Kakek ini kembali menyerang dengan jurus-jurus Naga Emas. Dua jurus sekaligus Balasasra dan Balaraksha. Semuanya mengarah titik kematian, ulu hati, pelipis, kemaluan, jantung, tenggorokan, pusar dan kepala. Sepanjang pertarungan Jiu Long hanya menggunakan Jejak Kilat untuk menghindar. Tapi ini saja tak cukup. Ia terdesak hebat. Mau tak mau akhirnya ia membalas dengan jurus Big Bang.Pertarungan sengit terjadi. Jiu Long yang bertarung setengah hati, makin terdesak. Kembali dua pukulan menghajar pundak dan pahanya. Dan kali ini ia tak sempat untuk berbenah diri. Pundak dan pahanya terasa panas seperti terbakar. Terpaksa untuk menolong diri Jiu Long memainkan jurus-jurus Naga Emas. Kali ini pertarungan jadi imbang. Ke mana serangan kakek itu tertuju, ke situ Jiu Long menahannya dengan jurus yang tepat. Persis seperti latihan saja.Jiu Long teringat, dulu ia sering berlatih tarung dengan guru Yu Jin menggunakan cara ini. Hanya bedanya, waktu itu tenaga batinnya tak sanggup untuk adu tenag
Kakek itu tertawa keras. "Kenapa kau ngomong pakai tetapi... apa yang kurang dari Jiu Long ini?"Gadis kurus itu tertawa kecil. Dengan matanya yang jenaka ia memandang Jiu Long dan berkata dengan agak malu-malu. "Kalau mau jadi keponakan muridku, harus berpakaian bersih, harus mencukur jenggot dan kumis harus...""Ah itu kan mudah saja"Berkata demikian, kakek itu menoleh kepada pemuda baju putih. "Pinjam pedangmu,”Kontan saja Jiu Long melangkah mundur. "Jangan, jangan. Saya mau dan sedia menjadi keponakan murid paman Liu Xing.""Kau bersedia karena terpaksa?" tegas kakek itu."Tidak, tidak terpaksa. Aku memang lebih suka begitu. Karena memang itu yang sebenarnya, aku kan murid guru Yu Jin. Terimalah hormatku, paman Liu Xing.""Hei..kau harus memanggilku paman Bhojana. Itu namaku yang sekarang!"Gadis kurus itu nyeletuk, "Bagus, aku kini memperoleh kakak seperguruan yang ilmunya jauh lebih tinggi dari aku." Gadis itu men
Rasa curiga menuntunnya membuntuti bayangan tersebut yang menggendong sesuatu di punggung. Pada saat itu terdengar suara ribut, tanda rahasia istana berbunyi. Rupanya istana kebobolan musuh. Liu Xing sadar malam itu tak mungkin meneruskan niat membunuh raja. Ia memutuskan lari menyelamatkan diri. Tiba-tiba dia mendengar suara berteriak minta tolong. Suara itu, suara anak kecil. Rupanya orang itu menculik anak kecil.Sesaat ia berpikir, jangan-jangan yang diculik salah seorang pangeran. Tanpa pikir panjang lagi ia bergerak lebih cepat Ia berhasil mengejar. Bertarung beberapa jurus, ia tahu lawannya sedang terluka. Tahu tak mungkin menang, malah jiwanya terancam, orang bertopeng itu melempar anak kecil gendongannya dan kabur cepat.Liu Xing memeriksa keadaan anak kecil itu yang ternyata gadis kurus. Gadis kecil itu tersenyum padanya. "Terimakasih pak tua. Kau sudah menolongku. Eh, sebagai tanda terimakasih nanti kau kuberi hadiah emas dan pakaian bagus-bagus."Liu
Meski waktu itu usianya delapan tahun tetapi ia mengerti kenapa mereka kabur dari istana. Masih lekat di ingatannya, hiruk pikuk di istana. Semua orang berhambur ingin menyelamatkan diri.Di mana-mana orang berteriak tentang kekalahan pasukan istana di perang Luoyang. Orang-orang berlarian sambil membawa harta benda dan keluarganya. Jiu Long menahan tangis. Ia menanyakan keadaan orangtuanya. Dari jawaban gurunya, ia merasa orangtuanya dalam bahaya besar. Tapi ia tak boleh menangis, itu pantangan bagi seorang pendekar, begitu yang diajarkan kepadanya.Jiu Long telah melalui hari demi hari yang penuh kekerasan dan kegersangan hidup. Tak ada kasih sayang ibu, tak ada kebanggaan memiliki seorang ayah. Yang ada hanyalah perasaan dendam yang melecut diri untuk giat berlatih ilmu. Dendam bagi Jiu Long adalah urusan besar.Mengetahui Putri Im ji hye dan dua kawannya adalah keturunan Kaisar Giok Barat, Jiu Long tak bisa menyembunyikan perasaan tidak sukanya. Dia
"Paman, aku memang sudah mempelajari tuntas Pamungkas. Tapi kau benar, paman, ada satu kalimat yang sampai sekarang tak bisa kumengerti Aku rasa mungkin ini kunci permasalahan mengapa tenagaku tak bisa mengalir lantar saal memainkan Naga Emas Pamungkas. Bunyinya begini, Hendaknya aku menjadi perahumu menyeberangi laut kesusahan. Mungkin paman tahu artinya?"Jiu Long penuh harap kalimat itu akan terpecahkan maknanya. Tapi sayang Liu Xing pun tak bisa menembus maksud kalimat itu. Liu Xing memandang Jiu Long dengan gundah. "Agaknya kalimat itu sebuah perumpamaan yang mengandung falsafah. Aku belum pernah mendengar sebelumnya. Aku juga tak tahu apa makna kalimat itu, tapi akan kupikirkan. Mungkin suatu hari kelak aku bisa menjawabnya."Tanpa terasa hari sudah senja. Tak lama lagi matahari akan tenggelam di peraduan. Baik Jiu Long maupun rombongan Liu Xing sama-sama bertujuan ke puncak Wuwei.Yuan Shu mengajak Jiu Long untuk melakukan perjalanan bersama. Tapi Jiu Lon
Dia merasa aneh melihat banyak orang berkumpul di tengah hutan. Jumlahnya sekitar limapuluh orang. Semua mengenakan pakaian dan ikat kepala serba hitam. Lebih lanjut dia memerhatikan, rupanya lelaki yang dibuntutinya adalah pemimpin. Orang-orang itu bangkit dari duduk. Mereka berdiri sambil memberi hormat kepada lelaki itu. Sesaat kemudian suasana lengang dan sunyi Seorang lelaki tua tampil ke depan. Setelah memberi hormat kepada si pemimpin, ia berseru, "Karena saudara ketua sudah tiba dan hari sudah agak siang maka pertemuan dimulai. Silahkan saudara ketua bicara"Lelaki itu maju dan duduk di atas batu besar. Orang-orang itu mengucap salam dan memberi hormat kepada ketuanya, kedengarannya riuh. Suasana kembali hening saat si ketua mengangkat tangan dan mulai bicara, suaranya tidak keras tapi lantang dan jelas. "Saudara dan kerabatku, pertemuan hari ini tidak akan lama. Aku hanya ingin mengetahui apakah beberapa anggota sudah melaksanakan tugasnya dan apa hasilnya? Apakah su
Ia berharap gurunya hadir di Wuwei supaya ia bisa memastikan keselamatannya. Tetapi hati kecilnya berharap Yu Jin tidak hadir di Wuwei mengingat ancaman Partai Naga Hitam. Tetapi kenapa harus takut? Apa hebatnya Naga Hitam? Dulu pun orang-orang hebat di Naga Hitam tak ada yang lolos dari kematian ketika Yinzhen dan murid- murid Partai Naga Emas menyerbu dan membasmi habis perguruan sesat itu.Tetapi yang ditakuti Jiu Long adalah musuh bersembunyi dari tidak ketahuan identitasnya. Musuh-musuh itu pasti akan menyerang, tetapi kapan waktunya dan di mana tempatnya, adalah hal tersembunyi."Orang-orang itu tidak punya malu, mereka bisa menghalalkan segala cara meskipun melanggar tata- cara kependekaran. Aku harus memberitahu guru dan semua murid Partai Naga Emas tentang ancaman tersembunyi ini. Tetapi apakah aku masih punya kesempatan memberitahu mereka, semoga aku akan bertemu guru dan paman Liu Xing di Wuwei nanti."Di balik ketakutan akan serangan gelap musuh-musu
Jiu Long tersenyum dingin. Ia mencengkeram lengan pengemis tua yang seketika juga menggigil kedinginan. Saat berikut wajahnya merah kepanasan, keringat membasahi tubuhnya. "Kamu rupanya mau menderita panas dingin bergantian seumur hidupmu, tak akan ada obat pemunahnya. Aku adalah raja racun yang paling ganas di kolong langit. Kalau itu maumu maka aku tak punya pilihan lain."Pengemis tua itu ketakutan. "Jangan, jangan!"Jiu Long memisahkan dua orang itu, jaraknya cukup jauh sehingga satu sama lain tak bisa saling mendengar. Dia bertanya pertanyaan yang sama kepada dua pengemis itu. Dari jawabannya dia bisa meneliti mereka berbohong atau menceritakan hal yang benar. Setelah memperoleh banyak keterangan, Jiu Long melepas dua pengemis itu. Ketika mereka melangkah, mendadak Jiu Long melayangkan pukulan. Lawan jatuh tertelungkup. Dua pengemis itu kaget. Jiu Long tertawa. "Tidak! Aku tidak membunuh kalian. Itu pukulan ringan, tapi kalian sudah kena racun panas. Kalian bisa s