"Tahan dia ke Gunung Unta, kemudian awasi baik-baik di sana.""Selain itu ...""Telepon putrinya, Widya Zhafiroh."Target Qadir adalah Raja Serigala.Namun, dia yakin masalah ini akan segera sampai ke telinga Raja Serigala. Memberi tahu Widya tak akan membuat ini terlihat terlalu disengaja.Gunung Unta mudah dijaga, tetapi sulit untuk diserang. Banyak bukit di sekitarnya. Selain itu, letaknya yang berada di luar Serenara, membuatnya menjadi wilayah tak bertuan dan tidak terurus. Ini adalah tempat yang bagus untuk memasang jebakan."Baik!"Pemimpin itu segera melaksanakan perintah.Sementara itu ...Di Kota Senggigi.Widya sedang menangani sebuah kasus di Biro Penegak Hukum saat menerima telepon dari luar negeri. "Widya, kalau nggak mau ayahmu mati, cepat datang ke Gunung Unta!"Setelah itu, sambungan telepon langsung terputus.Widya sontak terkejut. Ketika hendak menelepon Dhika untuk mengonfirmasi keadaannya, dia langsung menerima kiriman potongan video.Dalam video tersebut, terlihat
Teguh langsung tahu kalau Widya pasti juga datang untuk menyelamatkan Dhika."Hei ..."Oleh karena itu, Teguh langsung mengejarnya. "Widya, kamu di sini mau menyelamatkan ayahmu, 'kan?"Meski sedang bertanya, tetapi nada suaranya terdengar yakin.Tanpa menunggu jawaban Widya, Teguh melanjutkan, "Sebaiknya kamu kembali ke tempat kerjamu aja. Kali ini, aku yang akan turun tangan untuk membawa Pak Dhika kembali dengan selamat."Teguh mengenal Widya.Wanita ini memang memiliki kemampuan, tetapi tak banyak.Tidak ada gunanya Widya menghadapi lawan kali ini, justru itu akan mempersulit dirinya."Pft ..."Ucapan serius Teguh membuat Widya tertawa.Setelah itu, dia terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke arah Teguh lagi, seolah-olah Teguh baru saja melontarkan sebuah lelucon.Meskipun Widya penasaran bagaimana Teguh bisa tahu masalah ayahnya, dia yang sangat memandang rendah Teguh pun malas bertanya lagi.Teguh jadi malu dan tak bisa berkata-kata lagi.Pada akhirnya, dia hanya bisa menggeleng
Setengah jam kemudian.Pesawat mendarat di sebuah kota kecil di Perbatasan Barat.Setelah turun dari pesawat, Widya langsung menyewa mobil SUV, bersiap menuju lokasi tujuan."Kapten Widya."Teguh kembali mengadangnya. "Kali ini masalahnya nggak semudah yang kamu bayangkan.""Perbatasan Barat selalu dilanda konflik. Selain itu, mereka berhasil menculik Pak Dhika di sini, itu berarti mereka nggak cuman kuat, tapi juga licik.""Jadi ...""Sebaiknya kamu kembali ke Kota Senggigi dulu. Aku akan membawa Pak Dhika kembali."Teguh sadar betul bagaimana kekuatan sang lawan. Gadis seperti Widya, yang tak pernah mengalami perang sungguhan, tidak akan pernah paham betapa mengerikannya itu.Dia hanya akan menderita di sini.Sayangnya ...Bujuk rayu Teguh yang penuh keseriusan tak membuat Widya menyerah.Sebaliknya, gadis itu menurunkan kaca jendela mobil dan menatapnya penuh penghinaan. "Meskipun aku nggak bisa menyelamatkannya, setidaknya aku punya keberanian untuk bertindak.""Nggak seperti seseo
Sepertinya babi hutan!Teguh mendekat dan menemukan seekor babi hutan yang sangat gemuk sedang menggosokkan tubuhnya ke pohon pinus dengan penuh semangat. Seolah sedang melakukan spa minyak pinus.Goyangan bokong yang menggoda dan seruan bersemangat ...Tampaknya babi itu sudah memiliki pengalaman setidaknya dua tahun lamanya!Teguh mengerutkan kening dan tiba-tiba mendapatkan sebuah ide."Swush ..."Detik berikutnya, sebuah kilatan perak melintas di udara dan menancap di tubuh babi hutan tersebut.Binatang itu pun jatuh ke tanah.Teguh mengoleskan minyak pinus segar ke ponselnya, lalu menempelkannya ke tubuh babi hutan. Setelah memastikan ponselnya tidak akan lepas, dia menusuk babi hutan itu lagi untuk membangunkannya."Aow ..."Babi hutan itu meraung keras sambil berlari panik."Pergilah.""Makin tinggi lompatanmu, makin baik."Teguh memandang bayangan babi hutan itu dengan senyuman di bibir.Mengingat pihak lawan sudah mengincarnya, mereka pasti sudah mempersiapkan segalanya. Ponse
Kalau tidak, dia akan terbunuh saat ini juga.Atau langsung dilumpuhkan sehingga tidak bisa bertarung lagi.Sejak kemunculannya, sudah belasan pembunuh yang tumbang dalam waktu kurang dari setengah menit."Itu ... dia?""Te ... Teguh, Raja Serigala?"Widya tertegun melihat sosok yang muncul tersebut.Awalnya, dia hanya merasa tak asing dengan postur tubuh itu.Lagi pula, ini sudah malam dan jarak Teguh cukup jauh. Jadi, dia tidak bisa melihat dengan jelas.Namun, setelah melihat lebih dekat.Terutama ketika dia melawan para pembunuh elite ini. Widya saja begitu kesulitan untuk melawan salah satunya, tetapi mereka justru tak mampu berkutik saat menghadapi satu serangan Teguh.Gerakannya tampak sangat mudah dan lincah.Kecekatan semacam itu pastilah milik Raja Serigala.Namun, ketika melihat wajahnya, Widya tak mampu menahan diri lagi.Teguh adalah Raja Serigala!Raja Serigala adalah Teguh!Pada saat ini, Widya merasa dunianya terbalik dan berubah kacau.Dia mendadak teringat sesuatu.Se
Orang ini terlalu waspada!Teguh sedikit menyipitkan matanya.Apabila Qadir melepaskan mereka berdua, Teguh yakin bisa pergi dengan mudah dan bahkan mampu menjatuhkan semua orang di sini!Namun, meninggalkan satu orang hanya akan menyulitkannya."Dhika, kembalilah."Teguh berkata pada Dhika dengan nada yang tak bisa ditolak.Keputusan ini dia ambil dengan penuh pertimbangan.Dulu, Dhika adalah tentara yang hebat. Begitu kembali, dia pasti akan memberi tahu Pasukan Serigala mengenai situasi ini dengan akurat.Saat itu terjadi ...Apabila dia dan Widya belum bisa lepas, Pasukan Serigala akan lebih mudah membantu."Nggak!"Dhika segera berkata, "Raja Serigala, nggak masalah jika tua bangka sepertiku mati di sini!""Tapi, berbeda denganmu!""Kamu bukan hanya sekadar Raja Serigala, tetapi juga pemimpin jutaan Pasukan Serigala. Kamu juga Dewa Perang Serenara. Jadi, kamu nggak bisa ..."Dhika makin bersemangat bicara.Namun, Teguh langsung menyela tanpa menunggu perkataannya selesai."Sudah!"
Pada saat ini, ekspresi Widya terlihat begitu sedih dan nyaris menangis.Sepasang matanya bekaca-kaca hingga memantulkan bayangan Teguh, dengan sedikit 'kelembutan' di dalamnya."Nggak perlu repot-repot."Teguh memutar bola matanya. "Kalau kamu memang merasa berutang budi, selesaikan saja di kehidupan ini. Jangan ganggu aku di kehidupan selanjutnya.""A-aku ... "Widya nyaris pingsan setelah mendengar ucapan itu.Dia ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Teguh segera memotongnya, "Sudahlah, jangan banyak omong. Ayo istirahat sebentar. Kalau ada apa-apa, kita bicarakan lagi nanti malam."Widya merasa sangat bersalah dan sedih, tetapi dia hanya bisa mendengarkan Teguh.Malam makin larut.Suara tawa nakal di kejauhan perlahan menghilang.Rupanya Qadir dan lainnya tertidur setelah puas 'merayakan kemenangan'.Sementara di gubuk tempat Teguh dan Widya disekap hanya dijaga oleh seorang pembunuh."Krek ..."Saat ini, Teguh membuka mata dan sengaja membuat kebisingan dengan borgolnya.Seperti
Widya tertegun dan berkata tak yakin, "Dengan orang sebanyak itu, bisakah kita ..."Dia sebenarnya ingin bertanya, bisakah kita membunuh mereka?Namun, mengingat Teguh adalah Raja Serigala, dia memutuskan untuk menutup mulut.Teguh langsung maju dan membunuh siapa saja yang ada di hadapannya!"Gawat!""Raja Serigala berhasil kabur!""Cepat, cepat laporkan kepada Marsekal Qadir!""Ini masalah besar ..."Seusai membunuh beberapa orang, aksi Teguh tersebut langsung membangunkan para pembunuh.Mereka pun langsung bergegas mengepung Teguh beserta Widya.Sayangnya, para pembunuh itu bukanlah tandingan Teguh sama sekali. Dia bisa mengalahkan mereka hanya dengan satu pukulan, tanpa kesulitan yang berarti.Setelah Teguh berhasil menghabisi semua penjaga dan pembunuh, sekelompok tentara bersenjata muncul di luar untuk mengepung keduanya. Mengarahkan moncong pistol masing-masing ke arah Widya dan Teguh."Raja Serigala, cepat serahkan dirimu!""Raja Serigala, jangan paksa kami menembak!""Raja Ser