Lalu dengan agak malu-malu dia memandang Jiu Long dan bertanya, "Kapan-kapan kalau aku kangen kepadanya, boleh aku berkunjung?"
Jiu Long membungkuk hormat "Sekarang ini ibu adalah ibu mertuaku, jadi kapan saja ibu mau berkunjung aku persilahkan, tapi jika boleh aku memberi saran, jauhi permusuhan dengan siapa pun dan jauhi istana yang mana pun juga. Tetapi bagaimanapun juga semua terserah padamu. Sekarang aku mohon pamit, sekalian mengajak Jia Li."
Gadis itu pamitan dengan kedua kakak perguruan dan ibu angkatnya kemudian berlari menyusul Jiu Long. Sesampainya di desa kecil itu, Jiu Long menyisipkan uang ke pemilik kandang dan mengambil si Hitam "Kuda bagus, ini pasti kuda unggulan, Perkasa seperti tuannya," kata Jia Li tersenyum menggoda. "Kamu naiklah, biar aku berlari," kata Jiu Long.
Perjalanan dilakukan tanpa henti, istirahat sejenak hanya untuk makan siang. Waktu senja mereka tiba di desa kecil dekat kali Bejik. Jia Li memohon agar istirahat "Pahaku lecet."
Jiu Long memperlambat lari si hitam. Jia Li menggumam, "Kamu terangsang, sayang?"Jiu Long mengangguk. Jia Li menuntun tangan Jiu Long ke buah dadanya. "Aku juga, Jiu Long." Dia menunjuk. "Di semak itu saja."Jiu Long menunjuk ke depan, "Di depan tidak jauh lagi, ada gubuk tua."Ketika Jiu Long bercinta dengan Jia Li di gubuk tua dekat kaki gunung Putuo, pada saat yang sama Mayleen dan rombongan tiba di desa Tangkur yang jaraknya setengah hari perjalanan ke pelabuhan Jedung.Mayleen merenung. "Oh Jiu Long kamu ada di mana, saat ini kamu pasti di tengah jalan dan malam nanti tiba di rumah. Esok pagi atau mungkin malam ini juga kamu berangkat ke Jedung. Jikalau kita dengan perjalanan lamban bisa tiga hari, kamu mungkin bisa dua hari, berarti tiga hari lagi baru kamu tiba di Jedung."Jiu Long masih berpelukan dengan Jia Li. Dari gubuk itu ke rumah di lereng Putuo, sekitar setengah hari. "Jika berangkat sekarang, kita sampai di rumah pada malam hari. K
Mendengar itu, Gwangsin meledak dalam tangis dan marah. "Kamu telah membohongi aku, selama ini aku mempercayai kamu, percaya bahwa kamu mencintai aku. Aku mohon padamu Jiu Long, jangan bohongi aku dengan rayuan manismu itu. Katakan dengan jujur, kamu tidak mencintai aku, kamu hanya kasmaran pada tubuhku. Katakan, tak usah ragu, sebab aku tak akan berubah, tetap saja mencintai kamu sebagaimana adanya cintaku yang kemarin. Cintaku tetap sama seperti kemarin maupun hari ini. Cintaku tak akan luntur., tapi tolong jangan bohongi aku, jangan menyakiti aku dengan membohongi aku."Jiu Long memegang tangan isterinya, menciumi tangan yang jari-jarinya lentik. "Aku tidak pernah bohong, aku mencintaimu, aku kasmaran padamu, itu hal yang benar, bukan rayuan atau kebohongan. Bagaimana kamu bisa bicara seperti itu, mengatakan aku membohongi kamu?"Dia menarik tangannya dari genggaman suaminya. "Aku tak mau pergi sekarang, aku tak mau berdebat, aku ngantuk dan mau tidur. Kalau kamu mau pergi, pergila
Jiu Long memeluk dan menciumi leher isterinya yang berkeringat lalu tangannya yang kekar memegang dua pipi perempuan cantik itu. "Kamu dengar Gwangsin, jangan keras kepala, aku hanya mencintai kamu seorang!" "Jangan bohong, katakan saja, kamu mencintai Mayleen dan kamu akan mati apabila tidak bertemu dengannya di Jedung, kamu juga akan mati jika dia pergi ke Himalaya, dan kamu akan mengajak semua orang-orangmu pergi ke Himalaya mengejar cintamu yang hilang itu. Katakan saja Jiu Long, jangan khawatir, aku tidak akan berubah, aku tetap mencintaimu," Gwangsin bicara berapi-api meski dengan nada yang rendah dan lirih.Lelaki itu diam. Pikirannya bekerja. "Jika Mayleen dibawa pulang ke Himalaya karena aku terlambat datang, apakah aku akan menyusul dia ke Himalaya? Mengajak semua isteriku? Atau pergi sendirian? Bagaimana jika sesampai di Jedung, Mayleen sudah dihukum dan tewas misalnya, apa yang akan aku lakukan?"Melihat suaminya diam, Gwangsin beranggapan semua tuduhannya benar. Gwangsin
"Aku jujur, Gwangsin. Sejak di Hutan Buah Persik, aku sudah mencintaimu. Tapi selama ini kupikir aku mencintai kalian semua. Pertanyaanmu tadi telah menggugah hati dan pikiranku. Seandainya kamu, yang dibawa lari ke Himalaya, aku tidak akan ragu dan akan segera menyusulmu apa pun resikonya. Tetapi jika Mayleen, aku masih akan mempertimbangkan resiko untung ruginya, ini adalah perasaanku yang paling jujur. Aku ingin cepat sampai di Jedung karena ingin mencegah keberangkatan Mayleen, itu tanggungjawabku sebagai suami"Gwangsin menciumi wajah dan leher suaminya. "Jiu Long, aku merasa aku adalah perempuan paling beruntung di kolong langit, paling bahagia. Aku mencintaimu, suamiku, dengan segenap raga dan jiwaku" Keduanya larut dalam birahinya cinta. Selesai bercinta, Gwangsin berbisik, "Aku bahagia suamiku." Dia memijit dan mengelus-elus tubuh Jiu Long sampai suaminya tertidur pulas. Keesokan harinya, tubuh suami isteri itu bugar kembali. Sebelum matahari terbit, keduanya sudah b
Sepanjang hari Mayleen hanya menunggu kedatangan kekasihnya. Sewaktu malam tiba Mayleen mulai diserang perasaan ragu. Apakah Jiu Long akan datang menjemputnya? Bagaimana kalau dia tidak datang? Bagaimana kalau dia mendapat halangan yang tak mampu dia atasi sehingga terlambat tiba di sini?Keesokan pagi, nakhoda datang menemuinya. Ia memohon maaf, tak bisa lagi menunda keberangkatan, karena khawatir ketemu topan di tengah lautan. Ia hanya bisa menunda satu hari, sehingga sesuai perhitungan angin, maka siang hari, perahu sudah harus berangkat "Maafkan saya, nona yang mulia."Matahari sangat terik. Udara panas. Pelabuhan sangat sibuk. Banyak pedagang dan pekerja pelabuhan lalu lalang naik turun perahu. Awak kapal sudah mempersiapkan layar. Mayleen duduk bertopang dagu di buritan, memandang jauh ke daratan, mengharap munculnya Jiu Long. Ibunya dan dua kakak iparnya, ikut-ikutan gelisah. Tiga perempuan itu terkadang ragu akan kesetiaan Jiu Long. "Apakah dia akan datang, dem
Begitu sampai di ujung dermaga, Jiu Long melompat dan melayang ke laut sambil meneriakkan tertawa khas dari Lembah Kera. Ia tak lagi bersiul. Suara tawanya mengumandang di laut lepas, menimbulkan suasana magis yang seram. Dia berlari di atas permukaan laut, di antara kecipak ombak. Mendekati perahu, ia melempar sepotong papan ke permukaan laut. Kakinya menjejak papan dan saat berikut ia melayang turun di geladak perahu. Selang beberapa saat kemudian Gwangsin juga melayang turun berpijak di geladak."Suamiku, akhirnya kamu datang juga," kata Mayleen di tengah kekaguman semua orang yang menyaksikan sepak terjang Jiu Long termasuk para pedagang dan awak kapal.Nakhoda itu sempat berkomentar, "Rupanya dialah orang yang ditunggu-tunggu si nona Mayleen, inikah Jiu Long yang berjuluk Raja Pendekar dari Dataran Tengah itu, wuah hebat sekali ilmunya."Jiu Long menyahut seruan Mayleen dengan gairah. "Ke mana pun kamu pergi Mayleen, aku akan mengejarmu, k
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag