"Nggak, kok."Teguh menggelengkan kepalanya. "Kamu nggak salah.""Tapi ..."Yena merasa begitu bersalah.Karena Yena melihatnya dengan jelas ketika dia masuk.Shinta menatap Teguh dengan cara yang tidak biasa.Kebahagiaan dan keceriaan yang terpancarkan darinya bukan pura-pura.Namun, sekarang ...Karena kesalahannya, Shinta dan Teguh bertengkar. Bahkan, Shinta juga pergi dengan marah ..."Nggak apa-apa."Teguh menghela napas sambil menoleh ke arah Bayangan.Aku nggak mau hal yang sama terulang kembali.'Bayangan mengerti, kemudian mengikuti Shinta keluar.Beberapa hari berikutnya ...Shinta terus mengabaikan Teguh dan tidak menerima penjelasan Yena.Justru Shinta makin curiga Yena sengaja mendekati Teguh.Malamnya.Bulan purnama bersinar terang, cahayanya membentang tanpa batas.Shinta datang sendirian ke hutan belakang Gunung Yavana.Kemudian, Shinta duduk di atas batu besar sambil menatap ke jauhan dengan tatapan kosong."Rina, Rina …""Di mana kamu berada sekarang?"Shinta teringat
Akan tetapi!Dalam sekejap, Shinta merasakan kekuatan tak terbendung. Dia refleks melihat ke arah batu besar itu, ternyata tidak ada yang rusak.Shinta agak mengernyit."Huft ..."Pada saat berikutnya, angin sepoi-sepoi pun bertiup.Batu besar itu ternyata sudah menjadi debu, lalu tersebar oleh angin di udara.Jika bukan karena cekungan besar di tanah dan debu yang beterbangan di udara, Shinta hampir tidak memercayai apa yang dia lihat.Kekuatan orang ini sangat mengerikan dan tak terbayangkan!Melihat Shinta tertegun, orang itu menunjuk ke arah Yena di bawah dan berkata, "Kamu sangat membencinya, 'kan? Aku bisa membantumu menyingkirkannya."Shinta bertanya dengan curiga, "Kamu benar-benar sebaik itu?""Katakan saja.""Apa syarat dan tujuanmu?"Shinta tidak bodoh."Benar, aku memang punya tujuan."Orang itu memicingkan matanya. "Aku butuh Pedang Langit Misterius yang ada di tangan Teguh."Pedang Langit Misterius!Teguh telah mempelajarinya selama dua hari terakhir dan Shinta juga telah
Hanya saja ...Belum sempat dia meletakkan gelas anggurnya, kepalanya tiba-tiba terasa pusing, kemudian roboh ke samping."Teguh?""Kamu mabuk, ya?"Shinta berpura-pura mendorong Teguh sebanyak dua kali.Begitu melihat Teguh tidak bereaksi, Shinta tahu dirinya mabuk dan berbisik pelan, "Maafkan aku," sebelum mengambil Cincin Penyimpan Barang dari tangan Teguh.Ada banyak barang di sana.Namun, Pedang Surgawi itu begitu mencolok, sehingga Shinta dapat langsung mengenalinya.Setelah itu, dia menyimpan Pedang Surgawi dan membantu Teguh masuk ke rumah lagi sebelum dia mengambil pedang itu dan bergerak ke belakang gunung. Itulah lokasi yang telah disepakati Shinta dan Pria Bertopeng berpakaian hitam itu.Pria Bertopeng berpakaian hitam itu memunggunginya sambil memandangi pemandangan di kejauhan dengan santai."Aku sudah mendapatkan pedangnya."Shinta menyimpan pedang itu usai memamerkannya sejenak dan bertanya, "Kapan kamu akan bergerak dan membunuh wanita sialan itu?""Tenang saja, Nona S
Yena, yang baru keluar dari kamar mandi dan siap-siap untuk berpakaian, hampir berteriak ketika melihat ada bayangan yang tiba-tiba datang.Teguh tidak menyangka jika Yena baru saja selesai mandi.Namun, dia sudah menyadari ada seseorang yang mendekat. Jadi, Teguh bergegas menghampiri Yena dan membungkam mulutnya. "Yena, jangan berteriak. Ini aku," bisiknya.Baru saat itulah, Yena menatapnya.Yena pun menyadari kalau orang itu adalah Teguh. Dia pun bertanya keheranan, "Kak Teguh, kenapa kamu tiba-tiba masuk? Aku sedang ..."Kalimat Yena seketika terhenti di tengah.Yena baru menyadari, Teguh sudah memeluk separuh badan hangatnya yang menawan. Hal itu membuat wajahnya merah padam. Rona itu menjalar dari pipi, telinga, hingga lehernya."Ssst!""Yena, waktunya mendesak dan aku nggak sempat menjelaskannya padamu," ujar Teguh sambil membawanya mundur."Aku akan bersembunyi di tempat tidurmu dulu.""Cepat pakai bajumu."Setelah mengatakan itu.Teguh melepaskan tangannya dan melompat ke balik
"Huh ..."Pria Bertopeng berpakaian hitam yang tergeletak di tanah meliriknya dengan tatapan sinis. "Sebenarnya, aku adalah bawahan Pembunuh Berdarah dari Aliansi Iblis.""Dengan dirimu saja ...""Apa kamu masih berani menyerang Aliansi Iblis?""Lagi pula ...""Pedang Surgawimu sudah dibawa kembali ke Aliansi Iblis oleh Pelindung Agung Pembunuh Berdarah.""Begitu menemukan Rumah Abadi, pasti dirinya akan membalaskan dendamku, mengeluarkan inti spiritualmu, dan menyiksamu sampai mati.""Hahaha ..."Setelah serangkaian ejekan yang kejam, Pria Bertopeng berpakaian hitam itu meneguhkan hatinya dan bersiap untuk meledakkan diri guna mengakhiri hidupnya.Wuss!Pada saat ini, kekuatan sekuat gunung datang menerpa.Ternyata, Teguh menekan roh di tubuh Pria Bertopeng berpakaian hitam itu menggunakan kekuatan Tahap Hampa tingkat menengahnya, sehingga pria itu tidak bisa meledakkan diri.Alasan Teguh melakukannya ...Karena dia seketika teringat, ini adalah kesempatan bagus untuk belajar lebih la
Swush!Pada saat berikutnya, jari Teguh berubah menjadi cakar dan menutupi kepala Pria Bertopeng yang mengenakan pakaian hitam itu.Lima esensi sejati dengan cepat menembus dan memasuki kesadarannya, bagai penjara raksasa yang menahan jiwa Pria Bertopeng dengan pakaian hitam itu."Kamu, kamu ..."Jiwa kecilnya gemetaran. Dia menatap mata Teguh dengan penuh ketakutan.Krak!Krak, krak, krak!Teguh tidak berbicara. Dia mengepalkan tangannya untuk membentuk tinju, seolah-olah ingin menggabungkan jiwa Pria Bertopeng berpakaian hitam itu dengan kasar."Ahhhhh ..."Jiwa Pria Bertopeng berpakaian hitam itu mengeluarkan jeritan yang mengguncangkan bumi.Pria tersebut dapat melawan penderitaan fisik dengan tubuh dan esensi sejati.Namun, untuk rasa sakit yang berasal dari jiwa ...Semua rasa sakitnya terasa begitu jelas!Semua rasa sakitnya terasa dengan sangat intens!Ini membuat dia hidup, membuat dia mati, membuat dia hidup dalam penderitaan, membuat dia merasakan sakit yang tak tertahankan!
"Teguh ..."Melihat ini, Pria Bertopeng berpakaian hitam menyadari bahwa Teguh sudah tergerak. Dengan penuh harapan, dia bertanya, "Aku sudah memberi tahu semua rahasiaku padamu ...""Bisakah kamu melepaskanku?"Pria itu tersenyum penuh kelicikan di wajahnya. Sebenarnya, dia sudah memikirkan bagaimana dirinya akan menangkap dan menyiksa Teguh setelah bertemu kembali dengan Pembunuh Berdarah nanti."Melepaskanmu?"Teguh menatapnya dengan heran. Wajahnya dipenuhi ekspresi tidak percaya. "Apa kamu belum bangun atau kamu nggak punya otak?" tanyanya."Kamu mau membunuhku dan masih berharap aku mau melepaskanmu?"Setelah dia mengatakan itu.Tatapan mata Teguh menjadi tajam. Dengan kasar, tangan kanannya meraih dan menghancurkan jiwa Pria Bertopeng berpakaian hitam menjadi hancur berkeping-keping.Setelah jiwanya musnah, dia tentu telah mati sepenuhnya.Sesaat kemudian.Teguh mengambil darah pria itu dan meneteskannya di telapak tangannya sendiri.Darah tersebut cepat tercampur dengan baik, k
Whush!Whush!Whush!Whush!Ketika Teguh hampir berhasil, tiba-tiba datang beberapa orang dari empat arah. Semuanya berjubah hitam dengan wajah tertutup. Ternyata, mereka adalah beberapa Pelindung yang tersisa.Mereka telah bersembunyi di sekitar sejak awal. Setelah merasakan adanya kejanggalan, mereka langsung menyerang."Teknik Seribu Tinju!"Teguh terpaksa menghentikan pengejarannya terhadap Pembunuh Berdarah untuk sementara waktu, kemudian beralih menghadapi empat Pelindung ini lebih dulu.Namun, di luar dugaan semua orang.Meskipun Teguh melawan empat orang sendirian, dia tak kalah sama sekali.Dengan setiap pukulan dan tendangan, juga ketepatan yang sempurna, Teguh mendominasi pertarungan itu dengan mantap.Yena dan Pembunuh Berdarah sangat terkejut."Sialan kamu!"Pembunuh Berdarah segera mengobati lukanya. Kemudian, dia mengambil ramuan dan langsung dimasukkan ke mulutnya. Setelah pulih sedikit, dia bergabung kembali dalam pertempuran sambil berteriak."Ikuti aku!""Lima Gunung