jelas kalau mereka kesulitan menahan tawanya, bahkan bahu mereka sampai bergetar.Lalu, sorot mata mereka mengarah pada Teguh.Tidak ada bedanya seperti mengamati orang bodoh.Konyol sekali.Barandi adalah seorang Grandmaster setengah langkah, bisa disebut juga sebagai mesin pembunuh berwujud manusia.Teguh malah asal bicara, dia bisa kehilangan semua kemampuan miliknya dalam sekejap dan harus mati di sini. Benar-benar omong kosong yang tidak masuk akal, 'kan?Dia kira dirinya Yang Mulia Raja Serigala, ya?Zakir beserta orang-orang dari keluarga Yulianto juga tampak kehabisan kata-kata.Karena Teguh masih saja bersikeras sampai sekarang, benar-benar tidak tahu diri!Diperkirakan ...Walau hari ini Teguh mati di sini, dikremasi jadi abu, lalu dibaka
Namun, mereka justru berdiri setegak gunung di sana.Teguh tersentuh oleh persahabatan mereka, lalu berkata sambil tersenyum, "Masalah ini terjadi karenaku. Jadi, tentu aku yang akan menyelesaikannya. Tolong percayalah padaku!"Para tentara saling bertatapan, semua merasa bersemangat seraya mengangguk setuju. "Baiklah, Pak Teguh. Kami percayakan pada Anda!" tegas mereka."Tapi, ...""Kalau Anda mati, kami pastikan dia akan dapat balasan setimpal meski harus mengorbankan nyawa kami!"Suara para tentara dipenuhi ketegasan yang tidak bisa diragukan kembali.Situasi ini ...Dianggap remeh oleh Lusha dan yang lainnya.Yoga dan Rina pun sampai merasa sangat tergugah."Sudahlah."Semua orang mundur ke belakang, Teguh menatap tenang ke arah Barandi di depannya. Sorot matanya terlihat dingin seraya berkata, "Silakan mulai pertunjukanmu.""Tapi, kamu hanya punya satu kesempatan!"Barandi tidak bisa menahan gelak tawanya.Menurutnya ...Perintah mundur dari Teguh kepada para tentara ini sungguh h
Barandi tidak bisa merasa tenang kembali seperti sebelumnya.Grandmaster!Grandmaster setengah langkah!Meski hanya berbeda dua kata, kekuatannya sangat berbeda jauh. Bagai kunang-kunang dengan bulan purnama, keduanya tidak bisa dibandingkan.Wajah Barandi seketika berubah. Matanya yang masih menatap Walawi juga dipenuhi rasa takut.Dua hari!Hanya dalam dua hari, orang tua ini sukses mencapai tingkat Grandmaster. Apakah mungkin pertempuran sebelumnya memberinya kesempatan untuk maju?Saat memikirkan ini, Barandi merasa sangat gelisah."Hei, Barandi ..."Walawi melangkah maju dengan mantap, tekanan yang kuat membuatnya bersinar seperti matahari di langit.Pada saat ini, dia adalah satu-satunya penguasa Bahari Indah!"Kalau kamu mau pergi sekarang, nyawamu masih terselamatkan.""Kalau kamu masih nggak sadar sama kemampuan sendiri ..."Walawi menjeda ucapannya seraya mengangkat tangan perlahan.Tangan itu tidak ada bedanya dengan tangan orang tua biasa, tetapi penuh akan perasaan tekanan
"Teguh, kamu nggak tahu diri, ya. Sudah menyakiti keluarga Siallagan, sekarang kamu juga ingin menyakiti sang Guru?""Teguh, minta maaf sama Guru sekarang juga!"Maaf?Meminta maaf adalah ketidakmungkinan.Teguh menatap Pak Tua Walawi dengan senyuman yang tak tulus, tandanya sudah jelas.Pak Walawi langsung merinding melihatnya, dia langsung berkata kepada semua orang, "Nggak perlu, Pak Teguh ini orang terkuat dan berkarisma. Dia orang yang hebat di antara semua orang.""Selain itu, ...""Anak didikku, Sarah, adalah pengawal Nona Rina. Jadi, tindakan aku kali ini juga sesuatu yang wajar, kalian nggak perlu khawatir."Tiba-tiba, semua orang mulai menyadari.Pantas saja.Ternyata, guru dari pengawal Rina adalah seorang Grandmaster bela diri!"Guru ..."Yoga mengetahui situasinya dan mengundang penuh antusias, "Aku sudah mengingat peristiwa hari ini. Gimana kalau ikut berkunjung ke kediaman keluarga Yulianto lebih dulu, biar nanti kusiapkan sedikit makanan dan minuman untuk menyambutmu."
Di jalan tol, tepatnya di luar Kota Senggigi.Mobil bisnis Rolls-Royce berada di depan, diikuti oleh sejumlah mobil mewah, sedang menuju pintu tol ke arah ibu kota Provinsi."Pak Barandi ..."Lusha ingin bicara, tetapi dia lekas terdiam.Putranya dibuat jadi cacat oleh orang lain. Bukannya tidak bisa balas dendam, dia sebagai ayah justru diusir sambil menahan malu. Dia benar-benar tidak terima.Namun, dia tidak tahu apa yang tengah dipikirkan Barandi, juga tidak tahu bagaimana mengatakannya.Barandi tidak pernah sekalipun hidup tanpa amarah.Awalnya, dia berpikir kalau hari ini adalah hari kemenangannya, di mana dia bisa jadi terkenal.Pada akhirnya ...Dia malah beranjak pergi dengan raut wajah masam."Aku akan ingat-ingat kejadian hari ini!"Barandi melihat ke arah Bahari Indah penuh kebencian. "Hanya menunggu malam ini ketika guruku tiba di ibu kota Provinsi, itu akan jadi hari kehancuran Walawi dan keluarga Yulianto!" teriaknya.Lusha terkejut mendengar kata-kata itu dan segera ber
"Semuanya, turun dan serang sama-sama. Akan dapat hadiah kalau berhasil membunuhnya!""Teguh, karena kamu sendiri yang mengantar nyawa, mati sajalah kamu!""Siap-siap untuk binasa!"Dengan imbalan yang besar, semua orang berlomba menjadi pahlawan.Inilah kekuatan uang!Tentu saja para tentara itu tahu seberapa hebatnya Walawi, jadi mereka sengaja menghindarinya. Saat ini, mereka hanya menyerang ke arah Teguh."Cih!"Sebelum sekelompok orang ini sampai di hadapan Teguh, sebuah bayangan Elang Hitam tiba-tiba datang bagai hantu.Dia memasuki kerumunan orang, memukul satu anak kecil dengan satu tinju, dan setiap kali tinjunya berhasil mengusik, situasi terlempar keluar hingga lengan serta kaki patah pun tidak terhindarkan!Dia adalah Bayangan!Untuk menghadapi para penjahat ini, dia bergerak bagai turunnya dewa langit ke bumi, berlagak bagai serigala berbulu domba di tengah kawanan ternak berbulu itu.Di sisi lain.Barandi juga bergerak tepat menuju Pak Tua Walawi."Pak Tua Walawi ...""An