Wajah Zakir langsung berubah mendengarnya. "Ayah, rasanya kurang patut kalau begini!"Yoga mengerutkan kening ke arah Zakir dan berkata dengan tidak senang, "Teguh sudah calon yang paling cocok. Apa ada masalah?""Aku …""Ayah, menurutku, mereka 'kan baru ketemu sekali. Mereka belum saling kenal, apa nggak terlalu cepat kalau langsung menikah?" jelas Zakir dengan ekspresi suram."Menikah dulu. Seiring waktu juga bisa saling mengenal!"Sebagai kepala keluarga, kata-kata Yoga di keluarga Yulianto adalah perintah mutlak. "Sudah Diputuskan!" tukasnya tegas.Rina tidak mengatakan apa-apa dan melirik Teguh.Teguh langsung paham maksud Rina. "Pak Yoga ..."Yoga menyela di tengah kalimat Teguh dan menekankan, "Teguh, kita 'kan keluarga. Panggil aku Kakek!""K ... Kakek Yoga."Teguh merasa tidak berdaya. "Aku juga merasa kurang baik kalau menikah begini. Menikah harus dengan persetujuan satu sama lain.""Teguh, jangan khawatir!"Yoga menyela Teguh lagi dan berkata, "Rina adalah anak yang penuru
"Pertama, aku paling nggak suka kotor. Kamu harus menjaga rumah ini tetap bersih dan rapi. Sama sekali nggak boleh merokok di rumahku!""Kedua, barang-barang di rumahku mahal, kamu dilarang menyentuh apa pun!""Ketiga, kamarmu ada di lantai satu. Kamarku di lantai dua. Kamu nggak boleh menginjakkan kaki di lantai dua tanpa izin dariku. Sama sekali nggak boleh!"Rina menatap langsung ke arah Teguh dengan mata indahnya. "Teguh, apa kamu paham?" tanya Rina memastikan.Sudut bibir Teguh berkedut mendengarnya. "Apa wanita kaya di kota-kota besar semuanya sangat sulit diladeni seperti dia?" gumamnya dalam hati.Hanya dalam hati saja.Di luar, dia mengangguk setuju.Rina menghela napas lega dan bangkit berjalan menuju tangga.Ketika hendak menginjak anak tangga, dia berbalik lagi menambahkan, "Ada lagi. Kita cuma pura-pura, kamu boleh cari wanita sesukamu.""Tentu saja, jangan sampai dilihat orang-orang yang kenal, termasuk aku juga jangan sampai lihat!" Selesai bicara, Rina bergegas menaiki
Setelah dihalau tongkat kejut listrik Rina, Teguh pun diusir ke lantai satu.Hati Rina terasa muram begitu melihat celana dalam yang jatuh di lantai, kemudian membayangkan wajah cabul Teguh.Dia mengambil celana dalam dari lantai dan melemparnya ke tempat sampah, berbalik, lalu kembali ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.Malam ini, Rina terbaring gelisah di atas tempat tidur dan tidak bisa terpejam hingga sangat lama.Sebaliknya, Teguh tidur sangat nyenyak sampai pagi menjelang.Saat melangkah keluar dari kamar, dia melihat seseorang duduk di ruang tamu.Ternyata pria itu adalah ayah Rina, Zakir Yulianto.Rina duduk di samping Zakir. Wajah cantiknya tegang, memancarkan aura sedingin es.Begitu Teguh keluar dari kamar, Zakir berseru dengan suara dingin, "Sini kamu!"Baru saja dia duduk di sofa, Teguh mendengar suara tangan Zakir menggebrak meja."Brak!"Zakir berteriak penuh amarah, "Teguh, berani-beraninya kamu!""Paman Zakir, tadi malam beneran cuma salah paham ..."Belum sele
"Oke."Teguh meraih menu itu dan mulai membuka-buka.Melihat paras Teguh yang serius, Danu menyeringai dalam hati.Tempat ini adalah restoran Perancis kelas atas. Juru masak dan pelayan cantik di sini semuanya asli Perancis, sehingga setiap pelanggan yang memesan harus menggunakan bahasa Perancis.Bocah miskin dari gunung ini bisa masuk saja sudah suatu kehormatan besar. Bagaimana bisa dia bicara bahasa Perancis untuk memesan makanan?Danu sudah bisa membayangkan.Teguh mencoba bicara sangat lama, tapi tidak bisa memesan satu hidangan pun.Penampilannya pasti akan jadi badut paling menggelikan di ruangan ini!Danu lanjut mendesak, "Kalau nggak bisa baca, nggak usah pura-pura. Jangan buang-buang waktu semua orang. Pergi saja ke depan hotel untuk beli roti sayur, yang penting kenyang.""Hahahaha."Semua orang tertawa, menatap Teguh dengan tatapan yang mencemooh.Teguh menatap balik mereka seakan sedang menatap orang-orang bodoh.Kemudian.Di depan semua orang, dia berkata kepada wanita P
Staf langsung mengerti dan menyiapkan sebuah mobil Mustang untuk Teguh.Danu duduk dengan elegan di atas kap mobil Bugatti. "Teguh, karena ini adalah pertama kalinya kamu ikut balapan. Bagaimana kalau kita melakukan satu putaran saja?" tanyanya dengan nada meremehkan."Nggak perlu."Melihat mobil yang hampir seperti mainan di depannya, Teguh hanya menggelengkan kepalanya. "Ayo cepat mulai!"Sikap meremehkan yang ditunjukkan Teguh membuat Danu merasa kesal. "Lantaran kamu sudah siap, ayo kita mulai saja!"Di lintasan balap, seorang gadis jangkung yang mengenakan bikini berjalan menghampiri bagian depan kedua mobil tersebut. Spontan, dia mengibaskan bendera kecil di tangannya."Mulai!"Brum ... brum ... brum ...Kedua mobil sport tersebut langsung melaju kencang dengan deru mesin yang menggelegar. Di tengah sorak-sorai dan teriakan semua orang, keduanya melaju gila-gilaan di sepanjang lintasan.Banyak pemuda dan gadis-gadis kaya melihat ke arah layar besar. Mereka menyaksikan situasi bal
Brum ... brum ... brum ...Mustang segera melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi, menuju ke arah lereng yang curam.Melihat lereng curam di depannya makin dekat, Danu pun buru-buru menginjak pedal gas.Namun, rem pada mobil Mustang ini sudah dimanipulasi oleh seseorang ...Tiba-tiba saja wajah Danu berubah pucat pasi, mobil itu langsung menuruni lereng yang curam bersama dengan Danu di dalamnya.Brak ... brak ... brak ...Suara jungkir balik yang keras bergema di seluruh penjuru Gunung Aruna.Semua orang terkejut mendengarnya. Segera, mereka berlari menuju lereng yang curam sambil berteriak cemas, "Cepat, cepat panggil ambulans!"...Jam delapan malam.Rina yang tegang melangkah keluar dari rumah sakit bersama Shinta.Dia duduk di kursi pengemudi, sementara Shinta duduk di kursi samping pengemudi.Di sisi lain, Teguh masuk ke mobil dan duduk di kursi belakang.Setelah mobil melaju cukup jauh, melalui kaca spion, Rina melihat Teguh yang sedang menatap ponselnya dengan saksama.Urat-
Mobil itu melaju menuju Bahari Indah dan Teguh pun turun dari mobil.Hanum melambaikan tangannya pada Teguh. "Tabib Kromo, lain kali bertamulah ke klinik kakkeku kala senggang. Aku akan membuatkan secangkir teh yang enak untukmu sebagai ucapan terima kasih.""Pasti."Ketika kembali dan berada di depan pintu masuk rumah Rina, Teguh mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu.Krek!Pintu tiba-tiba terbuka.Paras elok Rina menatap Teguh yang berdiri di depan pintu. "Aku punya sistem keamanan di sini. Kalau kamu terlambat lima menit lagi, kamu harus tidur di depan pintu.""Ini pertama kalinya aku pergi ke Kota Senggigi, jadi mau jalan-jalan melihat sekitar," kata Teguh datar."Masuklah."Rina berbalik dan duduk di sofa. Sepasang kakinya yang jenjang terangkat tinggi, membuat mata Teguh berbinar karena terpesona."Besok, bangun pagi dan ikut aku ke rumah Kakek.""Setelah bertemu kakekku, kamu nggak boleh mengomentari apa pun yang ingin aku katakan.""Apa kamu mengerti?" hentak Rina dengan n
Rina menurunkan kaca jendela mobil. "Kalian kenapa sih ..." hardiknya.Belum sempat Rina menyelesaikan kata-katanya, dua minibus itu membuka pintunya. Delapan pria bertopeng turun dari mobil tersebut.Yang pertama dilakukan Sarah adalah menutup jendela mobil dan memberi perintah, "Nona Rina, tetaplah di dalam mobil dan jangan bergerak!"Setelah berkata seperti itu.Sarah langsung turun dari mobil dan menghalangi jalan beberapa pria itu.Pria yang memimpin orang-orang itu langsung mengeluarkan belati dan melambai-lambaikannya di hadapan Sarah. "Nona, aku hanya menginginkan nyawa wanita yang ada dalam mobil itu. Kalau kamu tahu diri, pergilah jauh-jauh!""Hanya kalian saja?"Sarah melirik mereka sekilas. Sudut mulutnya menyunggingkan senyum penuh penghinaan."Cari mati!"Pria yang memimpin mengangkat belati di tangannya. Dia menusukkan belati itu ke arah titik vital Sarah.Rina yang ketakutan menyaksikanya langsung menjerit berulang kali.Meskipun biasanya tenang dalam situasi yang berba